Anda di halaman 1dari 5

Panduan Praktik Klinis

SMF : NEUROLOGI
RSUD Dr Soetomo, Surabaya
2012– 2014
TRAUMA KEPALA
1. Pengertian (Definisi) Trauma kepala adalah trauma mekanik terhadap kepla baik
secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan
gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif
psikososial baik temporer maupun permanen.
2. Anamnesis a. Trauma kepala dengan / tanpa gangguan kesadaran atau
dengan interval lucid
b. Perdarahan / otorrhea / rhinorrhea
c. Amnesia traumatika (retrograde / anterograd)
3. Pemeriksaan Fisik a. Penilaian kesadaran berdasarkan skala Glasglow (SGK)
b. Penilaian fungsi vital tensi, nadi, pernapasan
c. Otorrhea, Rhinorrhea
d. Ecchymosis periorbital bilateral / Eyes / hematoma
kacamata
e. Ecchymosis mastoit bilateral / Battle’s Sign
f. Gangguan fokal neurologic
g. Fungsi motorik : lateralisasi, kekuatan otot
h. Reflex tendon, Reflex patologis
i. Pemeriksaan fungsi batang otak
j. Ukuran besar, bentuk, isokor / anisokor & reaksi pupil
k. Reflex kornea
l. Doll’s Eye Phenomen
m. Monitor pola pernafasan
 Cheyne stokes : lesi di hemisfer
 Central neurogenic hyperventilation : lesi di
mesensefalon – pons
 Apneustic breath : lesi di pons
 Ataxia breath : lesi di medulla oblongata
n. Gangguan fungsi otonom
o. Funduskopi
4. Kriteria Diagnosis - Adanya riwayat trauma
5. Diagnosis Cidera Otak (Ringan, Sedang, Berat)
6. Diagnosis Banding - Cerebro vascular accident
- Epileptic fits
- Keracunan obat
- Penyakit metabolic
7. Pemeriksaan  X foto kepala polos , posisi Ap. Lateral tangensial
Penunjang  Bila jejas cukup besar cari garis fraktur,
aerokel, darah dalam sinus paranasalis
shift glandula pinealis, fragmen tulang
dan corpus alienum
 Tidak untuk mencari fraktur basis
 Penderita yang memerlukan CT Scan
kepala tidak perlu dibuat X – foto kepala
 Dari hasil foto perlu diperhatikan
kemungkinan adanya fraktur
 Linier
 Impresi
 Terbuka / tertutup
 X foto lain dilakukan atas indikasi
 X -foto vertebra servikal : menyingkirkan
adanya cedera servikal
 X -foto thorax : cedera penyerta
 X- foto lain : menurut keperluan
 CT Scan kepala : untuk melihat kelainan yang mungkin
terjadi berupa :
 Gambaran kontusio
 Gambaran edema otak
 Gambaran perdarahan (hiperdens)
 Hemoatoma epidural
 Hematoma Subdural
 Hematoma Subaraknoid
 Hematoma intraserebral
8. Terapi Penanganan emergensi sesuai dengan beratnya trauma
kepala (ringan, sedang, berat) berdasarkan urutan :
1. Survei Primer, gunanya utk menstabilkan kondisi
pasien, meliputi tindakan tindakan sbb :
A = Airway (Jalan nafas).
B = Breathing (pemafasan).
C = Circulat'wn (sirkulasi)
D = Disability (yaitu untuk mengetahui lateralisasai
dan kondisi umum dengan pemeriksaan cepat
status umum dan neurologi)
2. Survei Sekunder, meliputi pemeriksaan dan tindakan
lanjutan setelah kondisi pasien stabil .
E = Laboratorium
Radiologi
F = Manajemen Terapi
 Siapkan untuk operasi pada pasien yang
mempunyai indikasi
 Siapkan untuk masuk ruang rawat
 Penanganan luka luka
 Pemberian terapi obat obatan sesuai
kebutuhan
Indikasi operasi penderita trauma kepala
1. EDH (epidural hematoma);
a. > 40 cc dengan midiine shifting pada daerah
temporal / frontal / parietal dengan fungsi
batang otak masih baik
b. > 30 cc pada daerah fossa posterior dengan
tanda-tanda penekanan batang otak atau
hidrosefalus dengan fungsi batang otak masfh
baik.
c. EDH progresif
d. EDH tipis dengan penurunan kesadaran
bukan indikasi operasi.
2. SDH (subdural hematoma)
a. SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS >
6, fungsi batang otak masih baik.
b. SDH tipis dengan penurunan kesadaran
bukan indikasi operasi.
c. SDH dengan edema serebri / kontusio
serebri disertai midiine shift dengan fungsi
batang otak masih baik.
3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca
trauma.
Indikasi operasi ICH pasca trauma :
a. Penurunan kesadaran progresif.
b. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-
tanda gangguan nafas (Cushing
reflex).
c. Perburukan defisit neurologi fokal
4. Fraktur impresi melebihi 1 (satu) diploe
5. Fraktur kranii dengan laserasi serebri
6. Fraklur kranii terbuka (pencegahan infeksi intra-
kranial).
7. Edema serebri berat yang disertai tanda
peningkatan TIK, dipertimbangan operasi
dekompresi
Kasus Ringan (Simple Head Injury)
1. Pemeriksaan status umum dan neurologi
2. Perawatan luka-luka
3. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh
keluarga selama 48 jam
Bila selama dirumha terdapat hal-hal sebagai berikut :
a. Pasien cenderung mengantuk
b. Sakit kepala yang semakin berat
c. Muntah proyektil
Maka pasien harus segera kembali ke RS
4. Pasien perlu dirawat apabila ada hal-hal berikut :
a. Ada gangguan orientasi (waktu, tempat)
b. Sakit kepala dan muntah
c. Tidak ada yang mengawasi di rumah
d. Lelatk rumha jauh atau sulit kembali ke RS
Penatalaksanaan di Ruang Rawat
Pelayanan medis :
Tujuan yang paling utama dari tata laksana trauma kepala
tertutup harus maksimal terhadap proses fisiologis dari
perbaikan otak itu sendiri (Miller, 1978)
A. Kritikal (SKG 3-4)
Perawatan di Unit Intensif Neurologi (Neurological
ICU) / ICu (bila tersedia)
B. Trauma kepala sedang dan berat (SKG 5 – 12)
1. Lanjutkan penanganan ABC
2. Pantau tanda vital (suhu, pernafasan, tekanan
darah) pupil, SKG, gerakan ekstremitas
sampai pasien sadar (memakai lembar
pantauan kondisi medis / Observation Chart)
 Pantauan dilakukan tiap 4 jam
 Lama pantauan sampai pasien mencapai
SKG 15
3. Cegah kemungkinan terjadinya tekanan
tinggi intrakranial, dengan cara :
 Posisi kepala ditinggikan 30 derajat.
 Bila perlu dapat diberikan Manitol 20%
(hati-hati kontraindikasi). Dosis awal 1
gr / kg BB, berikan dalam waktu ½ - 1
jam, drip cepat , dilanjutkan pemberian
dengan dosis 0.5 kg/BB drip cepat, ½ - 1
jam setelah 6 jam dari pemberiaan
pertama dan 0,25 gr/kg BB drip cepat, ½
- 1 jam setelah 12 jam dan 24 jam dari
pemberian pertama
 Berikan analgetika dan bila perlu dapat
diberikan sedasi jangka pendek
4. Atasi komplikasi
 Kejang ; profilaksis OAE selama 7 hari
untuk mencegah immediate dan early
seizure pada kasus risiko tinggi
 Infeksi akibat fraktur basis kranii /
fraktur terbuka : profilaksis antibiotika,
sesuai dosisi infeksi intrkranial selama
10 – 14 hari
 Gastrointestinal – perdarahan lambung
 Demam
 DIC : pasien dengan trauma kepala
tertutup cenderung mengalami
koagulopati akut
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roboransia, neuroprotektan, nootropik sesuai
indikasi

Trauma kepala ringan (komosio serebri)


1. Di rawat 2 x 24 jam
2. Tidur dengan posisi kepala ditinggikan 30 derajat
3. Obat-obat simptomatis seperti analgetik, anti emetic
dan lain-lain sesuai indikasi dan kebutuhan

Penatalaksanaan Neurorestorasi dan neurorehabilitasi


1. Evaluasi deficit neurologis
a. Parese nervi kranialis
b. Parese motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Koordinasi
f. Neurobehaviour (kognitif dan emosi)
 TOAG (Tes Orientasi dan Anamnesis
Galveston ) di ruang rawat
2. Membuat program restorasi berdasarkan acuan baku
sesuai dengan deficit yang didapatkan
3. Membuat discharge planning
4. Mengirim pasien ke pusat rehabilitasi
9. Edukasi 1. Edukasi mengenai trauma kepala
2. Edukasi mengenai tatalaksana kasus trauma kepala
3. Edukasi mengenai prognosa kasus trauma kepala
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad bonam (tergantung berat
trauma)
Ad fumgsionam : dubia ad malam (tergantung berat
trauma)
11. Tingkat Evidens II
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis 1. Hendro Susilo, dr.,Sp.S (K)
2. Abdulloh Machin, dr., Sp.S
3. Achmad Firdaus Sani, dr.,Sp.S, FINS
4. Mohammad Saiful Ardhi, dr., SpS
14. Indikator Medis 1. Evaluasi perbaikan tanda vital
2. Evaluasi perbaikan defisit neurologis
15. Kepustakaan 1. Atkinson JLD, Willberger JE. 2004. In : Layon AJ,
Gabrielli A, Friedman W. Textbook of neurointensive
care. Elsevier. Philadelphia. P. 215-234
2. Gilroy J (2000). Basic neurology : trauma. McGraw Hill,
New York. P. 553-582
3. Konsensus Nasional penanganan trauma kapitis dan
trauma spinalis. 2006. PERDOSSI. Jakarta.
4. Kuniyoshi S, Suarez Jl. 2004. Traumatic head injury. In :
Suarez Jl. Critical Care neurology and neurosurgery.
Humanapress. Totowa, New Jersey. P. 395-416
5. Pedoman Diagnosis dan terapi Ilmu bedah saraf. 2008.
RSUD Dr. Soetomo. Surabaya
6. Ropper AH, Brown RH. 2005. Adam and victors.
Principles of neurology : : Craniocerebral trauma.
McGraw Hill. New York. P. 747-770
7. Wartenberg KE, Mayer SA. 2007. Trauma. In : Bryst
JCM. Current Diagnosisi & Treatment. McGraw Hill,
Singapore. P. 175-198

Surabaya, Januari 2013

Ketua Komite Medik Ketua SMF. Neurologi,

Prof. Dr. Doddy M. Soebadi, dr., SpB, SpU(K). Wijoto, dr., Sp.S(K).
NIP. 19490906 197703 1 001 NIP. 19510623 197206 1 001

Direktur RSUD Dr Soetomo Surabaya,

Dodo Anondo, dr., MPH.


NIP. 19550613 198303 1 013

Anda mungkin juga menyukai