• Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan 1. Trombosis Serebri
neurologis yang disebabkan oleh sumbatan atau interupsi • Aterosklerosis: mengerasnya/ berkurangnya
sirkulasi darah normal ke otak. Dua tipe stroke yaitu kelenturan dan elastisitas dinding pembuluh darah.
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik • Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang
lebih jauh dibagi menjadi hemoragik intrasrebral dan akan menyebabkan viskositas/ hematokrit
hemoragik subaraknoid (Weaver & Terry, 2013). meningkat sehingga dapat melambatkan aliran
darah cerebral.
FAKTOR RESIKO STROKE INFARK
1. Hipertensi • Arteritis: Radang pada cerebral
c. Deficit aktivitas mental dan psikologi antara lain: Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan).
labilitas emosional, kehilangan kontrol diri dan Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat).
hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap stres, Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan).
ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
depresi.
Manifestasi Klinis
2. Lobus Parietal 3. Lobus Occipital: Deficit lapang penglihatan
a. Non Dominan: penurunan ketajaman penglihatan, diplobia
1) Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan (penglihatan ganda), buta.
menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:
Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap 4. Lobus Temporal: Defisit Pendengaran dan
ekstremitas yang mengalami paralise). gangguan keseimbangan tubuh
Disorientasi (waktu, tempat dan orang).
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak
dengan tepat).
Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui
indra).
Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan.
Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat.
Disorientasi kanan kiri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang neurovaskuler::
1. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi
Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen.
2. Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA infark mengalami penurunan HDL dibawah
nilai normal 60 mg/dl, Laju endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah
mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan
apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6-
5,0 mMol/l), klorida,).
3. CT Scan: pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
4. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung (kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan
dengan gagal jantung kongestif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang neurovaskuler::
5. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan
memmperbaiki kausa stroke.
6. Angiografi serebrum: membantu menentukan penyebab dari stroke secara Spesifik seperti lesi ulseratrif, stenosis,
displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis dan pembentukan thrombus di pembuluh besar.
7. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET): mengidentifikasi seberapa besar suatu daerah di otak
menerima dan memetabolisme glukosa serta luas cedera.
9. MRI: menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar/ luasnya daerah infark.
2. Terapi Konservatif
PENATALAKSANAAN
a. Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral.
Ada bebrapa penatalaksanaan b. Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan
pada pasien dengan stroke infark: agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
1. Untuk mengobati keadaan akut, c. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosisiatau
Saraf I: biasanya pada klien dengan stroke tidak ada kelainan pada fungsi
Sistem Neurologi: penciuman.
1) Tingkat kesadaran: Bisa sadar baik
Saraf II: disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensorik primer diantara
sampai terjadi koma. Penilaian sudut mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visula-spasial sering terlihat pada
GCS untuk menilai tingkat klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
kesadaran klien. bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
2) Refleks Patologis: Refleks babinski Saraf III, IV dan VI apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis seisi otot-otot
positif menunjukan adanya okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang
perdarahan di otak/ perdarahan sakit.
intraserebri dan untuk membedakan Saraf VII persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah
jenis stroke yang ada apakah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
bleeding atau infark. Saraf XII lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indera
pengecapan normal.
PENGKAJIAN
4) Sistem perkemihan (Bladder): terjadi inkontinensia urine.
5) Sistem reproduksi: hemiparese dapat menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan seksual.
6) Sistem endokrin: adanya pembesaran kelejar kelenjar tiroid.
7) Sistem Gastrointestinal ( Bowel) : adanya keluhan sulit menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah pada
fase akut. Mungkin mengalami inkontinensia alvi atau terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya
gangguan pada saraf V yaitu pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus,
didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah
pada sisi ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot-otot pterigoideus dan pada saraf IX dan X yaitu kemampuan
menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
8) Sistem muskuloskeletal dan integument: kehilangan kontrol volenter gerakan motorik. Terdapat hemiplegia atau
hemiparesis atau hemiparese ekstremitas. Kaji adanya dekubitus akibat immobilisasi fisik.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan neuromuskular penurunan atau hilangnya
refleks muntah
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi
nerfus hipoglosus
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi,
spastisitas dan cedera otak.
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hemiparesis /hemiplegia, penurunan mobilitas.
f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi otot facial/oral.
g. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan.
h. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengn penurunan aliran darah ke
otak (aterosklerosis, embolisme).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN CEREBRAL
INFRANTION DI RS PON JAKARTA
Pendidikan : Diploma
Suku : Sunda
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 15-10-23
B. Riwayat Keperawatan
GCS: E4M5VAfasia, pupil bulat isokor ukuran 3mm/3mm mg, simvastatin 1x20 mg, amlodipin 1x5 mg,
mecobalamin 1x500 mcg
RCL +/+ RCTL +/+, kaku kuduk tidak ada,
observasi TTV: TD: 176/116 mmHg, N: 107 x/mnt,
RR: 20 x/mnt, S: 36,5oC, kekuatan otot:
4444|1111
4444|1111
Pemeriksaan fisik
NIHSS 13 (defisit neurologi sedang)
a. Keadaan/penampilan umum, status mental dan
Score barthel index 15 (ketergantungan penuh)
nutrisi
Score risiko jatuh 45 (risiko sedang)
Kesadaran: CM
Score norton 12 (risiko sedang)
KU : Sakit sedang
BB : 65 kg
GCS : E4M5VAfasia
TB : 165 cm
Ekspresi wajah simetris IMT : 23,8 kg/m2
Mood tenang Diit : 6x200 ml susu (1700 kkal)
ADL dibantu keluarga
Tanda-tanda vital:
Pasien bedrest
Pasien sulit menelan TD: 145/90 mmHg, N: 100x/menit, S: 36,3oC, RR: 26
x/mnt, SPO2: 96%
Pasien afasia
Pemeriksaan fisik
3) Kepala
Kulit dan Kuku
• Inspeksi : Normochepal, simetris, tidak ada lesi/
1) Kulit
luka, tidak ada alopesia, distribusi rambut merata,
• Inspeksi : Kulit bersih, tidak pucat, tidak ada lesi,
warna rambut uban.
tidak ada sianosis
• Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada edema
• Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada luka tekan,
5) Wajah
turgor kulit elastis
• Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada
2) Kuku
bengkak
• Inspeksi : Bersih, tidak ada sianosis, bentuk kuku
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dahi dan
normal
hidung, tidak ada edema
• Palpasi : Crt < 3 det, akral hangat
3) Hidung dan Sinus
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi : Hidung simetris, tidak ada lesi, ada
1) Mata
sumbatan jalan nafas berupa sputum
• Inspeksi : Pupil bulat isokor ukuran 3 /3
mm mm
RCL
• Palpasi : Tidak ada edema atau massa pada
+/+ RCTL +/+, konjungtiva ananemis, sklera an
hidung, tidak ada nyeri tekan pada maksilaris
ikterik, gerak bola mata baik, tidak menggunakan
5) Mulut dan bibir
kacamata.
• Inspeksi :Mukosa bibir kering, tidak ada lesi pada
• Palpasi : Tidak ada nyeri
mulut dan bibir, tidak ada stomatitis, ada beberapa
2) Telinga
gigi yang tanggal, tidak menggunakan gigi palsu,
• Inspeksi : Bentuk dan ukuran simetris, tidak ada
lidah bersih.
keluar cairan pada liang telinga, tidak
5) Leher
menggunakan alat bantu dengar
• Inspeksi : Tidak pucat, bentuk simetris, tidak ada
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada aurikel,
pembesaran JVP
mastoid dan tragus
• Palpasi : Pulsasi pada arteri karotis kuat, tidak ada
pembesaran KGB
Pemeriksaan fisik 2) Kardiovaskuler
Dada: pernapasan/Jantung dan Kardiovaskuler/Paru • Inspeksi :Mukosa bibir kering, konjungtiva an
1) Pernapasan anemis, tidak ada pembesaran JVP
• Inspeksi :Dada simetris, kedua paru mengembang • Palpasi : Denyut nadi aorta teraba
simetris, tidak menggunakan otot bantu nafas, kulit • Perkusi: Batas kiri: ICS II midlinea midklavikula
tidak pucat, tidak ada lesi sinistra, batas kanan: ICS III-IV linea parasitenal
• Palpasi : Pergerakan dinding dada simetri, tidak kanan
ada massa atau lesi, tidak ada nyeri tekan, taktil • Auskultasi: BJ I dan BJ II normal, tidak ada suara
premitus + jantung tambahan
• Perkusi: Terdengar suara pekak pada lapang paru
3) Dada dan Aksila
• Auskultasi: Terdengar suara ronchi pada lapang
• Inspeksi :Bentuk simetris, aerola berwarna coklat,
paru
tidak ada lesi dan luka
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran pada nodus limfe
Pemeriksaan fisik Musculoskeletal
1) Genitalia 3) Pemeriksaan ekstremitas atas (bahu, siku, tangan)
• Inspeksi : Inegritas kulit baik, BAK • Inspeksi : Lemah pada anggota gerak kiri, kekuatan otot .
spontan, tidak ada nyeri saat berkemih • Palpasi : Denyut nadi a. Brachialis dan radialis (+), reflek bisep
2) Anus dan Rectum +2/+2, reflek trisep +2/+2
• Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada 5) Pemeriksaan ekstremitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki
hemoroid dan telapak kaki)
• Palpasi : Tidak ada pelebaran pada • Inspeksi : Lemah pada anggota gerak kiri, kekuatan otot Palpasi
vena rectum : Denyut nadi a. Femoralis,poplitea, dan dorsalis pedis
(+), reflek pattela +2/+2, reflek archiles +2/+2
Neurologis
1. Pemeriksaan 12 saraf ktranial: terdapat gangguan pada nervus VII, X, XII
2. Kekuaran otot:
5555 | 1111
5555 | 1111
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
13-10-2023 MSCT Scan Kepala : Infark lama
Hemoglobin 13.4 g/dL 13.0-16.0
corona radiata kanan-kiri basal ganglia
Hematokrit 38 % 40-48
kanan & cerebellum kiri mild brain
Eritrosit 4.7 10 6/UL
^
4.5-5.5
Retikulo Reaktif 1.4 % 0.5-2.0
atrophy
Retikulo Absolut 6.8 10^4/UL 2.4-11.0 Thorax Ap : Tidak tampak kelainan
MCV 80 FL 82-92 pada cor paru dan pulom
MCH 29 pg 27-31
MCHC 35 % 31-36
RDW-CV 13.1 % 12.2-14.6
Leukosit 12.8 10^3/UL 5.0-10.0
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-3
Neutrofil Batang 0 % 2-6
Neutrofil Segmen 82 % 50-70
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
13-10-2023 16-10-2023
Limfosit 8 % 20-40 Trigliserida 103 mg/dL <150
Monosit 9 % 2-8 Kolesterol Total 158 mg/dL <200
Trombosit 322 % 250-400 Kolesterol LDL Direk 106 mg/dL <100
ALC 1.02 10^3/UL 1.00-4.00 Kolesterol HDL Direk 41 mg/dL ≥ 60
NLR 10.23 10^3/UL < 3.13 Glukosa Puasa 225 mg/dL 70-99
Natrium 141 136-146 Glukosa 2 Jam PP 294 mg/dL 70-139
Kalium 3.5 mmol/L 3.5-5.0 Gliko Hb (HbA1C) 9.4 % <5.7
Klorida 111 mmol/L 98-106 Asam Urat Darah 5.2 mg/dL 3.4-7.0
Ureum 27 mmol/L 16.6-48.5 SGOT 11 U/L ≤ 40
Kreatinin 0.87 mg/dL 0.67-1.17 SGPT 17 U/L ≤ 41
eGFR 90.6 mg/dL ≥ 90
Terapi obat
IV : Ranitidin 2x50 mg
Oral :
CPG 1x75 mg
PENATALAKSANAAN/ Simvastatin 1x20 mg
Vit B6 2x1 tab
TERAPI Vit B12 2x1 tab
As. Folat 2x1 mg
DO:
KU: sakit sedang
ANALISA DATA
KS: CM
GCS: E4M5VAfasia
TD: 145/90 mmHg
N: 100 x/mnt
MAP: 115 mmHg
NIHSS: 13 (defisit neurologis sedang)
Tampak ada kelemahan pada ekstremitas kiri
Hasil CT Scan:
Infark lama corona radiata kanan-kiri basal ganglia kanan & cerebellum
kiri mild brain atrophy.
DS: Bersihan jalan nafas tidak Secret yang tertahan
efektif (D.0001)
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak dapat mengeluarkan dahak
DO:
Pasien tampak sesak
RR: 26 x/mnt reguler
SPO2: 96%
Terpasang O2 binasal 3 lpm
Terdengar suara ronchi pada paru
ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
DS: Gangguan mobilitas fisik (D.0054) Penurunan kekuatan otot
Keluarga pasien mengatakan pasien masih lemah pada
ekstremitas kiri
DO:
Tampak ada kelemahan pada ekstremitas kiri
ADL dibantu keluarga
Score barthel index: 15 (ketergantungan penuh)
Kekuatan otot:
5555 1111
5555 1111
DO:
Pasien afasia
Komunikasi dengan bahasa isyarat
ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
DS: pasien mengatakan sudah mengalami stroke Ketidakpatuhan
berulang
DO: Riw Stroke th
DS: Resiko luka tekan (D.0144) Penurunan mobilisasi
Keluarga pasien mengatakan pasien masih lemah pada
ekstremitas kiri
DO:
Score norton: 12 (risiko sedang)
ADL dibantu keluarga
DS: Resiko jatuh (D.0143) Kekuatan otot menurun
Keluarga pasien mengatakan pasien masih lemah pada
ekstremitas kiri
DO:
Score morse: 45 risiko jatuh sedang
Pasien bedrest
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan: Manajemen Peningkatan TIK
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Observasi:
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Tujuan dan kriteria hasil: - Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 - Monitor MAP
jam diharapkan tidak terjadi risiko perfusi
serebral tidak efektif. dengan kriteria hasil: Terapeutik
- Berikan posisi semi fowler
1.TIK Menurun
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
2.Sakit Kepala Menurun
3.Gelisah Menurun
4.Kecemasan Menurun
5.Agitasi Menurun
RENCANA KEPERAWATAN
Manajemen Jalan napas
Manajemen Jalan Napas
Diagnosa keperawatan:
Observasi:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
• Monitor pola napas
Tujuan dan kiteria hasil
• Monitor bunyi napas tambahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
• Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
3x24 jam oksigenasi dan/atau eliminasi
Terapeutik
karbondioksida pada membran alveolus-
• Pertahankan kepatenan jalan napas
kapiler Normal. dengan kriteria hasil:
• Posisikan semi fowler atau fowler
1. Keluhan sulit tidur menurun.
• Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
2. Batuk efektif meningkat
• Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
3. Produksi sputum menurun
• Berikan oksigen, jika perlu
4. Mengi menurun
Kolaborasi
5. Sianosis menurun
• Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
6. Gelisah menurun
mukolitik, jika perlu
7. Pola napas membaik
RENCANA KEPERAWATAN
Dukungan Mobilisasi
Gangguan Mobilitas Fisik • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
• Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Tujuan dan kriteria hasil: • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan • Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
3. Kekuatan otot meningkat • Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
Gangguan Jam
4 1. Menganjurkan pasien bicara perlahan
Komunikasi Verbal 18.00
2. Mengajak pasien mengobrol
3. Kolaborasi dengan terapi wicara
IMPLEMENTASI
Hari /
No. Diagnosa Tanggal Implementasi keperawatan
/ jam
Gangguan perfusi Jam
1 1. Melakukan pemeriksaan GCS
jaringan serebral 15.30
2. Melakukan pengukuran Tanda - tanda Vital
3. Memberikan posisi Head Up 30 derajat
Gangguan Jam
4 1. Menganjurkan pasien bicara perlahan
Komunikasi Verbal 18.00
2. Mengajak pasien mengobrol
3. Kolaborasi dengan terapi wicara
IMPLEMENTASI
Hari /
No. Diagnosa Tanggal Implementasi keperawatan
/ jam
Gangguan perfusi Jam
1 1. Melakukan pemeriksaan GCS
jaringan serebral 15.30
2. Melakukan pengukuran Tanda - tanda Vital
3. Memberikan posisi Head Up 30 derajat
Gangguan Jam
4 1. Menganjurkan pasien bicara perlahan
Komunikasi Verbal 18.00
2. Mengajak pasien mengobrol
3. Kolaborasi dengan terapi wicara
EVALUASI
Hari/tgl/ No. dx Evaluasi
16.30 1 Resiko S : Keluarga Pasien mengatakan Pasien Masih lemas anggota gerak sebelah
Perfusi kiri
Serebral tidak O :
efektif • GCS: E4M5VAfasia
• TD: 145/90 mmHg
• N: 100 x/mnt
• MAP: 115 mmHg
• NIHSS: 13 (defisit neurologis sedang)
• Tampak ada kelemahan pada ekstremitas kiri
A : Masalah gangguan perfusi serebral belum teratasi
P : Intevensi keperawatan dilanjutkan
EVALUASI
Hari/tgl/ No. dx Evaluasi
17.30 II S : Keluarga Pasien mengatakan Pasien Masih sulit mengeluarkan dahak
Bersihan O:
Jalan Napas • Pasien tampak sesak
Tidak Efektif
• RR: 26 x/mnt reguler
• SPO2: 96%
• Terpasang O2 Nasal Kanul 3 lpm• Terdengar suara ronchi pada paru
A: Masalah bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P : Intevensi keperawatan dilanjutkan
EVALUASI
Hari/tgl/ No. dx Evaluasi
18.30 III S : Keluarga Pasien mengatakan Pasien Masih lemas anggota gerak sebelah
Gangguan kiri
Mobilitas fisik O :