Anda di halaman 1dari 4

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

INFARK SEREBRAL / STROKE


No. Dokumen : SPO / UKP / RJ / 01

No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 08 / 01 / 2018

Halaman : 1/2

PUSKESMAS
CILAMAYA
1. Pengertian Stroke adalah defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak, lebih dari 24 jam dan
disebabkan oleh faktor vaskuler. Berdasarkan Riskesdas 2007, stroke merupakan
penyebab kematian yang utama di Indonesia.
No. ICPC II : K90 Stroke/cerebrovascular accident
No. ICD X : I63.9 Cerebral infarction, unspecified

2. Tujuan Sebagai acuan memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Infark serebral /
stroke.

3. Kebijakan
Keputusan Kepala Puskesmas No….../ 2017 tentang ...............
4. Referensi PERMENKES No. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas
Pelayanan Primer.

5. Alat dan bahan  Alat pemeriksaan neurologis


 Infus set
 Oksigen
 Obat antiplatelet

1. Hasil Anamnesis (Subjective)


6.Prosedur/
Keluhan
Langkah – langkah
Keluhan mendadak berupa:
o Kelumpuhan anggota gerak satu sisi (hemiparesis)
o Gangguan sensorik satu sisi tubuh
o Hemianopia (buta mendadak)
o Diplopia
o Vertigo
o Afasia
o Disfagia
o Disarthria
o Ataksia
o Kejang atau penurunan kesadaran
Untuk memudahkan digunakan istilah FAST (facial movement, Arm
Movement, Speech, Test all three).

2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda vital
o Pernapasan
o Nadi
o Suhu
o Tekanan darah harus diukur kanan dan kiri
b. Pemeriksaaan jantung paru
c. Pemeriksaan bruitkarotis
d. Pemeriksaan abdomen
e. Pemeriksaan ekstremitas
f. Pemeriksaan neurologis
o Kesadaran : kualitatif dan kuantitatif (Glassgow Coma Scale =
GCS)
o Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, lasseque, kernig,
brudzinsky
o Saraf kranialis: sering mengenai nervus VII, XII, IX walaupun
nervus kranialis lain bisa terkena
o Motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
o Sensorik
o Pemeriksaan fungsi luhur
o Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan
pemeriksaan refleks batang otak:
i. Refleks kornea
ii. Refleks pupil terhadap cahaya
iii. Refleks okulo sefalik
iv. Keadaan refleks respirasi
Pemeriksaan Penunjang : -

3. Penegakan Diagnosis (Assessment)


a. Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
b. Klasifikasi
Stroke dibedakan menjadi:
 Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat,
muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi.
 Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala
hebat, muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak
tinggi.

4.Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


a. Penatalaksanaan
 Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
 Pertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau
gagal nafas.
 Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9% dengan
kecepatan 20 ml/jam (jangan memakai cairan hipotonis seperti
dekstrosa 5% dalam air dan SALIN 0,45% karena dapat
memperhebat edema otak).
 Berikan O2: 2-4 liter/menit via kanul hidung.
 Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
b. Stroke Hemoragik
 Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang
pada orang yang dasarnya normotensif (tensi normal)
diturunkan sampai sistolik 160 mmHg, pada orang dengan
hipertensi sedikit lebih tinggi.
 Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara
meninggikan posisi kepala 15-30% (satu bantal) sejajar dengan
bahu
Pasien dirujuk setelah kondisi lebih stabil.
5.Rencana Tindak Lanjut
a. Memodifikasi gaya hidup sehat
o Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari
lingkungan perokok
o Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol
o Mengurangi berat badan pada penderita stroke yang obes
o Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik
atau TIA. Intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai
aktivitas fisik yang cukup berarti hingga berkeringat atau
meningkatkan denyut jantung 1-3 kali perminggu.
b. Mengontrol faktor risiko
o Tekanan darah
o Gula darah pada pasien DM
o Kolesterol
o Trigliserida
o Jantung
c. Pada pasien stroke iskemik diberikan obat-obat antiplatelet:
asetosal, klopidogrel

6.Konseling dan Edukasi


 Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak
terjadinya serangan kedua.
 Jika terjadi serangan berikutnya segera mendatangi
pelayanan primer.
 Mengawasi agar pasien teratur minum obat.
 Membantu pasien menghindari faktor risiko.
7. Kriteria Rujukan
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis dan diberikan
penanganan awal selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.

8. Unit terkait a. Poli Umum


b. Laboratorium

9. Distribusi Semua layanan terkait

Anda mungkin juga menyukai