Anda di halaman 1dari 5

STROKE

No. Dokumen : 262/SOP/PKM/KMG/2018


No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 19 Januari 2018
Halaman : 1/5

1. Pengertian Stroke adalah defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler.
Faktor resiko stroke:
Non Modifiable Non Modifiable Potentially modifiable,
less well-documented
Umur Hipertensi Migren dengan aura
Jenis kelamin Merokok Sindroma metabolik
Berat badan lahir Diabetes Alkohol
rendah Dislipidemia Salah guna obat
Ras Fibrilasi Atrial Gangguan nafas (sleep-
Riwayat keluarga Stenosis karotis disordered breathing)
stroke/TIA asimtomatik Hiperhomosisteinemia
Penyakit sel sickle Hiperlipoprotein-a
Terapi hormon pasca Lp(a)
menopause Hiperkoagulabilitas
Kontrasepsi oral Inflamasi dan infeksi
Diet/nutrisi
Inaktivitas fisik
Obesitas
Penyakit kardiovaskuler
Stroke dibedakan menjadi:
1) Stroke hemoragik yaitu kondisi pecahnya salah satu arteri dalam otak yang
memicu perdarahan di sekitar organ tersebut sehingga aliran darah pada
sebagian otak berkurang atau terputus
2) Stroke iskemik yaitu kondisi dimana arteri yang mengangkut oksigen dan
nutrien ke otak tersumbat oleh trombus ataupun emboli.
Untuk membedakan stroke iskemik atau hemoragik dapat menggunakan skor
Siriraj yaitu:
(2,5xkesadaran) + (2xmuntah) + (2xsakit kepala) + (0,1xtekanan darah
diastolik) – (3xatheroma marker) – 12
• Derajat kesadaran: Sadar penuh = 0, Somnolen = 1, Koma = 2
• Nyeri kepala: Tidak ada = 0, Ada = 1
• Vomitus: Tidak ada = 0, Ada = 1
• Atheroma marker : Tidak ada penyakit jantung, DM, claudicatio intermiten =
0, Ada = 1
Dengan hasil sebagai berikut:
• SS > 1 = Stroke Hemoragik
• -1 > SS > 1 = Perlu pemeriksaan penunjang (Ct- Scan)
• SS < -1 = Stroke Non Hemoragik
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam diagnosis dan tatalaksana
2. Tujuan
pasien stroke
Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas No. 116/SK/PKM/KMG/2018
3. Kebijakan
tentang Standar Layanan Klinis di UPTD Puskesmas.
1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : PB IDI. 2017.
4. Referensi
2. Arifputera A, Calistania C, Klarisa C, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Ed
ke-4. Jakarta : Media Aesculapius. 2016.
5. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesis terarah.
langkah a) Gejala awal serangan stroke terjadi mendadak
i) Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan
tungkai (hemiparesis, hemiplegi)
ii) Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai
(hemihipestesi, hemianesthesi)
iii) Gangguan bicara (disartria)
iv) Gangguan berbahasa (afasia)
v) Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa
berputar (vertigo), kesulitan menelan (disfagia), melihat ganda
(diplopia), penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran-
anopsia)
b) Faktor risiko
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik terarah.
a) Tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah harus diukur kanan
dan kiri.
b) Pemeriksaan umum jantung, paru, abdomen
c) Pemeriksaan neurologis
i) Kesadaran: tingkat kesadaran diukur dengan menggunakan
Glassgow Coma Scale (GCS)
ii) Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig, dan
Brudzinski
iii) Saraf kranialis: terutama Nn. VII, XII, IX/X, dan saraf kranialis
lainnya
iv) Motorik: kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis e.
Sensorik
v) Tanda serebelar: dismetria, disdiadokokinesia, ataksi, nistagmus
vi) Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa, memori
dll)
vii) Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan
pemeriksaan refleks batang otak:
(1) Pola pernafasan: Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik
sentral, apneustik, ataksik
(2) Refleks cahaya (pupil)
(3) Refleks kornea
(4) Refleks muntah
(5) Refleks okulo-sefalik (doll’s eyes phenomenon)
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
a. EKG (elektrokardiografi)
b. Kadar gula
c. Saturasi oksigen
4. Petugas menegakkan diagnosis.
5. Petugas melakukan tatalaksana.
Terapi umum stroke:
a) Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien
yang tidak sadar.
Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen <
95%.
b) Stabilisasi Hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena.
Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan
rutin tidak dianjurkan, karena kemungkinan dapat memperburuk
keluarga neurologis. Pada sebagian besar pasien, tekanan darah akan
turun dengan sendirinya dalam 24 jam pertama setelah awitan serangan
stroke.
c) Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
i) Tinggikan posisi kepala 20° - 30°
ii) Posisi pasien hendaklah menghindari hiperekstensi atau fleksi leher
untuk memastikan bahwa vena jugular tidak teregang
iii) Hindari hipertermia dengan memberikan antipiretik dan mengatasi
penyebabnya
iv) Osmoterapi atas indikasi:
Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4 - 6
jam dengan target ≤ 310 mOsrn/L. Osmolalitas sebaiknya diperiksa
2 kali dalam sehari selama pemberian osmoterapi.
Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.
d) Antibiotik profilaksis dapat diberikan untuk menurunkan risiko infeksi
pada pasien stroke.
Terapi khusus:
Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dlam 24 sampai 48 jam
setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut
6. Petugas melakukan perujukan
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan diberikan
penanganan awal, segera mungkin harus dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf, terkait dengan
angka kecacatan dan kematian yang tinggi.
Petugas melakukan anamnesis terarah

 gejala awal
 Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai
 Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai
 Gangguan bicara
 Gangguan berbahasa
 Gejala neurologik lainnya
 waktu awitan
 Faktor risiko

Petugas melakukan pemeriksaan fisik terarah

 Tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah


 Pemeriksaan umum jantung, paru, abdomen
 Pemeriksaan neurologis: Kesadaran, Tanda rangsang meningeal, Saraf kranialis,
Motorik, Sensorik, Tanda serebelar, Pemeriksaan fungsi luhur, Refleks batang
otak:

Petugas melakukan pemeriksaan penunjang: EKG, gula darah, saturasi O 2

6. Bagan alir
Petugas menegakkan diagnosis

Petugas melakukan tatalaksana

 Terapi umum
 Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
 O2 jika saturasi O2 <95%
 Stabilisasi Hemodinamik
 Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena
 Dapat diberikan antihipertensi
 Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
 Tinggikan posisi kepala 20° - 30° dengan menghindari hiperekstensi, fleksi
leher
 Atasi hipertermi dengan antipiretik dan cari penyebabnya
 Osmoterapi atas indikasi: manitol, furosemid
 Antibiotik profilaksis dapat diberikan untuk menurunkan risiko infeksi pada
pasien stroke.
 Terapi khusus
Aspirin dengan dosis awal 325 mg dlam 24 sampai 48 jam setelah awitan stroke
dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut

Petugas melakukan perujukan

1. UGD
7. Unit terkait 2. Poli Umum
3. Rawat Inap

Anda mungkin juga menyukai