Anda di halaman 1dari 6

Keto Asidosis Diabetik (KAD)

1. Keto Asidosis Diabetik merupakan komplikasi akut dari Diabetes Mellitus


yang meliputi hiperglikemia, asidosis metabolik, dan peningkatan kadar
keton dalam darah.
2. Keto Asidosis Diabetik merupakan komplikasi akut dari Diabetes Mellitus
yang meliputi hiperglikemia, asidosis metabolik, dan peningkatan kadar
keton dalam darah.
3. Keto Asidosis Diabetik sering terjadi pada DM tipe 1 dan juga pada DM tipe
2 yang mengalami stres katabolik misalnya akibat trauma, infeksi, atau
pembedahan.
4. Tanda dan gejala klinis meliputi poliuria, polidipsi, berat badan turun, mual,
muntah, dehidrasi, lemah, nyeri perut difus, penurunan kesadaran, nafas
cepat dan dalam (Kussmaul respiration).
Pengertian 5. Pemeriksaan :
a. Gula darah sewaktu >250mg/dl
b. pH arteri <7,30
c. Pernafasan Kussmaul
d. Keton darah dan atau keton urin meningkat
e. Bikarbonat serum <18mEq/l
f. Anion gap >10, anion gap = [Na – (Cl + HCO3)]
6. Diagnosa Banding:
a. Lakto asidosis
b. Sindroma hiperglikemik hiperosmolar
c. Keto asidosis alkoholik
d. Starvation ketosis
7. Intoksikasi obat-obatan seperti salisilat, metanol, etilenglikol, paraldehid
1. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Tujuan
2. Pasien mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur.
Prosedur Penanganan KAD berdasarkan American Diabetes Association adalah sebagai
berikut:
1. Koreksi Dehidrasi
a. Infus NaCl 0,9% 15-20ml/kgBB (rata-rata 1-1,5L) dalam 1 jam pertama
b. Tentukan status hidrasi:
- Syok hipovolemik: infus NaCl 0,9% 1L/jam dan atau koloid
- Syok kardiogenik: monitoring hemodinamik
- Hipotensi ringan: tentukan Na serum, bila tinggi atau normal infus
NaCl 0,45% 4-14ml/kgBB/jam. Bila rendah infus NaCl 0,9% 4-
14ml/kgBB/jam
c. Untuk memudahkan dapat diberikan 1L dalam jam ke-I, 1L dalam jam ke-
II, 500ml-1L dalam jam ke-III, 500ml-1L dalam jam ke-IV, dan 500ml-1L
dalam jam ke V (diberikan 3,5-5L dalam 5 jam pertama)
2. Rujuk ke RS

STROKE
Stroke adalah deficit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak,
Pengertian berlangsung lebih dari 24 jam dan disebabkan oleh faktor vaskuler.

1. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.


Tujuan
2. Pasien mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur.
Prosedur A. Anamnesis
Keluhan:
Gejala awal serangan stroke terjadi mendadak (tiba-tiba), yang sering
dijumpai adalah :
1. Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai
(hemiparesis, hemiplegi)
2. Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai
(hemihipestesi, hemianesthesi)
3. Gangguan bicara (disartria)
4. Gangguan berbahasa (afasia)
5. Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa
berputar (vertigo), kesulitan menelan (disfagia), melihat ganda
(diplopia), penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kuadran-
anopsia)
Catatan:
 Kebanyakan penderita stroke mengalami lebih dari satu macam gejala
diatas.
 Pada beberapa penderita dapat pula dijumpai nyeri kepala, mual,
muntah, penurunan kesadaran, dan kejang pada saat terjadi serangan
stroke.
 Untuk memudahkan pengenalan gejala stroke bagi masyarakat awam,
digunakan istilah FAST (Facial movement, Arm Movement, Speech,
Time: acute onset). Maksudnya, bila seseorang mengalami kelemahan
otot wajah dan anggota gerak satu sisi, serta gangguan bicara, yang
terjadi mendadak, patut diduga mengalami serangan stroke. Keadaan
seperti itu memerlukan penanganan darurat agar tidak mengakibatkan
kematian dan kecacatan. Karena itu pasien harus segera dibawa ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk penanganan tindakan darurat
bagi penderita stroke.

B. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat mempermudah terjadinya serangan
stroke, misalnya usia tua, jenis kelamin (laki-laki), berat badan lahir
rendah, faktor herediter (familial), ras (etnik), memang tidak bisa
dihindari atau diubah (non modifiable risk factors). Sedangkan faktor
risiko lainnya mungkin masih bisa dihindari, diobati atau diperbaiki
(modifiable risk factors).

C. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana


1. Pemeriksaan tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah harus
diukur kanan dan kiri
2. Pemeriksaaan jantung paru
3. Pemeriksaan bruitkarotis dan subklavia
4. Pemeriksaan abdomen
5. Pemeriksaan ekstremitas
6. Pemeriksaan neurologis
a. Kesadaran: tingkat kesadaran diukur dengan menggunakan
Glassgow Coma Scale (GCS)
b. Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig,
dan Brudzinski
c. Saraf kranialis: terutama Nn. VII, XII, IX/X, dan saraf kranialis
lainnya
d. Motorik: kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
e. Sensorik
f. Tanda serebelar: dismetria, disdiadokokinesia, ataksi, nistagmus
g. Pemeriksaan fungsi luhur, terutama fungsi kognitif (bahasa,
memori dll)
h. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan

Pemeriksaan refleks batang otak:


 Pola pernafasan: Cheyne-Stokes, hiperventilasi neurogenik sentral,
apneustik, ataksik
 Refleks cahaya (pupil)
 Refleks kornea
 Refleks muntah
 Refleks okulo-sefalik (doll’s eyes phenomenon)

D. Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis klinis
Diagnosis awal ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Cara skoring ROSIER (Recognition of Stroke in Emergency Room)
dapat digunakan pada stroke akut.

Skor ROSIER untuk stroke


Yes No
Loss of consciousness or -1 0
syncope -1 0
Seizure +1 0
Asymetric facial weakness +1 0
Asymetric arm weakness +1 0
Asymetric leg weakness +1 0
Speech disturbances +1 0
Visual field defect

Total (-2 to +5)


Stroke is unlikely but non completely excluded if total score are < 0

Klasifikasi
Stroke dibedakan menjadi:
1. Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat, muntah,
penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi.
2. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat,
muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.

Diagnosis Banding
Membedakan stroke iskemik dan stroke hemoragik sangat penting untuk
penatalaksanaan pasien.

E. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Pertolongan pertama pada pasien stroke akut.
1. Menilai jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
2. Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat
3. Memberikan oksigen bila diperlukan
4. Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi (head-and-trunk up) 20-
30 derajat
5. Memantau irama jantung
6. Memasang cairan infus salin normal atau ringer laktat (500 ml/12 jam)
7. Mengukur kadar gula darah (finger stick)
8. Memberikan Dekstrose 50% 25 gram intravena (bila hipoglikemia
berat)
9. Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke RS.
SYOK KARDIOGENIK
Penanganan Syok Kardiogenik adalah kondisi kegagalan fungsi hemodinamik
sebagai akibat dari :
a. Cadiac Output yang tidak adekuat dikarenakan
1) Myocardial : AMI, myocarditis akut, terminal failure
Pengertian 2) No myocardial : rupture katup, rupture cordatendiane
b. Kurangnya volume darah yang masuk ke dalam ventrikel akibat dari
1) Mekanik : tamponade, emboli paru massif
2) Fungsional : ektopik takikardi, aritmia berat

1. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.


Tujuan
2. Pasien mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur.
a. Petugas kesehatan melakukan anamnesis seperti
1) Riwayat penyakit jantung sebelumnya
2) Sesak nafas
3) Batuk berdahak
b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan fisik apabila ditemukan
adanya:
1) Gelisah sampai tidak sadar
2) Akral dingin, keringat dingin berlebihan
3) Denyut nadi cepat dan kecil
Prosedur
4) Tekanan darah sistolik menurun
5) Pernapasan meningkat
6) Klinis edem paru : ronkhi basah halus di basal paru
c. Petugas kesehatan meninggikan posisi kaki apabila TD systole <70 mmHg
d. Petugas kesehatan membebaskan jalan napas (ABC)
e. Petugaskesehatanmemasang O2 3-4 lpm
f. Petugas kesehatan memasang infuse D5%
g. Petugas kesehatan merujuk pasien ke RS

Anda mungkin juga menyukai