Anda di halaman 1dari 5

PENANGANAN

INFARL SEREBRAL (STROKE)


No. Dokumen :
C/VII/SOP/5/2017/
SOP No. Revisi : 00
TanggalTerbit : 03 Mei 2017
Halaman : 1/5
UPT PUSKESMAS dr. Sylfie Virgianti
PUTER NIP.196409021989032006

1. Pengertian Penanganan Infark Serebral (Stroke) adalah langkah-langkah yang


dilakukan petugas dalam melakukan penatalaksanaan kasus Infark
Serebral (Stroke).

Stroke adalah defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak, lebih


dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler. Berdasarkan
Riskesdas 2007, stroke merupakan penyebab kematian yang utama
di Indonesia.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan penatalaksanaan
kasus Infark Serebral (Stroke) di UPT Puskesmas Puter.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor tentang Pelayanan
Klinis.
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.Hk.02.02/Menkes/514/2015 tentang panduan praktik klinis bagi
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat pertama.
5. Prosedur 1.Petugas melakukan anamnesis.
Keluhan
Keluhan mendadak berupa :
a. Kelumpuhan anggota gerak satu sisi (hemiparesis)
b. Gangguan sensorik satu sisi tubuh
c. Hemianopia (buta mendadak)
d. Diplopia
e. Vertigo
f. Afasia
g. Disfagia
h. Disarthria
i. Ataksia
j. Kejang atau penurunan kesadaran
Untuk memudahkan digunakan istilah FAST ( Facial Movement, Arm
Movement, Speech, Test all three )
Faktor resiko
a. Faktor resiko yang tidak bisa di modifikasi
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Genetik
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
1. Hipertensi
2. DM
3. Penyakit jantung
4. Dislipidemia
5. Merokok
6. Pernah mengalami TIA atau stroke
7. Polisitemia
8. Obesitas
9. Kurang olahraga
10. Fibrinogen tinggi

2.Petugas melakukan pemeriksaan fisik.

a. Pemeriksaan neurologis
1. Kesadaran : kualitatif ( glassgow coma scale = GCS )
2. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, lasseque, kernig,
brudzinsky.
3. Syaraf kranialis : sering mengenai nervus VII,XII,IX
walaupun nervus kranialis lain bisa terkena.
4. Motorik : Kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks
patalogis.
5. Sensorik.
6. Pemeriskaan fungsi luhur.
7. Pada pasien dengan kesadaran menurun perlu dilakukan
pemeriksaan refleks batang otak:
- Refleks kornea

2/5
- Refleks pupil terhadap cahaya
- Refleks okulo sefalik
- Keadaan refleks respirasi
Pemeriksaan penunjang : -
3. Petugas menegakkan diagnosis.
Diagnosis klinis :
Diagnosis ditegakan beradasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi :
Stroke dibedakan menjadi :
a. Stroke hemorragik bisanya disertai dengan sakit kepala hebat,
muntah, penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi
b. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala
hebat, muntah, penurunan kesadaraan,dan tekanan darah
tinggi.
Diagnosis banding
Membedakan stroke iskemik dan stroke hemorganik sangat penting
untuk penatalaksaan pasien
Komplikasi
Umumnya komplikasi terjadi jika interval serangan stroke dengan
pemeriksaan atau kunjungan ke pelayanan primer terlambat.
Komplikasi yang biasanya ditemukan adalah dehedrasi , pneumonia,
ISK.
4.Petugas memberikan terapi.
Penatalaksanaan
a. Stabiltas pasien dengan tindakan ABC
b. Pertimbangan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau
gagal nafas.
c. Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCI 0,9 % dengan
kecepatan 20 ml/jam ( jangan memakai cairan hipotonis seperti
dekstrosa 5% dalam air dan SALIN 0,45% karena dapat
memperhebat edema otak ).
d. Berikan 02: 2-4 liter / menit via kanul hidung
e. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.

3/5
Stroke hemoragik
a. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah pendarahan ulang
pada orang yang dasarnya normotensif ( tensi normal )
diturunkan sampai sistolik 160 mmHg, pada orang dengan
hipertensi lebih tinggi.
b. Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara
meninggikan posisi kepala 15-30% ( satu bantal ) sejajar
dengan bahu .
Pasien dirujuk setelah kondisi stabil
Rencana Tindak Lanjut
a. Memodifikasi gaya hidup sehat
1. Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari
lingkungan perokok
2. Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol
3. Mengurangi berat badan pada penderita stroke yang obes
4. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik
atau TIA intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai
aktifitas fisik yang cukup berarti hingga berkeringat atau
meningkatkan denyut jantung1 -3 kali perminggu.
b. Mengontrol faktor resiko
1. Tekanan darah
2. Gula darah pada pasien DM
3. Kolesterol
4. Trigliserida
5. Jantung
5. Petugas melakukan rujukan pasien ke fasilitas kesehatan sekunder.
Kriteria rujukan
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis dan diberikan
penanganan awal selanjutnya dirujuk ke fasikitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter sepesialis syaraf.

6.Petugas memberikan edukasi dan konseling


Korseling dan edukasi
a. Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak
terjadi serangan kedua

4/5
b. Jika terjadi serangan berikutnya segera medatangi pelayanan
primer.
c. Mengawasi agar pasien teratur minum obat
d. Membantu pasien menghindari faktor resiko
7.Petugas menuliskan ke dalam status rekam medis semua hasil
pemeriksaan dan terapi.
8.Petugas menulis kedalam buku register

6.Unit terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Ruang Lansia

Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
Diberlakukan

5/5

Anda mungkin juga menyukai