Anda di halaman 1dari 5

Stroke

No. ICPC-2 : K90 Stroke/cerebrovascular accident


No. ICD-10 : I63.9 Cerebral infarction, unspecified
Tingkat Kemampuan : 3B
Masalah Kesehatan
Stroke adalah defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak, berlangsung lebih
dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler. Secara global, saat ini stroke merupakan
salah satu penyebab kematian utama, dan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
Dari laporan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2007, stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan:
Gejala awal serangan stroke terjadi mendadak (tiba-tiba), yang sering dijumpai adalah
1. Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai (hemiparesis,
hemiplegi)
2. Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai (hemihipestesi,
hemianesthesi)
3. Gangguan bicara (disartria)
4. Gangguan berbahasa (afasia)
5. Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa berputar (vertigo),
kesulitan menelan (disfagia), melihat ganda (diplopia), penyempitan lapang penglihatan
(hemianopsia, kwadran-anopsia)

Catatan:
Kebanyakan penderita stroke mengalami lebih dari satu macam gejala diatas. Pada
beberapa penderita dapat pula dijumpai nyeri kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran,
dan kejang pada saat terjadi serangan stroke.
Untuk memudahkan pengenalan gejala stroke bagi masyarakat awam, digunakan istilah
FAST (Facial movement, Arm Movement, Speech, Time: acute onset). Maksudnya, bila
seseorang mengalami kelemahan otot wajah dan anggota gerak satu sisi, serta gangguan
bicara, yang terjadi mendadak, patut diduga mengalami serangan stroke. Keadaan seperti itu
memerlukan penanganan darurat agar tidak mengakibatkan kematian dan kecacatan.
Karena itu pasien harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
penanganan tindakan darurat bagi penderita stroke.
Seperti halnya TIA, pada stroke diperlukan anamnesis yang teliti tentang faktor risiko TIA/stroke.

Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat mempermudah terjadinya serangan stroke, misalnya usia tua, jenis
kelamin (laki-laki), berat badan lahir rendah, faktor herediter (familial), ras (etnik), memang tidak bisa
dihindari atau diubah (non modifiable risk factors). Sedangkan faktor risiko lainnya mungkin masih
bisa dihindari, diobati atau diperbaiki (modifiable risk factors).
Tabel Faktor risiko stroke

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


1. Pemeriksaan tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah harus diukur kanan dan
kiri
2. Pemeriksaaan jantung paru
3. Pemeriksaan bruit karotis dan subklavia
4. Pemeriksaan abdomen
5. Pemeriksaan ekstremitas
6. Pemeriksaan neurologis
a. Kesadaran: tingkat kesadaran diukur dengan menggunakan Glassgow Coma Scale (GCS)
b. Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig, dan Brudzinski
c. Saraf kranialis: terutama Nn. VII, XII, IX/X, dan saraf kranialis lainnya
d. Motorik: kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
e. Sensorik
f. Tanda serebelar: dismetria, disdiadokokinesia, ataksi, nistagmus
g. Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa, memori dll)
h. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pemeriksaan refleks batang
otak:
 Pola pernafasan: Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik sentral, apneustik, ataksik

Refleks cahaya (pupil)


 Refleks kornea
 Refleks muntah
 Refleks okulo-sefalik (doll’s eyes phenomenon)
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan pendukung yang diperlukan dalam penatalaksanaan stroke akut di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat lanjut
1. Pemeriksaan standar:
a. CT scan kepala (atau MRI)
b. EKG (elektrokardiografi)
c. Kadar gula darah
d. Elektrolit serum
e. Tes faal ginjal
f. Darah lengkap
g. Faal hemostasis
2. Pemeriksaan lain (sesuai indikasi):
a. Foto toraks
b. Tes faal hati
c. Saturasi oksigen, analisis gas darah
d. Toksikologi
e. Kadar alkohol dalam darah
f. Pungsi lumbal (pada perdarahan subaraknoid)
g. TCD (transcranial Doppler)
h. EEG (elektro-ensefalografi.

Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis klinis
Diagnosis awal ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Cara skoring ROSIER
(Recognition of Stroke in Emergency Room) dapat digunakan pada stroke akut.

Tabel Skor ROSIER untuk stroke


Yes No
Loss of consciousness or -1 0
syncope
Seizure -1 0
Asymetric facial +1 0
weakness
Asymetric arm weakness +1 0
Asymetric leg weakness +1 0
Speech disturbances +1 0
Visual field defect +1 0
Total (-2 to +5)
Stroke is unlikely but non completely excluded if total score are < 0

Klasifikasi
Stroke dibedakan menjadi:
1. Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan
kesadaran, tekanan darah tinggi.
2. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah, penurunan
kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.

Diagnosis Banding
Membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik sangat penting untuk penatalaksanaan
pasien.
Komplikasi
Komplikasi stroke yang harus diwaspadai karena dapat mengakibatkan kematian dan
kecacatan adalah komplikasi medis, antara lain komplikasi pada jantung, paru (pneumonia),
perdarahan saluran cerna, infeksi saluran kemih, dekubitus, trombosis vena dalam, dan
sepsis. Sedangkan komplikasi neurologis terutama adalah edema otak dan peningkatan
tekanan intrakranial, kejang, serta transformasi perdarahan pada infark.
Pada umumnya, angka kematian dan kecacatan semakin tinggi, jika pasien datang terlambat
(melewati therapeutic window) dan tidak ditangani dengan cepat dan tepat di rumah sakit
yang mempunyai fasilitas pelayanan stroke akut.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Pertolongan pertama pada pasien stroke akut.
1. Menilai jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
2. Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat
3. Memberikan oksigen bila diperlukan
4. Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi (head-and-trunk up) 20-30 derajat
5. Memantau irama jantung
6. Memasang cairan infus salin normal atau ringer laktat (500 ml/12 jam)
7. Mengukur kadar gula darah (finger stick)
8. Memberikan Dekstrose 50% 25 gram intravena (bila hipoglikemia berat)
9. Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke rumah sakit layanan sekunder
10. Menenangkan penderita

Rencana Tindak Lanjut


1. Memodifikasi gaya hidup sehat
a. Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari lingkungan perokok
b. Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol
c. Mengurangi berat badan pada penderita stroke yang obes
d. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik atau TIA. Intensitas sedang
dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang cukup berarti hingga berkeringat atau
meningkatkan denyut jantung 1-3 kali perminggu.

2. Mengontrol faktor risiko


a. Tekanan darah
b. Gula darah pada pasien DM
c. Kolesterol
d. Trigliserida
e. Jantung
3. Pada pasien stroke iskemik diberikan obat-obat antiplatelet: asetosal, klopidogrel

Konseling dan Edukasi


1. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar tidak terjadi kekambuhan atau
serangan stroke ulang
2. Jika terjadi serangan stroke ulang, harus segera mendapat pertolongan segera
3. Mengawasi agar pasien teratur minum obat.
4. Membantu pasien menghindari faktor risiko.

Kriteria Rujukan
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan diberikan penanganan
awal, segera mungkin harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis saraf, terkait dengan angka kecacatan dan kematian yang tinggi. Dalam hal
ini, perhatian terhadap therapeutic window untuk penatalaksanaan stroke akut sangat
diutamakan.
Peralatan
1. Alat pemeriksaan neurologis.
2. Senter
3. Infus set.
4. Oksigen.

Prognosis
Prognosis adalah dubia, tergantung luas dan letak lesi. Untuk stroke hemoragik sebagian
besar dubia ad malam. Penanganan yg lambat berakibat angka kecacatan dan kematian
tinggi.
Referensi
1. Misbach J dkk. Kelompok Studi Stroke. Guideline Stroke 2011. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Jakarta, 2011. (Misbach, 2011)
2. Jauch EC et al. Guidelines for the Early Management of Patients with Acute Ischemic
Stroke. A Guideline for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke 2013; 44:870-947. (Jauch, 2013)
3. Morgenstern LB et al. Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage. Guideline for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke 2010; 41:1-23. (Morgenstern, 2010)
4. Furie K et al. Guidelines for the Prevention of Stroke in Patients With Stroke or Transient
Ischemic Attack : A Guideline for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke 2011;42:227-276. (Furie, 2011)

Anda mungkin juga menyukai