Anda di halaman 1dari 31

STROKE

DEFINISI
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi
neurologis (defisit neurologik fokal atau global ) yang terjadi secara mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah
(Stroke iskemik ) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (Stroke
perdarahan)

Pembagian Stroke
1. Etiologis :
Infark : Aterotrombotik, Kardioembolik, Lakunar
Perdarahan : Perdarahan intraserebal, Perdarahan subaraknoid, Perdarahan
Intrakranial et causa AVM
2. lokasi
2.1. Sistem karotis
2.2. Sistem vertebrobasiler

Dasar Diagnosis :
1. Anamnesa dari pasien, keluarga atau pembawa pasien.
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow coma scale / kwantitas / kwalitas), tanda
vital, status generalis, status neurologis
3. Alat Bantu Scoring (skala)
Siriraj Stroke Score (SSS), Algoritme Stroke Gajah Mada (ASGM)
4. Pemeriksaan penunjang
Pungsi lumbal (bila neuroimejing tidak tersedia).
Neuroimejing : CT Scan, MRI, MRA, Angiografi, DSA.

KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis :
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktivitas/istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah /tidak, riwayat
hipertensi (faktor resiko lainnya) lamanya (onset), serangan pertama/ulang.
Pemeriksaan fisik ( neurologis dan umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/hipotensi/normotensi

Pemeriksaan penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan pasca stoke, resiko
pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Tujuan :
Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding, faktor resiko, komplikasi,
prognosa dan pengobatan.

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 1


Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (GPL), Gula Darah Sewaktu
(GDS), fungsi ginjal (Ureum, Kreatinim dan Asam Urat), Fungsi hati ( SGOT dan
SGPT ), Protein darah ( Albumin, Globulin ), Hemostasis, Profil lipid ( Kolesterol,
Trigliserid, HDL, LDL ), Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika
perlu pemeriksaan cairan Serebrospinal.

Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru
maupun kelainan jantung.
Brain CT scan tanpa kontras ( Golden Standard )
MRI kepala

Pemeriksaan penunjang lain :


EKG
Echocardiography ( TTE dan atau TEE )
Carotid Doppler (USG Carotis)
Transcranial Doppler (TCD)

Golden Standard / Baku Emas


CT Scan kepala tanpa kontas

DIAGNOSIS BANDING
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologis / fungsioal (contoh : kelainan jiwa )
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todds
4. Migren hemiplegik
5. Lesi Struktural intrakranial ( hematoma subdural, tumor otak, AVM )
6. Infeksi ensefalitis, Abses otak
7. Trauma kepala
8. Ensefalopati hipertensif
9. Sklerosis multipel

PENATALAKSANAAN / TERAPI
Penatalaksanaan umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital : Paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan
elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan skunder

Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke Iskemik/Infark :
Anti Agregasi platelet : Aspirin 325 mg/ hari, tiklopidin 2x250 mg,
klopidogrel 1x 75 mg,cilostazol 2x 50-100 mg

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 2


Trombolitik : r-tPA (harus memenuhi kriteria inklusi)
Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
(Guidelines Stroke 2004)
Neuroprotektan : Pirasetam 12 gr infuse dilanjutkan 6 jam kemudian 4x 3
gr selama 7 hari, CDP Cholin 750-1000 mg/ 24 jam dibagi dalam 2-3 dosis
Hemorheologi : Pentoxyfillin 15 mg/kg BB/ hari selama 5 hari dilanjutkan
oral 2x 400 mg

2. Perdarahan subarakhnoid :
Antivasospasme : Nimodipin 2,1 cc/ jam selama 7 hari dilanjutkan oral 6x
60 mg selama 3 minggu
3. Neuroprotektan : Pirasetam 3x3 gr IV , CDP Cholin 750-1000 mg dibagi
2-3 dosis
4. Perdarahan intraserebal
Konseravatif :
Memperbaiki faal hemostasis ( bila ada gangguan faal hemostasis)
Mencegah/ mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan : Nimodipin
Neuroprotektan : sama dengan prdarahan intraserebral
Operatif : dilakukan pada kasus yang indikatif / memungkinkan ;
Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter >3 cm pada fossa
posterior.
Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan
ancaman herniasi otak
Perdarahan serebelum
Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum
GCS>7

Terapi Komplikasi :
Antiedema : larutan manitol 20%
Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas Indikasi
Antirombosis Vena dalam dan emboli paru.

Penatalaksanaan faktor resiko


Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guindelines stroke 2004)
Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guindelines stroke 2004)
Antidislipidemia : atas indikasi

Terapi non farmakologi


Operatif
Phlebotomi
Neurorestorasi ( dalam fase akut) dan rehabilitasi meadik
Edukasi

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 3


KOMPLIKASI / PENYULIT
Fase Akut :
Neurologis :
Stroke susulan
Edema otak
Infark berdarah
Hidrosefalus
Non neurologis :
Hipertensi/Hiperglikemia reaktif
Edema paru
Gangguan jantung
Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Fase lanjut :
Neurologis : Gangguan fungsi luhur
Non Neurologis :
- Kontraktur
- Dekubitus
- Infeksi
- Depresi

KONSULTASI
Dokter spesialis penyakit dalam ( Ginjal/ Hipertensi, Endokrin), kardiologi
bila ada kelainan organ terkait
Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk kasus hemoragik yang perlu dioperasi,
(aneurisma, AVM, evakuasi hematom)
Gizi
Rehabilitasi medik ( setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi dalam 3
bulan pertama pasca onset)

JENIS PELAYANAN
Rawat inap : Stroke Corner, Stroke unit atau Neurologic High Care Unit
pada fase akut
Rawat jalan pasca fase akut

TENAGA STANDAR
Stroke perdarahan : rara-rata 3-4 minggu ( tergantung keadaan umum
penderita )
Stroke iskemik : 2 minggu bila tidak ada penyulit/penyakit lain

PROGNOSIS
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul
Ad functionam
Penilaian dengan parameter :
Activiti daily living (barthel Index)
NIH Stroke Scale (NIHSS)

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 4


Resiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah 1 tahun : 20-30%

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 5


KESADARAN MENURUN DAN COMA

DEFINISI
Sadar : disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya
Gangguan kesadaran : ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya

Ketidakmampuan :
Ringan berat : ada derajat / tahapan
Obtundity
Stupor
Semi koma
Koma

Obtundity : dalam keadaan biasa ingin tidur, baru terbangun dan


mengikuti perintah bila ada rangsangan
Stupor : - penderita tidur terus
- Ada gerakan spontan
- ada respon dengan rangsangan
- dengan rangsangan berurutan ada waktu bebas
Semi koma : Hanya dengan rangsang sakit ada respon
Koma : tak ada respon dengan rasa nyeri

ETIOLOGI
I. Lesi Struktural
a. lesi supratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri
- Status konvulsivus / epileps
b. lesi infratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri

II. Non Struktural / Metabolik


A. Primer
1. Penyakit pada substansia grisea : picks disease, alzhaimers disease
2. Penyakit pada substansia alba : leukodistropi
B. Sekunder
Hipoksia penurunan kadar dan tekanan oksigen darah : penyakit paru-paru,
penurunan tekanan atmosfir oksigen
Penurunan kadar oksigen darah namun tekanan normal : anemia,
keracunan CO
Iskemia :
Penurunan CBF karena kardiac out put menurun : cardiac arrest, aritmia
kordis, adam stokes syndrome, infark miokard, gagal jantung kongestif
Penurunan CBF karena tahanan perifer dalam sirkulasi sistemik menurun :

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 6


Sinkop, ortostatik hipotensi, vasofagal refleks.
PenurunanCBF karena peningkatan tahanan vaskuler :
Encephalopati Hipertensi, Sindroma Hiperventilasi, Polisitemia,
Hipo / Hiperglikemia, Defisiensi ko-faktor : defisiensi tiamin
Gangguan fungsi ginjal, Gangguan fungsi hati, gangguan Elektolit : K, Na,
Ca, Mg, bahan toksik : Alkohol, obat-obatan : Barbiturat, Opiat, Enzime
inhibitor : logam berat, Toksin : meningitis, encephalitis, Kelainan regulasi
suhu : Hipotermia

KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis / Alloanamnesis
1. Riwayat penyakit sebelumnya : hipertensi, diabetes, gagal ginjal,
gangguan fungsi hati, pengguna obat-obat narkotik
2. Keluhan sebelum terjadi gangguan kesadaran : nyeri kepala, muntah-
muntah
3. Menggunakan obat-obat sebelum terjadi gangguan kesadaran : obat
diabetik, narkotik.

Pemeriksaan fisik umum


1. Vital sign : tekanan darah, nadi dan respirasi
2. Pemeriksaan luka terrutama luka dikepala dan leher : battle sign,
pendarahan hidung, pendarahan kelopak mata, krepitasi tulang tengkorak
3. Pemeriksaan suhu badan dan suhu rectal
4. Pemeriksaan bau nafas dan badan : fetor hepatikum, bau nafas alcohol, bau
nafas faeces
5. Pemeriksaan warna dan turgor kulit : sianois, kepucatan, ikterik

Pemeriksaan Neurologi
1. Pemeriksaan Neurologi umum : tanda-tanda rangsang meningeal,
pemeriksaan motorik, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan nervi
kranialis
2. Pemeriksaan Glasgow Coma Scale : pemeriksaan yang bersifat kwantitatif
dan kwalitatif pada gangguan kesadaran
3. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi batang otak meliputi :
a. Gerakan bola mata
b. Refleks kornea
c. Refleks mata boneka / refleks kalori
d. Reaksi pupil terhadap cahaya
e. Refleks muntah / batuk
4. Pola pernafasan : hubungan pola pernafasan dengan letak lesi
a. Eupnea : diensefaalon atas
b. Cheyne Stokes ; lesi di diensefalon bawah
c. Hiperventilasi neurogenik sentral lesi di mesensefalon
d. Ataxic Breathing : lesi di pons
e. Apneutic Breathing : lesi di pons bawah / medula oblongata
f. Apnea : lesi di medula oblongata
5. Pupil : hubungan reaksi pupil terhadap lesi :
a. Pupil kecil reaktif terhadap cahaya : korteks/diensefalon

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 7


b. Pupil besar normal ditengah : mesensefalon
c. Pupil kecil ditengah : pons
d. Pupil sedikit melebar ditengah : tectum
e. Isokor :
- Pint point : lesi pons, overdosis morphin
- Kecil reaktif : ensefalopati metabolik
- Sedang reaktif : ensefalopati metabolik ;
- tidak reaktif terhadap cahaya: lesi thalamus
- Besar / midriasis : antidepresan, ekstasi, cholinesterase inhibitor
f. Anisokor :
- Besar / tidak reaktif : N.III Parese
- Kecil reaktif : Horner syndrome
6. Kedudukan bola mata : hubungan kedudukan boala mata dengan letak lesi
a. Deviasi conjugee : lesi hemispherinum serebri besar
b. Strabismus konvergen dan pupil kecil : thalamus
c. Pupil kecil ditengah : lesi di pons
d. Pupil besar ditengah kesulitan melihat kesamping : lesi di cerebellum
e. Pupil anisokor refleks cahaya ( -) : herniasi tentirial
7. Refleks sephalic batang otak termasuk disini adalah :
a. Refleks pupil
b. Dolls eye movement
c. Oculo auditory refleks
d. Oculo vestibulo refleks
e. Refleks kornea
f. Refleks muntah

8. Reaksi motorik
a. Reaksi abduksi dan fleksi terhadap rangsang nyeri, lesi pada
hemispehrium cerebri
b. Reaksi abduksi dan ekstensi terhadap rangsang nyeri, lesi pada batang otak
c. Postur dekortikasi / hiperekstensi ekstermitas bawah dan fleksi ekstermitas
atas, lesi di korteks cerebri
d. Postur decerebrasi hiperekstensi ekstermitas atas dan bawah, lesi di batang
otak
9. Observasi umum lainnya
Ada gerakan automatisme seperti menguap, membasahi bibir, berarti fungsi
batang otak masih baik.
Ada gerakan miokolonik jerk berarti ada lesi hemispherium cerebri yang
diffus.

DIAGNOSIS BANDING
1. Tidur : keadaan non patologis dimana ada penurunan kesadaran yang
dengan mudah dibangunkan
2. Akinetik mutisme : penderita dalam keadaan bangun, mata terbuka, tapi
sangat lamban berespon terhadap pertanyaan yang diajukan
3. Sindroma locked-in : penderita dengan mata terbuka / sadar dengan
komunikasi terganggu, ada sedikit gerakan terutama gerakan mata melirik
keatas kebawah

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 8


4. Status katatonik : sadar penuh fungsi motorik normal tapi tidak bisa
berkomunikasi dengan baik

TATA LAKSANA
Gangguan kesadaran sampai koma adalah keadaan darurat medis untuk itu perlu
penanganan yang cepat, tepat dan akurat mulai dari ruang unit gawat darurat
sampai keruang perawatab intensif. Penanganan terbagi atas dua bagian besar
yaitu :
A. Supportif
Penderita kesadaran menurun dilihat / dinilai
Jalan nafas
Pernafasan
Tekanan darah
Cairan tubuh ( asam basa, elektrolit )
Posisi tubuh
Pasang Naso Gastrik Tube
Katheter Unrine

1. Jalan Nafas
Dilihat :
- Agitasi : kesan hipoksemia
- Gerakan nafas : dada
- Retraksi sel iga, dinding perut, sub kosta klavikula
Didengar suara tambahan berupa dengkuran, kumuran, siulan : ada
sumbatan
Diraba :
- Getaran ekspirasi
- Getaran di leher
- Fraktur mandibuler
Yang menyebabkan gangguan jalan nafas :
- Lidah / epiglotis
- Muntahan, darah, sekret benda asing
- Trauma mandibula / maksila
Alat yang dipakai
- Jalan nafas orofaringeal
- Jalan nafas nasofaringeal
- Jalan nafas definitif
Intubasi
Pembedahan
Pola Pernafasan
Lesi sentral : pola nafas
- Eupnea
- Cheyne Stroke
- Sentral Neurogenik Hiperpentilasi
- Apnea
Lesi Perifer

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 9


- Nafas Interkostal
- Nafas Diagfragma (dinding Perut)
2. Perhatikan aliran darah
- Perfusi : perifer
- Ginjal : produksi urine
- Nadi : Ritme, Rate, Pengisisan
- Tekanan darah
Diusahakan :
Hemodinamik Stabil (tidak naik turun)
Kondisi tensi normal
Dihindari : hipertensi / meninggi, Shock
Jenis Shock
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Sepsis
- Penimbunan vena perifer (polling)
3. Cairan tubuh
- Cegah hidrasi berlebihan
- Cairan hipotonik, hipoprotein dan lama pakai ventilator mudah terjadi
hidrasi
- Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumen
- Hindari hiponatremia

4. Gas darah dan keseimbangan asam basa


- Alat Bantu oximeter untuk mengetahui oksigenasi diusahakan SaO2 > 95
dan PaO2 >80 mg (dengan analisa gas darah)
- PO2 dibuat sampai 100 150 mmhg dengan cara diberi O2
- PaCO2 : 25 35 mm dengan hiperventilasi
5. Pasang Naso Gastric Tube
Pengeluaran isi lambung berguna
- Mencegah aspirasi, Intoksikasi
- Nutrisi Parenteral
6. Posisi
- Hindari posisi Trandelenberg
- Posisi kepala 30 derajat lebih tinggi
- Pada koma yang lama hindari :
Dekubitus : sering alih posisi
Vena dalam trombosis : pakai stocking
7. Katheter Urine
- Untuk memudahkan penghitungan balance cairan
- Mencegah kebocoran urine
- Berguna pada gangguan kencing

B. Terapi kausatif/Spesifik
1. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan panas yang mulai
beberapa hari sebelumnya sangat munkin primer infeksi (meningitis,
encephalitis) di otak bila gangguan kesadaran tanpa kaku kuduk sangat
mungkin primer infeksi bukan di otak

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 10


2. Gangguan kesadaran dengan kakuk kuduk tanpa panas sangat munkin
perdarahan subarahnoid
3. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gejala neurologis fokal
( hemiparesis, heminervikranial palsy) penyebabnya lesi intracranial
4. Gangguan kesadaran disertai tanda-tanda tekanan intrakranial meninggi :
( muntah-muntah proyektil, parese N.III, kaku kuduk, penglihatan kabur
secepatnya diberi manitol, dexamethasol, dibuat hiperventilasi
5. Gangguan kesadaran tanda disertai kaku-kuduk atau / dan gejala
neurologist fokal, bradikardil sangat mungkin penyebabnya metabolik
6. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi intracranial ( anisokor, isokor
miosis/ midrasis dengan tetraparesis) termasuk gawat darurat secepatnya perlu
tindakan
7. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah jelas, dapat ditherapi
spesifik untuk penyebab :
Hipoglikemi : glukosa
Over Dosis opiat : nalokson
Over dosis benzodiazepine : flumazenil
Wernicke Ensephalopaty

PENYULIT
- Tenaga kurang professional
- Peralatan kurang lengkap
- Ruang perawatan intensif belum memadai
KONSULTASI :
- Bagian bedah saraf
- Bagian penyakit dalam
- Bagian anestesi
- Bagian kardiologi
- Bagian Pulmonologi
TENAGA
- perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
JENIS PELAYANAN
Jenis pelayanan termasuk keadaan darurat neurologis perlu tindakan cepat, tepat
dan akurat dan perlu dirawat diruang pelayanan intensif
LAMA PERAWATAN
- 1-5 hari

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 11


CEDERA KEPALA (CEDERA OTAK)

DEFINISI
Cedera otak (CO)adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi
secarara langsung (kerusakan primer / Primary effect) maupun tidak langsung
kerusakan skunder / secondary effect). Cedera otak yang terjadi sebagian besar
adalah cedera otak tertutup, akibat kekerasan (rudapaksa), karena kecelakaan
lalulintas, dan sebagian besar ( 84%) menjalani therapi konservatif dan sisanya
sebanyak 16% yang membutuhkan tindakan operatif.

KRITERIA DIAGNOSIS

Klinis
Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam :
1. Minimal = Simple Head Injury ( SHI)
- Nilai skala koma Glasgow 15 (normal)
- Kesadaran baik
- Tidak ada amnesia
2. Cedera otak ringan (COR)
- Nilai skala koma Glasgow 14 atau
- Nilai skala koma Glasgow 15, dengan
amnesia pasca cedera < 24 jam, atau
hilang kesadaran < 10 menit
- Dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah, sakit kepal
atau vertigo
3. Cedera otak sedang (COS)
- Nilai skala koma Glasgow 9-13
- Hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
- Dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis
- Amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari ( bisa positif atau
negatif)
4. Cedera otak berat (COB)
- Nilai skala koma Glasgow 5-8
- Hilang kesadaran >6 jam
- Ditemukan deficit neurologis
- Amnesia pasca cedera >7 hari
5. Kondisi Kritis
- nilai skala koma Glasgow 3-4
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologis

Perdarahan epidural
- Lusid interval
- Anisokori pupil
- Hemiparesis yang terjadi kemudian
- Refleks babinski yang terjadi kemudian

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 12


Fraktur Basis Kranii
- Keluar cairan otak lewat hidung (rinorea) atau telingga ( otorea)
- Hematoma kacamata atau hematoma retroaurikular (battles sign)

Laboratorium
- Darah perifer lengkap
- Gula darah sewaktu
- Ureum / kreatinin
- Analisa gas darah ( ASTRUP)
- Elektrolit
-
Radiologi
- Foto kepala polos, posisi AP/Lat/tangensial ( sesuai indikasi )
- Scening kepala, gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan, edema,
fraktur tulang kepala
-
Standar baku
- Scening kepala ( CT-scan kepala)

Patologi anatomi
- Normal, tidak ada kerusakan hanya gangguan fungsional
(simple head injury (SHI) dan komosio)
- kontusio
- perdarahan
- edema
- iskemia
- infark
- fraktur tulang tengkorak

TATA LAKSANA
Tergantung derajat beratnya cedera
1. Minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- istirahat dirumah
- diberi nasehat agar kembali kerumah sakit bila ada tanda-tanda perdarahan
epidural, seperti orangnya mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai
turun-gejala lucid interval)
2. Cedera otak ringan (Komosio Serebri)
- Tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- Observasi dirumah sakit 2 hari
- Keluhan hilang, mobilisasi
- Simptomatis : anti vertigo, anti emetic, analgetika
- Antibiotika (atas indikasi)
3. Cedera otak sedang dan berat (kontusio serebri)
a. Terapi umum
untuk kesadaran menurun
- lakukan resusitasi

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 13


- Bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing),
circulation( tidak terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau lebih dari
90mmHg), nadi, suhu (tidak boleh sampai terjadi pireksia)
- Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang cukup, dengan kalori
50% lebih dari normal
- Jaga keseimbangan gas darah
- Jaga kebersihan kandung kemih, kalau perlu pasang kateter
- Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena
- Rubah-rubah posisi untuk mencegah dekubitus
- Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
- Pasang selang nasogastrik pada hari kedua, kecuali kontra indikasi yaitu
pada fraktur basis kranii
- Infus cairan isotonis
- Berikan oksigen sesuai indikasi
b. Terapi khusus
1. Medikamentosa
- Mengatasi tekanan tinggi intrakranial, berikan manitol 20%
- Simptomatis : analgetik, anti emetic, antipiretik
- Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsi pasca cedera
- Antibiotika diberikan atas indikasi
- Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
c. Rehabilitasi
- Mobilisasi berhadap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
- Neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan
kebutuhan
-

PENYULIT
Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang kurang cermat dapat
menimbulkan gejala sisa yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi
kerusakan otak

KONSULTASI
- Bedah Saraf / bedah lainnya sesuai indikasi

JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat inap

TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis

LAMA PERAWATAN
- tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat.

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 14


CEDERA MEDULA SPINALIS

DEFINISI
Cedera medula spinalis ( CMS ) atau cedera spinal adalah cedera pada tulang
belakang yang menyebabkan penekanan pada medulla spinalis sehingga
menimbulkan myelopati dan merupakan keadaan darurat neurologi yang
memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan cermat untuk mengurangi kecacatan.
Prognosis penyembuhan tergantung pada 2 faktor yaitu :
a. Beratnya defisit neurologis yang timbul dan
b. Lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan tindakan
dekompresi
CMS merupakan kasus emergensi neurologi dan perlu mendapat perhatian lebih,
oleh karena satu kali medulla spinalis rusak, sebaian besar funsinya tidak dapat
kembali normal.

GEJALA DAN TANDA KLINIS

Cedera medulla spinalis mempunyai gambaran klinik yang berbeda tergantung


letak dan luas lesi, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :
Tabel : Sindroma Mayor Cedera Spinal
Sindroma Kausa Utama Gejala dan tanda klinis
Hemicord ( Brown Cedera tembus,kompresi Ganguan sensorik kontralateral, parese
Sequard syndrome ekstrinsik ipsilateral,gg propisioseptif ipsilat,
rasa raba normal

Sindroma Spinalis Infark a. Spinalis anterior Ggn sensorik bilateral, propioseptif


Anterior watershed (T4-T6), normal, parese UMN dibawah lesi, disfungsi
Iskemik akut,HNP sphincter

Sindroma spinalis syringomyelia, hypotensive Parese LMN pada lengan, parese tungkai
sentral spinal cord ischemic, (bervariasi tk kelumpuhannya), dan
spastisitas.
Trauma spinal (fleksi-ekstensi) nyeri hebat dan hiperpati,gg sensorik pada
lengan,
Tumor spinal disfungsi sphincter atau retensio urine

Sindroma Spinalis Trauma, Infark a. spinalis Ggn propioseptif bilateral, nyeri dan
parestesi
Posterior posterior pada leher, punggung dan bokong, parese
ringan

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah Perifer lengkap
b. Gula darah sewaktu, ureum dan kreatinin
2. Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/LAT dengan sentrasi sesuai dengan letak
lesi
b. CT csan atau MRI jika diperlukan tindakan operasi
3. Neurofisiologi klinik-EMG, NCV, SSEP

PENATALAKSANAAN
1. Umum

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 15


a. Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis servikalis,
segera pasang kerah fiksasi leher, jangan gerakkan kepala atau leher
b. Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis, angkut pasien dalam
keadaan tertelungkup, lakukan fiksasi torakal (Pakai Korset)
c. Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset lumbal
d. Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh
darah menurun karena paralysis fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan
akibat menurunnya tekanan darah. Beri infus bila mungkin plasma atau
darah, dextran-40 atau eskpafusin. Sebaiknya jangan diberi cairan isotonik
seperti NaCL 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu diberikan 0,2 mg adrenalin
s.c, boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali/menit,
berikan sulfas atropin 0,25 mg i.v.
e. Gangguan pernafasan, kalau perlu diberi bantuan dengan respirator
atau cara lain. Jaga jalan nafas tetap lapang
f. Jika lesi diatas C-8,termopregulasi tidak ada, mungkin terjadi
hiperhidrosis, usahakan suhu badan tetap normal
g. Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter
dan jika ada gangguan defekasi, berikan laksan/klisma

2. Medikamentosa
a. Berikan metil-prednisolon 30 mg/kgBB, i.v perlahan-
lahan selama 15 menit. 45 menit kemudian per infus 5 mg/kgBB selama
23 jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan peningkatan
sekunder asam arakidonat.
b. Bila terjadi spastisitas otot :
Diazepam 3 x 5-10 mg / har
Baklofen 3 x 5 mg hingga 3 x 20 mg / hari
c. Bila ada rasa nyeri dapat diberikan :
Analgetika
Antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg / hari
Antikonvulsan : gabapentin 3 x 300 mg / hari
d. Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom
(tensi >180/100 mmHg ), pertimbangkan pemberian obat anti hipertensi
3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :
Ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis
Gambaran neurologist progresif memburuk
Fraktur, dislokasi yang labil
Terjadi herniasi discus intervertebralis yang menekan medulla spinalis

PENYULIT
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit ( lewat golden period ),
tidak dapat sembuh sempurna

KONSULTASI
- Bedah Saraf/bedah lainnya tergantung indikasi
- Neuroemergensi
- Neurorestorasi/neurorehabilitasi

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 16


JENIS PELAYANAN
- Rawat inap
- Rawat jalan

TENAGA
- Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis

LAMA PERAWATAN
- Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan,
biasanya 7 hari sampai 1 bulan
- Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 17


Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 18
STATUS EPILEPTIKUS

(ICD G 41.0)
(Epilepsy Foundation of Americas Working Group on Status Epilepticus)
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih
bangkitan, dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran. Penanganan kejang harus dimulai dalam 10 meni setelah
awitan suatu kejang.

PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS

Stadium Penatalaksanaan
Stadium I (0-10 menit) Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik
Memperbaiki jatan nafas, pemberian oksigen, resusitasi
Stadium II (0-60 menit) Memasang infus pada pembuluh darah besar
Mengambil 50-100 cc darah untuk pemeriksaan lab
Pemberian OAE emergensi : Diazepam 10-20 mg iv
(kepatan pembenan 2-5 mg/menit atau rectal dapat
diulang 15 menit kemudian masukan 5O cc glukosa
40% dengan atau tanpa thiamin 250 mg intravena
Menangani asidosis
Stadium III Menentukan etiologi
(0-60 - 90 menit) Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah
pemberian diazepam pertama, beri phenytoin iv
15-18 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/menit
Memulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan
Mengoreksi komplikasi
Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit,
transfer pasien ke ICU, beri Propofol
(2mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu) atau
Thiopentone (100-250 mg bolus iv pemberian dalam 20
Stadium IV menit , dilanjutkan dengan bolus 50 mg setiap 2-3
(30-90 menit) menit), dilanjutkan sampai 12-24 jam setetah bangkitan
klinis atau bangkit EEG terakhir, lalu dilakukan
tapering off.
Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan intracranial,
memulai pemberian OEA dosis maintenance.

Tindakan :
1. Operasi
Indikasi operasi :
a. Fokal epilesi yang intraktabet terhadap obat obatan
b. Sindroma Epilepsi fokal dan simptomatik

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 19


Kontraindikasi :
Kontraindikasi absolut
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabotik degeneratif )
b. Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkai terjadi remisi
dikemudian hari
Kntraindikasi relatif :
a. Ketidak patuhan terhadap pengobatan
b. Psikosis interiktal
c. Mental retardasi
Jenis-jenis operasi :
a. Operasi reseksi; pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi : korpus kalosotomi, multiple supiat transection
c. Hemispherektomi
2. Stimulasi Nervus vagus

PENYULIT
Prognosis pengobatan pada kasus kasus baru pada umumnya baik, pada70-80%
kasus bangkitan kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama. Setelah
bangkitan epilepsi berhenti, kemungkinan rekuresinya rendah, dan pasien dapat
menghentikan OAE.
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal berikut :
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimul pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris

KONSULTASI
Konsultasi : (atas indikasi)
1. Bagian Psikiatri
2. Bagian Interna
3. Bagian Anak
4. Bagian Bedah Saraf
5. Bagian Anestesi ( bila pasien masuk ICU)

JENIS PELAYANAN
1. Rawat jalan
2. Rawat inap
Indikasi rawat :
1. Status Epileptikus
2. Bangkitan berulang
3. Kasus Bangkitan Pertama
4. Epitepsi intraktabel

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 20


TENAGA :
1. Spesialis saraf
2. Electro encephalographer
3. Teknisi EEG

LAMA PERAWATAN
1. Pada kasus bukan status epileptikus : pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan
2. Pada status epileptikus : pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan
pasien kembali ke keadaan sebelum status

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 21


MENINGITIS TUBERKULOSA

DEFINISI
Meningitis tuberkulosaa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa.

KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Didahuluinya oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia,mual/muntah,
demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan
kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat
mendukung.

Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda rangsangan meningieal berupa kaku kuduk dan tanda lasegue
dan kernig.
Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda
peninggian tekanan intrakranial), pemeriksaan darah rutin, kimia,elektrolit
Pemeriksaan sputum BTA (+)
Pemeriksaan radiologik
Foto polos paru
CT-scan kepala atau MRI dibuat sebelum dilakukan pungsi lumbal
bila dijumpai peninggian intrakranial.
Pemeriksaan penunjang lain :
IgG anti TB ( untuk mendapatkan antigen bakteri diperiksa
counter-immunoelectrophoresis, radioimmunoassay atau teknik ELISA).
PCR
Pada pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan LCS bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial )
Pelikel (+) / cobweb Appearance (+)
Pleiositosis 50-500/mm3, dominan sel mononuclear, protein meningkat
100-200 mg%, glukosa menurun <50%-60% dari GDS, kadar laktat, Kadar
asam amino, bakteriologis Ziehl Nelsen (+), kultur BTA(+)
Pemeriksaan penunjang lain seperti IgG anti-TB atau PCR

DIAGNOSIS BANDING
Meningoensefalitis karena virus
Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna
Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (cyptococcus neoformans atau
Toxoplasma gondii), sarkoid meningitis.
Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma,
leukemia, glioma, melanoma, dan meduloblastoma.

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 22


TATALAKSANA
Umum
Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT)
INH
Pyrazinamida
Rifampisin
Etambutol
Kortikosteroid

PENYULIT/KOMBINASI
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf kranial
Iskemi dan infark pada otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi mental
Atrofi nervus optikus

KONSULTASI
Bedah saraf

JENIS PELAYANAN
Rawat Inap

TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat

LAMA PERAWATAN
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan.

PROGNOSIS
Minigtis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya meninggalkan sekuele
neurologis
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal.

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 23


MENINGITIS BAKTERIAL

DEFINISI/ETIOLOGI
Meningitis Bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau
meningitis purulenta) adalah sutu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan
proses peradangan yang melibatkan piameter, arakhnoid, ruangan
subarakhnoid dan dapat meluas ke permukaan otak dan modulla spinalis
Etiologi : streptococcus pneumoniae,neisseria meningitides, H. influenzae,
staphylococc,listeria monocytogenes, basil gram negatif.

KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 1-7 hari.
Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual,
muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran.

Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda rangsang meningeal
Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
Gejala lain : infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media,
mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N. meningitides)

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Lumbal fungsi
Pemeriksaan likuor
Pemeriksaan kultur likuor dan darah
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati) dan
elektrolit darah

Radiologis
Foto polos baru
CT-scan kepala
Pemeriksaan penunjang lain : pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C
Reactive Protein atau PCR (PolymeraseReaktion).

Pemeriksaan laboratorium diperoleh :


Lumbal pungsi :mutlak dilakukan bila tidak ada kontraindikasi.
Pemeriksaan likuor : tekanan meningkat >180 mmH2O, pleiositosis lebih dari
1.000/mm3 dapat sampai 10.000/mm3 terutama PMN, protein meningkat

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 24


lebih 150 mg/dL dapat>1000 mg/dL, Glukosa menurun <40% dari GDS.
Dapat ditemukan mikroorganisme dengan pengecatan gram.
Pemeriksaan darah rutin : lekositosis, LED meningkat.

Pemeriksaan penunjang lain


Bila hasil analisis likuor serebrospinalis menukung, tetapi pada pengecatan gram
negative maka untuk menentukan bakteri penyebab dapat dipertimbangkan
pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C Reaktive Protein atau PCR (
Polymerase Chain Reaction).

DIAGNOSIS BANDING
Meningitis virus, pendarahan subarakhoid, meningitis khemikal, meningitis TB,
meningitis leptospira, meningoensefalitis fungal.

TATALAKSANA
Perawatan umum
Kausal : lama pemberian 10-14 hari

Usia Bakteri penyebab Antibiotika


50 tahun S. Pneumoniae Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12g /hari
N. Meningitidis atau cefriaxone 2 g/12 jam+
L. Moncytogenes Ampicilin 2 g/4 jam/IV (200
mg/kgBB/IV/hari)
Chloramphenicol 1 g/6jam +
Trimetoprim/sulfametoxazole
20mg/kg/BB/hari
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
Cephalosporin 2% diberikan :
Cefotaxim / ceftriaxone + vancomycin
1 g / 12 jam/IV ( max.3g/hari)
50 tahun S. Pneumoniae Cefotaxime 2 g/6 jam max.12/hari
H. Influenzae Atau cefriaxone 2 g/12 jam+
Species Listeria ampicilin 2 g/4 jam/IV (200
Pseudomonas aeroginosa mg/kgBB/IV/hari)
N. Meningitidis
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
cephalosporin 2% diberikan :
Cefotaxime / cefriaxone+vancomycin
1 g / 12 jam / IV (max. 3 g/ hari )
Cefrtadizime 2g/8 jam/IV

Bila baakteri penyebab tidak dapat diketahui , maka terapi antibiotic empiris
sesuai dengan kelompok umur, harus segera dimulai
Terapi tambahan : dianjurkan hanya pada penderita risiko tinggi, penderita
dengan status mental sangat terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu
dengan Deksametason 0,15 mg/kgBB/6 jam/ IV selama4 hari dan diberikan 20
menit sebelum pemberian antibiotic.
Penanganan peningkatan TIK :
- meningginya letak kepala 30 derajat dari tempat tidur
- cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol
- hiperventilasi untuk mempertahankan pCO2 antara 27-30mmHg

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 25


PENYULIT
Ganguan serebrovaskuler
Edema otak
Hidrosevalus
Pendarahan otak
Shock sepsis
ARDS (Adult Respiratory Distress ayndrome)
Disseminated Intravasculer Coagulation
Efusi subdural
SIADH

KONSULTASI
Konsultasi dengan bagian lain sesuai sumberr infeksi.

JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan segera

Tenaga standar
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf

LAMA PERAWATAN
1-2 bulan di ruang perawatan intermediet

PROGNOSIS
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meni

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 26


Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 27
ENSEFALITIS VIRAL

DEFINISI/ETIOLOGI
Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim sistem saraf
pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tanda-tanda neurologis
fokal.
Etiologi
Virus DNA
- Poxviridae : Poxvirus
- Herpetoviridae : virus herpes simpleks, varicella zoster, virus sitomegalik
Virus DNA
- Paramiksoviridae : Virus parotitis, virus morbili (Rubeola)
- Picornaviridae : Enterovirus, virus poliomielitis, Echovirus
- Rhabdoviridae : Virus rabies
- Togaviridae : Virus ensefalitis alpha, flavivirus ensefalitis jepang
B,
virus deman kuning, virus rubi
- Bunyaviridae : Virus ensafilitis California
- Arenaviridae : Khoriomeningitis limfositaria
- Retroviridae : Virus HIV

KRITERIA DIAGNOSIS
Bentuk Asimtomatik :
Gelaja ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau deman tanpa diketahui
penyebab. Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal
Bentuk abortif :
Nyeri kepala, deman yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya terdapat
infeksi saluran nafas bagian atas atau gastrointestinal.
Bentuk fulminan :
Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan
kematian. Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat,
apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat
masuk kedalam koma dalam. Kematian biasa terjadi dalam 2-4 jam akibat
kelainan bulbar atau jantung.
Bentuk khas ensefalitis :
Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran nafas bagian
atas atau gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda kernig
positif, gelisah, lemah, dan sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul
tergantung tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran menurun sampai koma,
kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan
kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, gangguan mental

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 28


Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal (bila tak ada kontra indikasi)
- Cairan serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal atau
meningkat
- Fase dini dapat dijumpai peningkatan sel PMN diikuti pleositosis
limfositik, umumnya kurang dari 1000/ul
- Glukosa dan klorida normal
- Protein normal atau sedikit meninggi (80-200mg/dl)
Pemeriksaan darah
- Lekosit : normal atau lekopeni atau lekositosis ringan
- Amilase serum sering meningkat pada parotitis
- Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononucleosis
infeksiosa
- Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV, cytomegalovirus,
dan HIV
Pemeriksaan radiologik
- foto thoraks
- CT scan
- MRI

Pemeriksaan penunjang lain


Bila tersedia fasilitas virus dapat dibiakkan dari cairan cerebrospinal, tinja, urine,
apusan, nasofaring, darah.

DIAGNOSIS BANDING
Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur
Abses otak
Lues serebral
Intoksikasi timah hitam
Infiltrasi neoplasma ( leukemia, limfoma, karsinoma )

TERAPI
Perawatan umum
Anti udema serebri : deksamethason dan manitol 20%
Anti kejang : diazetam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang sampai 3
kali dengan interval 15-30 menit. Bila masih kejang berikan fenitoin 100-
200mg/12 jam/ hari dilarutkan dalam NaCl dengan kecepatan maksimal 50 mg
/ menit.
Terapi kausal: untuk HSV : Acyclovir

PENYULIT/KOMPLIKASI
Defist neurologis sebagai gejala sisa
Hidrosefalus
Gangguan mental

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 29


Epilepsi
SIADH

KONSULTASI

JENIS PELAYANAN
Rawat inap, segera

TENAGA STANDAR
Perawat, Dokter umum, Dokter spesialis saraf

LAMA PERAWATAN
Satu bulan bila tidak ada sequale neurologis
Minimal 1 minggu

PROGNOSIS
Beranya sequale tergantung pada virus penyebab

Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 30


Standar Pelayanan Medis Neurologi Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes 31

Anda mungkin juga menyukai