1. Pengertian Gangguan fungsi otak fokal maupun global yang berlangsung 24 jam atau
(Definisi) lebih atau langsung menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan
oleh berkurangnya suplai darah otak.
8. Tatalaksana a. Kendalikan hipertensi : bila TDS > 220 mmHg atau MAP > 150
mmHg dapat diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi
intravena secara kontinyu dengan pemantauan tekanan darah setiap
15 menit. Dapat digunakan preparat Nikardipin atau diltiazem
intravena. Anti hipertensi oral dipergunakan untuk terapi
pemeliharaan.
b. Neuroprotektan:
- Citicholin: diberikan dalam 24 jam sejak awal stroke. 250 – 1000
mg mg/hari i.v terbagi dalam 2-3 kali/hari selama 2-14 hari.
- Piracetam: diberikan dalam 7 jam pertama dari awal stroke.
Pemberian pertama 12 gr perinfus habis dalam 20 menit,
dilanjutkan 3 gr bolus i.v per 6 jam sampai hari ke 4. Hari ke 5
sampai dengan akhir minggu ke 4 diberikan 4.8 gr dibagi 3 X/hari
per oral. Minggu ke 5 – 12 diberikan 2.4 gr dibagi 2X/hari.
c. Anti agregasi platelet: yang direkomendasikan hanya aspirin
(Guidelines Stroke 2011).
1. Aspirin: 1X 325 dalam 24 – 48 jam pertama, dilanjutkan 1X
80-100 mg.
2. Bila tidak toleran terhadap aspirin bisa diberikan:
a. Klopidogrel 1 X 75 mg..
b. Dipiridamol 2 X 200 mg, atau kombinasi aspirin 25 mg +
Dipiridamol ER 200 mg.
Efek samping anti agregasi: iritasi lambung, perdarahan,
trombositopenia, reaksi alergi.
d. Ranitidin 2 x 1 amp iv.
e. Neurotonik: Vit.B1, B6, B12.
Lama perawatan 8-10 hari (jika tanpa komplikasi/penyulit seperti
penumonia, gangguan jantung dll).
14. Indikator Dalam perawatan selama 7 hari Penderita stroke iskhemik 50% mengalami
Medis perbaikan
(outcome)
15. Kepustakaan 1. Adelina Yasmar :Penangnan Stroke pasca akut, Neurology in Familial
Medicine, edisi I
2. John C.M Brust: Cerebrovascular Disease in Current Diagnosis &
Treatment.
3. M Saiful Islam : Penatalaksanaan Hypertensi pada stroke akut ,Clinical
Practtice in Neurology, neurology departement of Medical Faculty of
UNAIR.
4. Standar Pelayanan Medis Neurologi 2006
5. Standar Pelayanan Operasional 2006
6. AHA/ASA Guideline Stroke 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT
MALARIA
Kode : ICD. B.50.8
2. Anamnesis Riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi
ke daerah endemik malaria, trias malaria (keadaan menggigil yang
diikuti dengan demam dan kemudian timbul keringat yang banyak ; pada
daerah endemik malaria, trias malaria mungkin tidak ada, gejala utama
tersering : vertigo, anoreksia, malaise, nausea dan diare.
4. Kriteria 1. Klinis
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
7. Pemeriksaan Laboratorium : Darah tebal dan tipis malaria, serologi malaria, DPL, tes
Penunjang fungsi ginjal, tes fungsi hati, gula darah, UL, AGD, elektrolit,
hemostatis, rontgen toraks, EKG
Malaria berat
Artesunate iv/im 2,4 mg/kgBB diberikan pada jam ke-0, 12,
24, dilanjutkan satu kali per hari, atau injeksi artem
intramuskular.
Drip kina HCl 500 mg (10 mg/kgBB) dalam 250-500 ml D5%
diberikan dalam 6-8 jam (maksimum2000 mg) dengan
pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai
pasien dapat minum obat per oral atau sampai hitung parasit
malaria sesuai target (total pemberian parenteral dan per oral
selama 7 hari dengan dosis per oral 10 mg/kgBB/24 jam
diberikan 3 kali sehari)
Pengobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan
tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari atau
doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari.
Perhatian SP tidak boleh pada bayi dan ibu hamil. Primakuin tidak boleh
diberikan pada ibu hamil, bayi, dan penderita defisiensi G6PD.
Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong. Pada
pemberian kina paranteral, bila obat sudah diterima selama 48 jam tetapi
belum ada perbaikan dan atau terdapat gangguan fungsi ginjal, maka
dosis selanjutnya diturunkan sampai 30-50%. Kortikosteroid merupakan
kontra indikasi pada malaria serebral.
Pemantauan pengobatan : hitung parasit minimal tiap 24 jam, target
hitung parasit pada H1 50% H0 dan H3 <25% H0. pemeriksaan diulang
sampai dengan tidak ditemukan parasit malaria dalam 3 kali
pemeriksaan berturut-turut.
Pencegahan : klorokuin basa 5 mg/kgBB, maksimal 300 mg/minggu
diminum tiap mingu sejak 1 minggu sebelum mesuk daerah endemik
sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemik atau
doksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari dimulai 1 (satu) hari sebelum pergi ke
daerah endemis malaria hingga 4 minggu setelah meninggalkan daerah
endemis
10. Prognosis Malaria falsiparum ringan/sedang, malaria vivax, atau malaria ovale :
bonam.
Malaria berat : Dubia ad malam
11.Tingkat evidens
12.Tingkat
rekomendasi
15. Kepustakaan 1. Buku saku penatalaksanaan kasus malaria WHO, Ditjen Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI Tahun 2017.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
DEPARTEMEN/ SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT
1. Pengertian Suatu peadangan akut appendik yang ditandai oleh adanya obstruksi parsial
(Definisi) lumen atau tejadinya proses inflamasi akut dari jaringan sekitar appendiks
dalam jangka waktu kurang dari 2 minggu.
4. Kriteria 1. Klinis
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
4. USG
12.Tingkat B
rekomendasi
13.Penelaah kritis KSM Bedah
15. Kepustakaan
1.Buku Ajar Ilmu Bedah,Sjamsuhidayat
2.Principal of Surgery,Schwartz‟s
3.Konsensus Nasional Ikabi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
DEPARTEMEN/ SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT
1. Pengertian Suatu penonjolan dari isi rongga abdomen melalui kanalis inguinal
(Definisi)
2. Anamnesis Benjolan dilipat paha yang timbul bila melakukan kegiatan yang
menaikan tekanan intra abdominal.
Benjolan hilang bila berbaring
Bila sudah ireponibel, benjolan tidak hilang kembali.
Bila telah terjadi hernia inkarserata keluhannya nyeri hebat, mual
muntah , tidak dapat defekasi.
11.Tingkat evidens II
12.Tingkat B
rekomendasi
13.Penelaah kritis KSM Bedah
14. Indikator Medis 80% pasien yang dirawat dengan Hernia ingunalis pulang sembuh
1. Pengertian Tonsilitis kronik adalah peradangan kronik dari tonsil sebagai lanjutan
(Definisi) peradangan akut/subakut yang berulang/rekuren, dengan kuman penyebab
nonspesifik. Peradangan kronik ini dapat mengakibatkan pembesaran tonsil
yang menyebabkan gangguan menelan dan gangguan pernapasan.
4. Kriteria Diagnosis Satu atau lebih keluhan dari anamnesis yang berulang disertai dengan
pembesaran ukuran tonsil dan atau pemeriksaan fisik lainnya
6. Diagnosis Banding 1. Tonsilitis kronik oleh sebab lain : tuberkulosis, sifilis, aktinomikosis
2. Pembesaran tonsil karena kelainan darah atau keganasan, misalnya
leukemia, limfoma
11.Tingkat evidens
12.Tingkat
rekomendasi
13.Penelaah kritis KSM THT-KL
14. Indikator Medis 80% pasien yang dirawat dengan Hernia ingunalis pulang sembuh
1. Pengertian Pecahnya selaput ketuban (amnion dan khorion) tanpa disertai persalinan
(definisi) pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban pada kehamilan preterm.
Riwayat Obstetri:
R/ kehamilan sebelumnya dengan ketuban pecah dini?
R/ HPHT
5. Diagnosis KPD
6. Diagnosis -
Banding
7. Pemeriksaan - Tes nitrazin/ lakmus
Penunjang - Ultrasonografi: jumlah cairan amnion, kesejahteraan janin (profil
biofisik, dan non stress test)
- Lab darah (leukosit, diff count), LEA (Leucocyte Estrase Activity)
tanda-tanda infeksi intrauterine
8. Tatalaksana Ketuban pecah dini pada kehamilan ≥ 35 minggu
Prinsipnya lahirkan janin
Beri antibiotika profilaksis (Ampicillin 2 gram diikuti Ampicillin
4x1 gr dalam 48 jam, dilanjutkan dengan eritromisin 4x250 mg
oral dalam 10 hari, atau amoxicillin oral 3x500 mg dalam 5 hari
selama janin belum lahir
Ketuban pecah dini pada kehamilan 28 - 35 minggu
Terapi antibiotik
Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV selama 2
hari
Tokolisis: (> mimetic, Ca channel blocker)
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban
sangat sedikit amnio infusi
Ekspektatif bila paru telah matang
Ketuban pecah dini pada kehamilan < 28 minqgu
Perawatan konservatif
Terapi antibiotik
Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV bila
kehamilan > 28 minggu selama 2 hari
Tokolisis: β mimetic, Ca channel blocker
Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban
sangat sedikit amnio infusi
Sedapat mungkin dipertahankan sampai 33 - 35 minggu, jika
tidak ada infeksi
Indikator bayi :
1. Terminasi kehamilan berdasarkan indikasi ibu
15. Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. Williams obstetrics 23rd. New York: McGraw-Hill Companies
Inc. 2005: 193-4.
2. Kolegium Obstetri dan Ginekologi. Ketuban Pecah Dini. Dalam:
Modul pendidikan spesialis obstetri dan ginekologi. Jakarta. 2008: 12-
3.
3. Mercer, BM. Premature rupture of the membrane. In: Creasy RK,
Resnik Robert, Iams J D, Lockwood C J, Moore T R, editors. Creasy
& Resnik’s maternal-fetal medicine. Principles and practice. 6th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier. 2005; 558-09.
4. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Panduan penatalaksanaan kasus
obstetri. Jakarta: Pelawa Sari; 2012.
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT
1. Pengertian Kumpulan penyakit dengan gejala diare, yaitu defekasi dengan feses cair
(definisi) atau lembek dengan/tanpa lendir atau darah, dengan frekuensi 3 kali atau
lebih sehari, berlangsung kurang dari 14 hari, kurang dari 4 episode/bulan.
Perubahan konsistensi feses menjadi lebih lembek/cairdan frekuensi
defekasi lebih seringmenurut ibu.
2. Anamnesis Frekuensi BAB: 3 kali atau lebih, konsistensi feses cair atau lembek
(konsistensi feses cair tanpa ampas walaupun hanya sakali dapat disebut
diare), ada tidaknya darah dan atau lendir, jumlah feses.
Ada tidaknya muntah, gejala-gejala klinik lain (batuk-pilek, panas, kejang,
dan lain-lain), riwayat masukan cairan sebelumnya, minum lahap atau
malas minum.
5. Diagnosis Diare akut dehidrasi (derajat dehidrasi dibagi menjadi: tanpa dehidrasi,
ringan sedang, dan berat)
7. Pemeriksaan Darah rutin, feses rutin, dan urin rutin atas indikasi
Penunjang Elektrolit dan atau gas darah atas indikasi
8. Tatalaksana 1. Rehidrasi
2. Obat-obatan
3. Diet
4. Edukasi
Terapi medikamentosa :
Diberikan preparat zink elemenal, untuk usia < 6 bulan sebanyak 1 x 10
mg dan usia ≥ 6 bulan sebanyak 1 x 20 mg selama 10-14 hari. Obat-
obatan antimikroba termasuk antibiotik tidak dipakai secara rutin pada
penyakit diare akut. Patokan pemberian antimikroba/antibiotika adalah
sebagai berikut :
1. Kolera.
2. Diare bakterial invasif.
3. Diare dengan penyakit penyerta.
4. Diare karena parasit/jamur.
5. Bayi umur kurang dari 3 bulan
Ad. 1. Kolera :
Semua penderita yang secara klinis dicurigai kolera diberi
Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari.
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah KSM Kesehatan Anak
Kritis
14. Indikator Gambaran klinis dan derajat dehidrasi
Medis
15. Kepustakaan 1. Pudjiadi A, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, dkk.
Pedoman pelayanan medis IDAI. IDAI 2010. H 58-62.
2. Nelson Pediatric Text Book King CK, Glass R, Bresee JS, Duggan C.
Managing acute gastroenteritis among children oral rehydration:
maintenance, and nutritional therapy. Centers for disease control and
prevention. MMWR. 2003;52:1-29.
3. Dep Kes RI, Dirjen PP & PL. Keputusan Menteri Kesehatan RI No:
1216/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit
Diare, Edisi ke 5, Tahun 2007
4. Buku ajar IDAI Gastroenterohepatologi
5. Nelson Pediatric Text Book Fortaine O, Newton C. A revolution in the
management of diarrhea. Bull WHO. 2001; 79: 471-9.
6. Santosham M, Duggan C, Brown KH, Greenough III WB.
Management of acute diarrhea. Dalam: Wyllie R, Hyams JS,
penyunting. Pediatric Gastrointestinal and Liver Disease:
Pathophysiology, Diagnosis, Management. Edisi ke-3. Philadelphia:
WB Saunders; 2006. H. 557-81.
7. World Health Organization. Guideline for the control of shigellosis,
including epidemics due to shigella dysenteriae type 1. WHO; 2003.
H. 1-70.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
DEPARTEMEN/ SMF PARU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT
PNEUMONIA
1. Pengertian Infeksi pada jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme.
(Definisi)
2. Anamnesis 1. Batuk < 14 hari
2. Berdahak berwarna kuning/kehijauan
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
5. Demam tinggi
6. Nafsu makan menurun
12. Tingkat
A
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis KSM Paru
15. Kepustakaan 1. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, Bartlett JG, Campbell
GD, Dean NC. Infectious Diseases Society of America/American
Thoracic Society Consensus Guidelines on the Management of
Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clinical Infectious
Diseases. 2007; 44: S27–72
2. PDPI, 2003. Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, Jakarta.
3. Niederman MS, 2008. Principles of antibiotic use and the selection
of empiric therapy for pneumonia In: Fishman’s Pulmonary
Diseases and Disorders. Chapter 115. Fourth Edition. McGraw
Hill, New York, pp. 2051-2064
4. American Thoracic Society. Guidelines for management of adults
with community-acquired pneumonia. Diagnosis, assessment
ofseverity, antimicrobial therapy, and prevention. Am J Respir
Crit.Care Med. 2001; 163: 1730-5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
DEPARTEMEN/ SMF THT-KL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT
11.Tingkat evidens
12.Tingkat
rekomendasi
13.Penelaah kritis KSM ILMU KESEHATAN MATA
1. Definisi Infeksi dengue disertai dengan adanya bukti plasma leakage bertendensi
menimbulkan renjatan dan kematian
2. Anamnesis 1. Demam atau riwayat demam mendadak tinggi, terus menerus, 2-7
hari, dapat mencapai 40°C serta terjadi kejang demam.
2. Manifestasi perdarahan
3. Dijumpai facial flush
4. Muntah
5. Nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring
hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut.
6. Bila syok: lemah, gelisah, produksi urine sedikit, kaki tangan dingin
7. Terdapat kasus DBD di lingkungan
Ig M Ig G Interpretasi Keterangan
+ - Infeksi primer -
+ + Infeksi sekunder -
- - Tidak terbukti diulang pada fase
adanya konvalesens
Infeksi
- + Infeksi pada 2-3 diulang pada fase
bulan sebelumnya konvalesens
10. Prognosis Baik pada Demam Dengue dan DHF derajat 1 dan 2
Buruk pada DHF derajat 3 dan 4 apabila terlambat ditangani. Angka
kematian th. 2008-2013 di 6 RS Pendidikan di Indonesia Demam
Dengue 0.08%, DHF 0.36%, DSS 7.81. Keseluruhan 1.39%
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat
Rekomendasi
13.Penelaah Kritis KSM Kesehatan Anak
14.Indikator 1. Bebas demam 24 jam tanpa antipretik
Medis 2. Hemodinamik stabil
(Outcome) 3. Kembalinya nafsu makan
4. Perbaikan klinis
5. Produksi urin cukup
6. Tidak ditemukan distress napas dari efusi pleura dan atau asites
7. Trombosit > 50.000 dengan kecenderugan meningkat.
8. Hematokrit stabil
9. Tidak ada bukti perdarahan baik internal maupun eksternal
10. Tidak muntah dan tidak ada nyeri perut
11. Dua hari pasca syok
12. Mulai timbul ruam penyembuhan