DEFINISI • Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak • Cedera kepala adalah cedera kepala terbuka dan tertutup yang terjadi karena, fraktur tengkorak, kombusio gegar serebri, kontusio memar, leserasi dan perdarahan serebral subarakhnoid, subdural, epidural, intraserebral, batang otak. • Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak INDKASI CEDERA KEPALA KLASIFIKASI CEDERA KEPALA • CEDERA KEPALA RINGAN 1. GCS 13-15 2. Kehilangan kesadaran < 30 menit 3. Dapat mengalami amnesia retrograde 4. Tidak ada fraktur serebral KLASIFIKASI CEDERA KEPALA • CEDERA KEPALA SEDANG 1. GCS : 9-12 2. Kehilangan kesadaran > 30 menit tetapi < 24 jam 3. Dapat mengalami fraktur tengkorak KLASIFIKASI CEDERA KEPALA • CEDERA KEPALA BERAT 1. GCS lebih besar sama dengan 8 2. Kehilangan kesadaran > 24 jam 3. Amnesia post traumatic > 7 hari 4. Terjadi kontusio serebri, laserasi dan hematom intrakranial LOKASI PERDARAHAN INTRAKRANIAL MORFOLOGI CEDERA KEPALA • Fraktur Kranium • Perdarahan Epidural • Perdarahan Subdural • Contusio dan perdarahan intraserebral • Commotio cerebri • Fraktur basis cranii FRAKTUR KRANIUM ü Fraktur Terbuka : Luka menembus duramater
ü Fraktur Tertutup : Fraktur yag terjadi dimana fragmen tulang utuh
PERDARAHAN EPIDURAL Ø Adanya penumpukkan darah pada duramater dan tabula interna Ø Lokasi paling umum terjadi fosa temporal, regio subfrontal dan area oksipital-suboksipital Ø Disertai dengan kontusi kulit kepala ditempat cedera, fraktur tulang temporal, atau hematoma subgaleal temporal yang diakibatkan oleh ekstravasasi darah epidural melalui fraktur tulang tengkorak dan laserasi periosteum. Ø Karakteristik yang disebut "talk and die patient" Ø Penurunan kesadaran Ø Kerusakan pada cedera arteri meningeal media, Ø Gejala dan tanda yang umum termasuk sakit kepala, perubahan kepribadian dan anisocoria, dysmetria, ataxia dan defisit nervus kranialis PERDARAHAN SUBDURAL • Sumber perdarahan dapat berasal dari arteri kortikal, aneurisma, malformasi arterivena dan tumor metastasis. • Hematoma subdural akut terjadi didalam 1 minggu setelah cedera • Terbagi menjadi: Akut (gejala timbul3 hari pertama setelah cidera), Subakut (hari ke 4-20), Kronik(timbul gejala > 3 minggu) • Tanda-tanda umum : penurunan kesadaran, dilatasi pupil ipsilateral, dan hemiparesis kontralateral • Homonimus hemianopia akibat dari trombosis arteri serebral posterior pada herniasi unkal, tatapan/pandangan abnormal yang disebabkan oleh cedera batang otak, dan, kadang-kadang, dilatasi pupil kontralateral karena kompresi nervus okulomotor terhadap tentorium. • Subakut biasanya terjadi di dalam 7 sampai 10 hari setelah cedera. • Mortalitas 60-70% PERDARAHAN INTRASEREBRAL • Terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya. • Kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. • Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak. • Contusio cerebri sering terjadi di lobus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dari otak. • Contusio cerebri dapat terjadi dalam waktu beberapa jam atau hari, berubah menjadi perdarahan intraserebral yang membutuhkan tindakan operasi COMMOTIO CEREBRI • Commusio cerebri atau gegar otak merupakan keadaan pingsan yang berlangsung kurang dari 10 menit setelah trauma kepala. • Tidak disertai kerusakan jaringan otak • Pasien mungkin akan mengeluh nyeri FRAKTUR BASIS CRANII • Fraktur pada dasar tengkorak • Pasien biasanya masuk rumah sakit dengan kesadaran yang menurun, bahkan tidak jarang dalam keadaan koma yang dapat berlangsung beberapa hari. • Dapat mengalami amnesia retrogade dan amnesia pascatraumatik. • Gejala tergantung letak frakturnya MANIFESTASI KLINIS • Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid) • Hemotipanum (perdarahan di daerah membran timpani telinga) • Periorbital ekhimosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung) • Rhinorrhoe (cairan serebrospinal keluar dari hidung) • Otorrhoe (cairan serebrospinal keluar dari telinga). • Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun • Perubahan ukuran pupil (anisocoria) • Trias Cushing (denyut jantung menurun • Hipertensi • Depresi pernafasan PEMERIKSAAN FISIK • Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub galeal, luka terbuka, luka tembus dan benda asing. • Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis periorbita (brill hematoma), ekimosis post auricular (battle sign), rhinorhoe, dan otorhoe serta perdarahan di membrane timpani atau leserasi kanalis auditorius. • Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla (Lefort), fraktur rima orbita dan fraktur mandibula • Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan konjungtiva, perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di mata. • Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit yang berhubungan dengan diseksi karotis • Kaji status neurologis MASALAH KEPERAWATAN PENATALAKSANAAN EPIDURAL HEMATOM • Volume perdarahan lebih besar dari 30 cc tanpa memperhitungkan GCS, perlu dilakukan tindakan operatif • Volume kurang dari 30 cc/ ketebalan hematom kurang dari 15 mm/,idline shift kurang dari 5 mm/GCS > 8 dapat dilakukan prosedur non bedah PENATALAKSANAAN SUBDURAL HEMATOM • Tebal perdarahan > 10mm/midline shift > 5 mm dilakukan operasi • GCS < 9 dilakukan pemantauan ICP • Tebal perdarahan < 10mm/midline shift < 5 mm dilakukan operasi bila GCS berkurang 2 point atau lebih, dibandingkan saat pasien masuk. Atau terdapat reflex pupil abnormal atau ICP lebih dari 20 mmHg PENATALAKSANAAN UMUM • Head Up 30o • Berikan cairan secukupnya (normal saline) untuk resusitasi agar tetap normovolemia • Atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfuse darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl. • Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain, GCS dan pemeriksaan batang otak secara periodik. • Kolaborasiobat-obatan analgetik (misal: acetaminophen, ibuprofen untuk nyeri ringan dan sedang) bila didapatkan keluhan nyeri pada pasien • Kolaborasi pemberian obat-obatan anti muntah (misal: metoclopramide atau ondansentron) dan anti ulkus gastritis H2 bloker (misal: ranitidin atau omeprazole) jika pasien muntah. • Kolaborasi pemberian cairan hipertonik • Kolaborasi pemberian terapi anti kejang Penatalaksanaan CK Berat TERIMA KASIH