Anda di halaman 1dari 3

Panduan Praktik Klinis

SMF : NEUROLOGI
RSUD Dr Soetomo, Surabaya
2012 – 2014
PERDARAHAN SUBARACHNOID
1 Pengertian (Definisi) Keadaan yang akut, karena terjadi perdarahan ke dalam
ruangan subarachnoid.
2 Anamnesis Mulainya akut, nyeri kepala hebat satu sisi, mual, muntah
dapat disusul gangguan kesadaran dan kejang.
3 Pemeriksaan Fisik 1 Nyeri kepala hebat sesisi yang akut dengan atau tanpa
gangguan kesadaran. Kurang lebih 25% penderita
didahului dengan nyeri kepala hebat (II).
2 Terdapat tanda rangsangan selaput otak (meningeal
sign) dan pada 10% penderita terdapat perdarahan
subhialoid pada mata (subhyaloid bleeding).
3 Pada umumnya tidak dijumpai tanda fokal.
4 Bila dilakukan punksi lumbal selalu didapatkan cairan
otak / likuor yang berdarah.
4 Kriteria Diagnosis

5 Diagnosis Perdarahan Subarachnoid


6 Diagnosis Banding
7 Pemeriksaan Penunjang 1. Funduskopi: cari perdarahan subhyaloid
2. CT scan kepala
3. LP: dilakukan dalam waktu 12 jam bilamana CT scan
kepala tidak dapat dikerjakan atau gambaran CT scan
kepala normal, sedangkan klinis sangat mencurigakan
suatu perdarahan subarakhnoid, dan tidak ada kontra
indikasi LP. (D)
4. MRI tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis SAH.
5. Angiografi sebagai persiapan operasi.
8 Terapi 1. Medis
a. Perawatan umum: 6B
b. Pemberian cairan sampai dengan euvolumik (jaga
balans elektronik)
c. Jaga MAP sekitar 110 mmHg atau TDS <160 mmHg
dan TDD 90 (sebelum tindakan operasi). bila tekanan
darah lebih dari hal tersebut dapat diberikan anti
hipertensi
d. Bila TDS < 120 dapat diberikan vasopressor
e. Perawatan khusus: tergantung etiologi
f. Pemberian Ca channel blocker: Nimodipin 6x60 mg
untuk mencegah vasospasme.
g. Antifibrinolitik tak boleh diberikan (A), karena dapat
meningkatkan terjadinya iskemik sererbral.
h. Steroid tidak boleh diberikan (D).
i. Pengobatan suportif:
i. Pemberian cairan yang cukup.
ii. Oksigenasi.
iii. Termasuk analgesik yang adekwat (Codein fosfat) (D).
j. Monitoring terjadinya komplikasi seperti hidrosephalus,
imbalans elektrolit dan hipotensi (D).
k. Perawatan hipertensi dan stop rokok (A)
l. Penderita dengan anamnesis keluarga (pada generasi
pertama) yang jelas dengan SAH atau adanya ginjal
polikistik. Keluarganya harus diberitahu bahwa mereka
mempunyai risiko untuk terjadinya SAH, sehingga
mereka sebaiknya melakukan pemeriksaan
neurovaskuler. (B)
m. Bila ada kejang: penanganan sesuai dengan protokol
kejang pada stroke intra serebral.
n. Bila penderita gelisah dapat diberikan:
i. Haloperidol dosis rendah per oral.
ii. Diazepam dosis rendah
o. Untuk nyeri kepala diberikan analgetik bukan aspirin.

2. Pembedahan
Apabila didapatkan aneurisma serebri yang pecah,
maka operasi sebaiknya dikerjakan oleh team
neurovaskuler (A).

Terapi pembedahan / Endovaskular (pada kasus


ruptur aneurisma)
1. Tindakan clipping atau endovascular coiling
hendaknya segera dilakukan untuk mengurangi risiko
perdarahan ulang paska PSA aneurisma (Class I, Level
of Evidence B).
2. Tindakan clipping atau endovascular coiling yang tidak
lengkap justru akan meningkatkan risiko PSA ulang.
Diupayakan sebisa mungkin untuk dilakukan obliterasi
komplit aneurisma. (Class I, Level of Evidence B).
3. Bagi pasien yang telah mengalami ruptur aneurisma
maka tindakan clipping atau endovascular coiling harus
diputuskan oleh tim yang terdiri atas ahli bedah dan ahli
endovaskuler yang berpengalaman (Class I, Level of
Evidence B).
4. Meskipun studi sebelumnya telah menunjukkan adanya
kesamaan outcome penderita PSA yang menjalani
pembedahan dini dan ditunda , akan tetapi tindakan dini
dapat mengurangi risiko perdarahan ulang. selain itu
metode terbaru telah dapat meningkatkan efektivitasnya
dalam mengatasi aneurisma dini (Class IIa, Level of
Evidence B).
5. Untuk mengatasi kejadian hidrosefalus kronik paska
PSA, perlu dilakukan tindakan pemasangan selang
untuk mengalirkan cairan serebrospinal sementara atau
permanen (Class I, Level of Evidence B).
6. Tindakan ventriculostomy dilakukan pada kasus
ventrikulomegali. Tindakan ini diharapkan dapat
memperbaiki kesadaran penderita PSA akut (Class IIa,
Level of Evidence B).
9 Edukasi 1. Hindari olah raga dengan intensitas berat.
2. Bila ada tanda-tanda nyeri kepala hebat segera ke IRD.
3. Melakukan tindakan intervensi atau operasi untuk
penanganan aneurisma SAH
10 Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat Evidens II
12 Tingkat Rekomendasi B
13 Penelaah Kritis 1. Ratna Anggraeni, dr., Sp.S(K)
2. Hendro Susilo, dr., Sp.S(K)
3. Moh. Saiful Islam, dr., Sp.S(K)
4. Paulus Sugianto, dr., Sp.S(K)
5. Achmad Firdaus Sani, dr.,Sp.S, FINS
6. Moh. Saiful Ardhi, dr., Sp.S

14 Indikator Medis National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), Modified


Rankin Scale (MRS), Barthel index, Score Hunt and Hess,
Score WFNS, Score Fisher.
15 Kepustakaan 1 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI); Guidelines Stroke seri ke tiga 2004.
2 Misbach J, et al, 2006. Neurovaskular: Stroke dalam
Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) &
Standar Prosedur Operasional (SPO) Neurologi.
PERDOSSI: 17-24.
3 Benderson JB et al, 2009. Guidelnes for the the
Management of Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage:
A Statemnet for Healthcare Professionals from a Special
Writing Group of the Stroke Council, American Heart
Association. Stroke 40: 994-1025.
4 The Intercollegiate Stroke Working Party, 2004. National
Clinical Guidelines for Stroke 2nd Ed. Royal College of
Physicians: 38-40.
5 Khu KJ, Chua A, 2008. Acute Subarachnoid
Hemorrhage. In: The Stroke Clinician’s Handbook: A
Practical Guide to the Care of Stroke Patients. World
Scientific Publishing Co: 141-145.

Surabaya, April 2013

Ketua Komite Medik Ketua SMF. Neurologi,

Prof. Dr. Doddy M. Soebadi, dr., SpB, SpU(K). Wijoto, dr., Sp.S(K).
NIP. 19490906 197703 1 001 NIP. 19510623 197206 1 001

Direktur RSUD Dr Soetomo Surabaya,

Dodo Anondo, dr., MPH.


NIP. 19550613 198303 1 013

Anda mungkin juga menyukai