Anda di halaman 1dari 3

1.

Buatlah perbedaan mengenai 2 klasifikasi stroke tentang:


• Patofisiologi
Stroke hemoragik disebabkan karena adanya rupture arteri, dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Intraserebral
Merupakan penyebab tersering dari stroke hemoragik. Pada intraserebral stroke
hemorrage  perdarahan langsung kedalam parenkim otak  dapat terjadi karena
rusaknya dinding pembuluh darah kecil akibat dari hipertensi kronik  merusak otak
disekitar karena efek dari massa hematoma  menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial.
Predileksi perdarahan intraserebral memiliki predileksi pada tempat tertentu di otak
seperti :
1. Thalamus
2. Putamen
3. Serebelum
4. Batang otak

b. Subarakhnoid
Disebabkan oleh pecahnya aneurisma / malformasi arteri vena  perdarahannya
kemudian masuk ke rongga subaraknoid  menyebabkan cairan serebrospinal terisi
darah  menimbulkan vasospasme  muncul gejala sakit kepala hebat yang
mendadak.
Sumber :
Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014; jilid 2
David S Liebeskind, dkk. 2019. Hemorrhagic Stroke. Medscape
https://emedicine.medscape.com/article/1916662-clinical#b3

• Pemeriksaan Fisik (Jabarkan mengenai hasil pemeriksaannya)


Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah :
a. Stroke hemoragik
Secara umum pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan pada pasien dengan stroke
hemoragik adalah :
1. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah
Hipertensi > 220 mmHg  sebagai temuan yang mennjol
Hipertensi yang dialami sering dikaitkan dengan kerusakan neurologis dini 
mis demam

2. PF focus kepada kepala, jantung, paru, perut dan ekstremitas


3. Pemeriksaan neurologis menyeluruh
Dapat ditemukan onset akut deficit neurologis  mengakibatkan perubahan
tingkat kesadaran / status mental / koma  sering terjadi pada stoke hemoragik
Jenis deficit neurologis tergantung pada area otak yang terlibat. Beberapa situs
otak yang secara spesifik dapat terkena stroke hemoragik :
1. Serebelum  pasien dapat mengalami resiko tinggi herniasi dan kompresi
batang otak, deviasi miring, miosis, kelemahan wajah, kehilangan sensorik,
mual muntah, vertigo / tinitus
 Herniasi yang terjadi dapat menyebabkan penurunan kesadaran yang cepat
bahkan dapat menimbukan apnea / kematian
2. Putamen  kehilangan sensorik kontralateral, paresis tatapan, afasia, apraksia
3. Thalamus  kehilangan sensorik kontralateral, hemiparesis kontralateral,
paresis tatapan, miosis, afasia, kebingungan
4. Lobar  kehilangan sensorik, afasia, apraksia, paresis tatapan konjugasi
kontralateral
5. Batang otak  kelemahan wajah, penurunan kesadaaran, miosis,
ketidakstabilan otonom
Sumber :
David S Liebeskind, dkk. 2019. Hemorrhagic Stroke. Medscape
https://emedicine.medscape.com/article/1916662-clinical#b3

• Tatalaksana
Tatalaksana farmakologi untuk perdarahan intraserebral
a. Diagnosis dan penilaian gawat darurat  CT & MRI
b. Tatalaksna medis perdarahan intracranial
1. Penggantian factor koagulasi dan trombosit  bila pasien mengalami defisiensi
Bila terdapat gangguan koagulasi dapat diberikan :
 Vit K 10mg secara IV
 Plasma segar beku 2-6 unit
2. Pencegahan tromboemboli vena dengan stoking elastis
3. Heparin subkutan  diberikan bila perdarahan telah berhenti sebagai pencegahan
tromboemboli vena
c. Control tekanan darah dan glukosa darah
d. Pemberian antiepilepsi bila kejang
e. Prosedur operasi
 Dapat dilakukan bila terdapat indikasi adanya bekuan darah
 Perdarahan serebelum dengan perburukan neurologis
 Adanya kompresi batang otak
 Hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel
- Bila pasien mengalami penurunan kesadaran dapat dilakukan drainasi
ventrikuler
Tatalaksana lain yang dapat diberikan adalah mengenai non farmakologi yaitu tentang
rehabilitasi dan integrasi
Tatalaksana rehabilitasi dan neurorestorasi dibagi menjadi 2 :
a. Fase hiper akut
Rehabilitasi yang dilakukan adalah untuk memastikan pasien mampu menelan dengan
melakukan tes uji menelan
b. Fase akut
Dilakukan untuk mengembalikan fungsi otak semaksimal mungkin dengan mengenai
beberapa hal :
- Membantu perbaikan perfusi otak
- Mencegah komplikasi immobilisasi
Hal tersebut dilakukan agar pemulihan fungsional dapat tercapai dengan optimal
Dalam tatalaksana rehabilitasi fase akut terdapat beberapa hal yang dilakukan :
a. Posturing posisi terapeutik dan perubahan posisi secara berkala
b. Mobilisasi duduk dan terapi Latihan aktif
Syarat yang berlaku :
- Kondisi medis stabil
- Mengalami stroke iskemik
- Tekanan darah < 130 mmHg
- Guldar > 90 mg / < 250 mg
- Saturasi O2 > 95%
c. Terapi fisik dada
d. Terapi Latihan luas gerak sendi dan peregangan
e. Stimulasi sensori multimodal / stimulasi koma
Sumber :
Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014; jilid 2
Keputusan mentri Kesehatan RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana Stroke.

Anda mungkin juga menyukai