Anda di halaman 1dari 21

PEMANTAUAN DAN

PENCEGAHAN TEKANAN
INTRA KRANIAL
PENGERTIAN
 Tekanan Intrakranial merupakan
jumlah total dari tekanan yang
diberikan oleh otak, darah, dan cairan
cerebrospinal (cerebrospinal fluid/ CSF)
di dalam ruang kranium yang kaku
 Peningkatan tekanan intrakranial
biasanya disebabkan oleh
peningkatan volume otak (edema
serebral), darah (perdarahan
intrakranial), lesi desak ruang, atau
CSF (hidrosefalus).
PENYEBAB
 Penyebab paling umum seseorang mengalami peningkatan TIK adalah cedera kepala,
misalnya akibat pukulan atau hantaman keras di kepala.
 Pada bayi atau anak-anak biasanya:
• terjatuh dari tempat tidur,
• kecelakaan, atau
• karena tindak kekerasan pada anak
• keadaan hidrosefalus kongenital.
 Penyakit.
• Infeksi otak, misalnya meningitis dan abses otak
• Stroke
• Tumor atau kanker pada otak
 Aneurisma otak
 Hidrosefalus
 Hipoksemia atau berkurangnya kadar oksigen
dalam darah
 Status epilektikus pada penderita epilepsy
 Perdarahan otak karena tekanan darah yang
terlalu tinggi
 Pembengkakan atau edema otak
TANDA DAN GEJALA

1. Sakit kepala

2. Mual dan muntah

3. Penglihatan ganda

4. Tekanan darah meningkat

5. Merasa bingung, linglung, gelisah atau timbul perubahan perilaku

6. Kondisi ini juga dapat menilmbulkan gejala yang lebih berat, termasuk pupil mata
yang tidak meberikan respon pada perubahan cahaya, napas cepat atau sesak, kejang,
serta hilang kesadaran atau koma.
Komplikasi
1. Herniasi batang otak ireversible anoxia otak.
2. Diabetes Insipidus akibat penurunan sekresi ADH kelebihan
urine, penurunan osmolaritas urine, serum hiperosmolaritas
dengan terapi : cairan, elektrolit, vasopresin.
3. Sindrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)
peningkatan sekresi ADH kebalikan Diabetes insipidus terapi :
batasi cairan, 3 % hipertonic saline solution hati-hati central
pontine myelolysis tetraplegia dengan defisit nerves cranial.
Terapi lain SIADH lithium carbonate / demeclocycline blok
aksi ADH.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT Scan (tanpa/dengan kontras
 MRI (Magnetic resonance imaging): Sama dengan CT Scan dengan/tanpa
menggunakan kontras.
 Angiografi Serebral
 EEG (Elektroensefalograf)
 Sinar X
 BAER (Brain Auditory Evoked Respons): Menentukan fungsi korteks dan
batang otak.
 PET (Positron Emission Tomography): Menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak.
 Pungsi Lumbal, CSS: Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subrakhnoid.
 GDA (Gas Darah Arteri): Mengetahui adanya masalah
ventilasi atau
 Oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK (Tekanan
Intra Kranial).
 Kimia/elektrolit darah: Mengetahui ketidakseimbangan
yang berperan dalam meningkatkan TIK (Perubahan
Intra Kranial) atau perubahan mental.
 Pemeriksaan toksikologi: Mendeteksi obat yang mungkin
bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran.
 Kadar antikonvulsan darah: Dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk
mengatasi kejang.
PENATALAKSANAAN MEDIS
 1. Oksigen
 2. Sedasi
 3. Ventilator
 4. Obat-obatan
• Antibiotik
• Kortikosteroid
• Antihipertensi
• Diuretik
• Obat cairan 900ml-2500ml 24jam
• Mannitol
 5. Operasi
Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia cara
berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma)
orthopedi, kehilangan tonus otot, otot spastic.
b. Sirkulasi
Gejala: Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia, yang diselingi dengan
bradikardia, disritmia).
c. Integritas Ego
Gejala: Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda: Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi, dan
impulsive.
d. Eliminasi
Gejala: Inkontinesia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan/Cairan
Gejala: Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.
Tanda: Muntah (mungkin proyektif), gangguan menelan (batuk, air liur keluar,
disfagia).
f. Neurosensori
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstremitas,
gangguan pengecapan.
Tanda: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan
memori), perubahan pupil (respons terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti, kehilangan pengideraan (seperti pengecapan, penciuman, dan
pendengaran), wajah tidak simetri, genggaman lemah, tidak seimbang, refleks tendon dalam tidak
ada atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur (dekortikasi dan deserebrasi), kejang,
sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan
dalam menentukan posisi tubuh.
g. Kenyamanan
Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan
lokasi yang berbeda, biasanya lama
Tanda: Wajah menyeringai, respons menarik
pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah
tidak bisa beristirahat, merintih.

h. Pernapasan
Tanda: Perubahan pola napas (apnea yang
diselingi oleh hiperventilasi), napas
berbunyi (stridor, tersedak, ronki), whezzing
positif (kemungkinan karena aspirasi).
i. Keamanan
Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan
warna seperti “racoon eyes”, tanda batle disekitar telinga merupakan tanda
adanya trauma), adanya aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung (CSS),
gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,
kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi
tubuh.

j. Interaksi Sosial
Tanda: Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti,
bicara berulang-ulang, disartria, anomia.
2. Diagnosis Keperawatan

a. Resiko perfusi serebral tidak efektif

b. Pola napas tidak efektif

c. Gangguan persepsi sensori

d. Waham

e. Gangguan mobilitas fisik

f. Risiko infeksi Risiko defisit nutrisi

g. Kesiapan peningkatan koping keluarga

h. Defisit pengetahuan
Intervensi Keperawatan
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. lesi, gangguan metabolisme, edema serebral)
2) Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (memonitor tanda – tanda vital : tekanan darah,
suhu, nafas, respirasi, nadi, saturasi O2), memonitor adanya gejala mual, muntah,
kesadaran menurun, respon segera tekanan darah meningkat, nadi meningkat,
bradikardi, pola nafas ireguler.
3) Monitor intake dan ouput cairan
4) Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
5) Berikan posisi semi-fowler
6) Hindari maneuver valsava
7) Cegah terjadinya kejang
8) Hindari penggunaan PEEP
9) Hindari pemberian cairan IV hipotonik
10) Pertahankan suhu tubuh normal
b. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu

c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3) Intervensi pendukung dengan label
Pemberian Obat Observasi

Anda mungkin juga menyukai