Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PROSEDUR TINDAKAN
RS SAIFUL ANWAR MALANG
JAWA TIMUR
2013 – 2015
PROSEDUR BRONKOSKOPI
(ICOPIM: 33.21)
1. Pengertian (Definisi) Tindakan Bronkoskopi Serat Optik adalah tindakan invasif
dengan menggunakan alat bronkoskopi serat optik ke dalam
percabangan bronkus untuk keperluan diagnostik dan terapi.
2. Indikasi Diagnostik:
1. Penyakit atau keadaan paru yang belum jelas penyebab/
situasi/ lokasinya.
2. Kelainan foto toraks yang belum jelas penyebabnya.
3. Penilaian percabangan bronkus (tracheobronchial tree).
4. Pemeriksaan bilasan bronkoalveolar (broncoalveolar
lavage/ BAL).
5. Pengambilan bahan/ spesimen di bronkus.
6. Pneumotoraks bila paru tidak mengembang.
Terapeutik:
7. Pengeluaran benda asing.
8. Pengeluaran bekuan darah pada hemoptisis masif.
9. Pengeluaran penumpukan sekret bronkus (mucous plug)
3. Kontra Indikasi 1. Absolut (-)
2. Relatif (Gangguan fungsi paru/ jantung berat, keadaan
umum yang menurun baik karena demam atau penyebab
lainnya, hipoksemia (PO2 <60 mmHg) , pasien tidak
kooperatif.
4. Persiapan 1. Pasien:
 Persetujuan tindakan bronkosopi dari penderita yang
diketahui keluarga terdekat dengan saksi petugas
medis, setelah pasien diberi penjelasan tentang
tindakan dan tujuan pemeriksaan serta resikonya.
 Dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
 Foto toraks PA dan lateral terbaru.
 Faal paru (VC  1000 ml).
 EKG.dalam batas normal
 Faal hemostasis normal.
 Penderita dipuasakan 4-6 jam (supaya lambung dalam
keadaan kosong) sebelum tindakan BSO.
 Penderita diberi codein 20 mg 12 jam dan 6 jam
sebelum tindakan BSO.

13
2. Alat :
 Bronkoskopi satu unit dengan “light source” .
 Unit penyedot/suction.
 Lampu kepala.
 Aparatus instilasi lidokain.
 Oksimeter.
 Sumber oksigen dengan aparatusnya.
 Obat-obat gawat darurat, yaitu NaCl 0,9%, adrenalin,
dexametason, ISDN, sulfas atropin & bronkodilator.
5. Prosedur Tindakan Metode Insersi :Trans Oral.
Prosedur Diagnostik:
 Pasien disiapkan diruang persiapan dengan memeriksa
tanda-tanda vital, status paru dan kardiologis.
 Premedikasi dengan sulfas atropin 0,25 mg intra
muscular atau intra vena (IM/ IV). Bila perlu dapat
ditambahkan diazepam 5-10 mg atau midazolam 0,07-
0,67mg/kgBB IM/ IV.
 Anestesi lokal oral dengan kumur-kumur lidoakain 2% 5
mg selama 5 menit dalam posisi duduk.
 Anestesi lokal lanjutan, di daerah orofaring,
laringofaring serta pita suara dengan xylocain spray
10% (5-7 semprot).
 Instilasi lidokain 2% 2 ml ke dalam trakea melalui pita
suara dengan bantuan kaca laring.
 Pasien diperiksa dalam posisi duduk, terlentang atau
posisi lainnya dengan pemeriksa berdiri di belakang
kepala penderita.
 Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk kanan atau
kiri, pasien diberi oksigen dengan kanula nasal dengan
arus 3-4 liter/ menit dan kedua mata ditutup dengan
kain penutup untuk mencegah terkena larutan lidocain/
cairan pembilas.
 Gigi palsu dilepaskan.
 Mouth-piece diletakkan di antara gigi rahang atas dan
rahang bawah untuk mencegah tergigitnya alat
bronkoskop.
 Insersi bronkoskopi dilakukan secara transoral.
 Dievaluasi pita suara, trakea, karina utama, bronchus
utama kanan/ kiri, bronkus lobus, bronkus segmen.
 Dilakukan observasi, adanya perubahan-perubahan
patologi atau masih normal.
 Dilakukan pengambilan spesimen dengan cara sebagai
berikut:
o Aspirasi sekret
 Bilasan (Washing) : Pada daerah yang dicurigai
adanya infeksi, keganasan, darah/ bekuan darah,

14
benda asing, dicuci/ bilas dengan NaCl 0,9%
sebanyak 5 cc yang kemudian disedot lagi. Tindakan
tersebut dilakukan beberapa kali sampai dirasakan
cukup bersih/ didapat cukup bahan pemeriksaan.
 Sikatan (Brushing) : Pada daerah bronkus yang
dicurigai adanya kelainan, disikat dengan alat brushi
baik yang tanpa selubung maupun yang dengan
selubung tunggal atau selubung ganda (tergantung
bronkoskopi yang digunakan). Penyikatan dilakukan
beberapa kali sampai dirasakan cukup. Sesudah alat
sikat dikeluarkan dari saluran napas, alat sikat
dikeluarkan dari ujung bronkoskopi sepanjang
kurang lebih 5 cm dan dioleskan pada gelas objek.
Alat sikat dikeluarkan dari bronkoskop.
 Biopsi : Bila tampak massa/ jaringan granulomatosa,
maka ujung bronkoskop ditempatkan kurang lebih 4
cm di atas daerah tersebut. Disemprotkan
adrenalin 1:10.000 sebanyak 1 cc, kemudian
dimasukkan forsep melalui manuver channel sampai
terlihat keluar diujung bronkskop, asisten
diinstruksikan untuk membuka forsep, lalu forsep
didorong sampai terbenam di massa/ jaringan
granulomatosa, kemudian asisten diinstruksikan
untuk menutup forsep. Operator menarik forsep 1-2
cm sambil melihat akibat yang terjadi (misalnya
perdarahan, dll). Forsep berikut material yang
didapat, ditarik keluar dari bronkoskop.
 Bahan yang didapat direndam dalam pot plastik
berisi formalin 40% dan segera dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomi.
Prosedur Terapi:
A. Aspirasi sekret.
 Setelah bronkoskop masuk ke dalam saluran napas,
dievaluasi pita suara, trakea, karina, bronkus kanan-
kiri, bronkus segmen.
 Pada daerah infeksi, keganasan, darah/ bekuan
darah, benda asing, dilakukan aspirasi. Tindakan
tersebut dilakukan beberapa kali sampai dirasakan
cukup bersih.
B. Ekstraksi Benda Asing:
 Setelah bronkoskop masuk ke dalam saluran napas,
dievaluasi pita suara, trakea, karina, bronkus kanan-
kiri, bronkus segmen.
 Setelah terlihat adanya benda asing, dengan
menggunakan forceps, benda asing tadi dipegang
dengan perlahan - lahan bronkoskop berikut forceps

15
dan benda asing diangkat keluar saluran napas.
6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi perdarahan
2. Evaluasi tanda-tanda vital (Tensi, Nadi, RR)
7. Tingkat Evidens I
8. Tingkat Rekomendasi A
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Ngakan Putu Parsama Putra, Sp.P
2. Dr.Teguh Rahayu Sartono SpP (K)
3. Dr. Nunuk Sri Muktiati, SpP (K)
4. Dr. dr.Susanthy DJ Sp.P (K)
5. Dr.Yani Jane SpP (K)
6. Dr.Tri Wahyu Astuti, SpP (K)
7. Dr.Suryanti SpP
8. Dr.Iin Noor Chozin,SpP
10. Indikator Prosedur 80% Bronkoskopi selesai dikerjakan dalam waktu 30 menit
Tindakan
11. Kepustakaan
1. Bolliger C.T and Mathur P.N. (Eds). 2000. Interventional
Bronchoscopy. S. Karger AG,Switzerland
2. British Thoracic Society Guidelines on Diagnostic Flexible
Bronchoscopy. Thorax 2001; 56 (suppl I), 1-21.
www.thoraxjnl.com.
3. Bagian Pulmonologi fakultas kedokteran Universitas
Indonesia, 2001. Prosedur Tindakan Baku Bidang Paru dan
pernafasan.

16

Anda mungkin juga menyukai