Anda di halaman 1dari 12

1.

1 Pengertian
Sindrom koroner akut adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi dimana aliran
darah menuju jantung berkurang secara drastis atau tiba-tiba. Sindrom coroner akut merupakan
merupakan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan aliran darah.
Sindrom koroner akut adalah istilah untuk tanda-tanda klinis dan gejala iskemia miokard:
angina stabil, non-ST-segmen elevasi miokard infark, dan elevasi ST-segmen infark miokard.
Sindrom koroner akut (SKA) adalah merupakan satu dari tiga penyakit pembuluh darah arteri
koroner, yaitu : ST-Elevasi infark miokard (30 %), Non ST-Elevation infark miokard (25 %),
dan Angina Pectoris Tidak Stabil (25 %).

1.2 Etiologi
- Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1. Faktor pembuluh darah
a) Aterosklerosis.
b) Spasme
c) Arteritis
2. Faktor sirkulasi
a) Hipotensi
b) Stenosis aorta c
c) Insufisiensi
3. Faktor darah
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat
1. Aktifitas berlebihan
2. Emosi
3. Makan terlalu banyak
- Faktor predisposisi
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a. Usia > 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
c. Hereditas
- Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Mayor :
1. Hiperlipidemia
2. Hipertensi
3. Merokok
4. Diabetes
5. Obesitas
6. Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor:
1. Inaktifitas fisik
2. Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
3. Stress psikologis berlebihan.

1.2 Manifestasi Klinis


a. Nyeri :
1. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
3. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus
ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin.
5. Nyeri biasanya dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah.
b. Pada AKS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual, dan nyeri epigastrik.
c. Perubahan tanda vital, seperti takikardi, takipnea, hipertensi, atau hipotensi, dan penurunan
saturasi oksigen (SPO2) atau kelainan irama jantung.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk sindrom koroner yaitu mencakup:
a. Elektrokardiogram
Oklusi pada arteri koroner akan menyebabkan gangguan impuls listrik jantung sehingga
pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) sangat penting untuk dilakukan. Pada sindroma
koroner akut, terdapat beberapa perubahan EKG yang penting, terutama pada segmen ST
dan gelombang T.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sampel darah yang sangat penting adalah pemeriksaan biomarker yaitu enzim
jantung. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan enzim tersebut adalah waktu
pemeriksaan setelah terjadi serangan. Enzim jantung tidak serta merta muncul dalam darah
segera setelah serangan, dan enzim jantung juga akan menghilang setelah beberapa waktu
tertentu. Pemeriksaan enzim jantung penting dalam mendiagnosis sindroma koroner akut.
Pada unstable angina tidak didapati peningkatan enzim jantung, sementara pada NSTEMI
terjadi peningkatan enzim jantung.
Pemeriksaan Darah Lainnya:
Pemeriksaan darah lainnya yang penting dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap dan
panel metabolik. Pemeriksaan darah lengkap dapat menilai ada tidaknya anemia yang
dapat memperburuk prognosis pasien. Pemeriksaan metabolik yang perlu dilakukan berupa
kadar kolesterol, terutama LDL, kadar glukosa darah, dan fungsi tiroid.
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto toraks dapat berguna untuk melihat kardiomegali, komplikasi sindroma
koroner akut seperti edema paru pada gagal jantung. Pada edema paru dapat terjadi
gangguan hemodinamik. Bila terdapat gangguan hemodinamik, pemeriksaan foto toraks
sangat membantu.
d. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ekokardiografi dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas
tersebut. Melalui pemeriksaan ekokardiografi dapat ditentukan status kontraktilitas dari
jantung pasien. Pemeriksaan ekokardiografi juga dapat melihat komplikassi sindroma
koroner akut yang muncul.
1.7 Diagnosa Banding
Beberapa diagnosa banding untuk sindrom koroner akut diantaranya adalah:
a. Perikarditis
b. Temponade jantung
c. Emboli paru akut
d. Tension pneumothorax
e. Diseksi aorta

1.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain :
a. Aritmia
b. Kematian mendadak
c. Syok kardiogenik
d. Gagal Jantung ( Heart Failure)
e. Emboli Paru
f. Ruptur septum ventikuler
g. Ruptur muskulus papilaris
h. Aneurisma Ventrikel

1.9 Penatalaksanaan
a. Medis
1. Pasien dianjurkan istirahat total
2. Pasien puasa 4-6 jam, setelah pasien tidak ada keluhan nyeri dada dapat diet cair
3. Pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan
4. Pemberian oksigenasi
5. pemberian obat morphine, aspirin dan antitrombolitik lain
b. Non farmakologi
1. Merubah gaya hidup, misalnya berhenti merokok
2. Olahraga, dapat menigkatkan kadar HDL dan memperbaiki coroner pada penderita
jantung
3. Diet dapat mengurangi kadar hiperglikemi
c. Keperawatan
1. Memonitor tanda-tanda vital secara rutin
2. Memonitor status pernafasan
3. Memonitor tingkat ketidaknyamanan atau nyeri dada
4. Memberikan alat bantu pernafasan sesuai kebutuhan

1.10 Konsep Keperawatan


- Pengkajian
a. Tampilan Umum
Pasien tampak pucat, berkeringat dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan,
pasien juga tampak sesak.
b. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit jantung, DM, stroke,
hipertensi, dan penyakit jantung lainnya.
c. Aktifitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olahraga
tidak teratur.
Tanda : Takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas.
d. Sirkulasi
Gejala : Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri coroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda : TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri,
Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah/ kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra: S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
Murmur: bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
Friksi: dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema: Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
e. Eliminasi
Tanda : Normal, bunyi usus menurun.
f. Makanan atau cairan
Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda: Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
g. Higiene
Gejala atau tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan
h. Neurosensori
Gejala : Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat)
Tanda : Perubahan mental, kelemahan
i. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral).
Lokasi: Tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
Kualitas: menyempit, berat, menetap, tertekan.
Intensitas: biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
Catatan: nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
j. Pernafasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, dispnea nocturnal, batuk dengan
atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/ kuat, pucat, sianosis, bunyi
nafas ( bersih, krekles, mengi )
- Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d iskemia jaringan miokard
b. Penurunan curah jantung b/d peningkatan beban kerja ventikuler.
c. Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/ retensi air
d. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan
kebutuhan
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah ke jaringan

- Perencanaan

No Diagnosa NOC dan Indikator NIC


1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Management Nyeri (1400)
berhubungan selama … x24 jam diharapkan nyeri 1. Monitor tanda-tanda vital
dengan: Agen akut dapat teratasi dengan kriteria 2. Observasi reaksi nonverbal
injuri (biologi, hasil: dari ketidaknyamanan
3. Lakukan pengkajian nyeri
kimia, fisik, Tingkat nyeri (2102)
secara komprehensif
psikologis), Kode Indikator s.a s.t termasuk lokasi,
kerusakan 210201 Nyeri yang karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan dilaporkan
presipitasi
210206 Ekspresi nyeri 4. Kaji tipe dan sumber nyeri
wajah untuk menentukan intervensi
5. Kontrol lingkungan yang
210208 Tidak bisa
dapat mempengaruhi nyeri
beristirahat seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Ajarkan tentang teknik non
-
farmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
7. Anjurkan kepada keluarga
untuk meningkatkan istirahat
pada pasien
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

2 Penurunan Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (4040)


curah jantung keperawatan selama … x24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital
b/d diharapkan penurunan curah jantung secara rutin
peningkatan dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor disritmia jantung,
termasuk gangguan ritme dan
beban kerja Status sirkulasi (0401)
konduksi jantung
ventikuler Kode Indikator s.a s.t 3. Monitor status pernafasan
040101 Tekanan darah terkait dengan adanya gejala
gagal jantung
sistole
4. Dorong adanya peningkatan
040102 Tekanan darah aktifitas bertahap (anjurkan
diastole pasien untuk membatasi
aktifitas secara berlebihan
040103 Tekanan nadi
5. Catat tanda dan gejala
040137 Saturasi penurunan curah jantung
oksigen 6. Bangun hubungan saling
mendukung antara pasien dan
keluarga
7. Lakukan terapi relaksasi
sebagaimana mestinya
8. Edukasi kepada keluarga untuk
selalu memberi dukungan dan
tekhnik yang efektif dalam
menangani stress
9. Kolaborasi dengan tim tenaga
medis lainnya

3 Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan (monitor) elektrolit


volume cairan keperawatan selama … x24 jam (2020)

b/d diharapkan Kelebihan volume cairan 1. Monitor berat badan


peningkatan dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala dari
natrium/
Keseimbangan cairan (0601) odem Monitor hasil lab yang
retensi air sesuai dengan retensi cairan
Kode Indikator s.a s.t (BUN , Hmt , osmolalitas
urin)
060108 Suara nafas
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Monitor indikasi retensi /
060110 Asites kelebihan cairan (cracles,
060112 Edema perifer CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
060124 pusing 6. Monitor masukan makanan/
cairan
7. Monitor status nutrisi
8. Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
9. Pasang urin kateter jika
diperlukan
10. Kolaborasi pemberian
obat

4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung: Rehabilitatif


aktifitas b/d keperawatan selama … x24 jam (4046)

ketidakseimba intoleransi aktifitas dapat teratasi 1. Observasi adanya


ngan antara dengan kriteria hasil : pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
suplai oksigen Toleransi terhadap aktivitas (0005)
2. Monitor pasien akan adanya
dan kebutuhan Kode Indikator s.a s.t kelelahan fisik dan emosi
000502 Frekuensi nadi secara berlebihan
3. Monitor respon kardivaskuler
ketika
terhadap aktivitas (takikardi,
beraktivitas disritmia, sesak nafas,
000503 Frekuensi diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
pernapasan
4. Monitor pola tidur dan
ketika lamanya tidur/istirahat pasien
beraktivitas 5. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
000518 Kemudahan
6. Bantu klien untuk
dalam mengidentifikasi aktivitas
melakukan yang mampu dilakukan,
aktivitas hidup bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
harian kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
7. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan progran
terapi yang tepat

5 Ketidakefektifa Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi (4064)


n perfusi keperawatan selama … x24 jam 1. Monitor tingkat
jaringan perifer diharapkan ketidakefektifan perfusi ketidaknyamanan atau nyeri
b/d penurunan jaringan perifer dapat teratasi dengan dada
2. Lakukan penilaian sirkulasi
aliran darah kriteria hasil :
perifer secara komprehensif
kejaringan Perfusi jaringan: perifer (0407) (seperti mengecek nadi,
Kode Indikator s.a s.t edema, warna dan suhu
ekstremitas)
040730 Kekuatan
3. Kaji fungsi gastrointestinal,
denyut nadi adanya mual muntah,
040741 Mati rasa peristaltic, distensi abdomen
dan konstipasi
040743 Muka pucat
4. Bantu memasukkan atau
040744 Kelemahan otot memberikan alat bantu
pernafasan
5. Kolaborasi dengan tim
tenanga medis lainnya untuk
pemberian terapi dan obat
Daftar Pustaka

Doenges M.E., 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke-3. Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran UI, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, editor Arif M. Dkk edisi ke-3 jilid 1,
Jakarta, Media Aesculapius

Heni Rokaeni, SMIP, CCRN. et. al. 2001. Keperawatan Kardiovaskular. Harapan Kita. Jakarta

Nanda, 2011. Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Budi Santosa, Jakarta ; EGC Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , edisi ke-3. jilid 1
Jakarta : FKUI

Price,S.A, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, alih bahasa, Brahm U.
Pendit ; editor Huriawati Hartanto Edisi 6 Volume 1, Jakarta ;EGC

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, alih
bahasa Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi ke- 8 Volume 2, Jakarta : EGC

Wilkinson, J, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan intervensi NIC dan kriteria hasil
NOC, alih bahasa Widyawati, editor Eny M. Edisi ke-7 Jakarta ; EGC

Udijanti, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta ; Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai