Anda di halaman 1dari 68

HEAD INJURY

Ahmad Rafiqi 1401000028


Aquila F P Sinaga 140100052
Mubarak nisa 120100263
Rodoasi Sibarani 140100069
Sarmilla 140100241
Femmy S Legie 140100153
Aulia R Nainggolan 140100067
Justika Aulya 140100172
Latar Belakang
• Cedera kepala (head injury) adalah suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
• Di dunia kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus dari jumlah di atas 10% penderita meninggal
sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita
menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut.
• Cedera kepala biasanya diakibatkan salah satunya benturan atau
kecelakaan.
• Komplikasi dari cedera kepala adalah infeksi, perdarahan.
Tujuan
• Mengetahui alur penanganan kegawatdaruratan di
Instalasi Gawat Darurat khususnya pada kasus cedera
kepala
• Meningkatkan kemampuan penulis dalam penulisan
karya ilmiah di bidang kedokteran.
• Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Kedokteran di Department Ilmu Bedah Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Manfaat
• Meningkatkan pemahaman terhadap kasus
cedera kepala serta penanganan
kegawatdaruratan sesuai kompentensi pada
tingkat pelayanan primer.
D E F I N I S I T R A U M A K E PA L A

Cedera yang mengenai kulit kepala (scalp), tulang tengkorak


(atap dan dasa tengkorak), tulang-tulang wajah (maksila dan
mandibula), saraf kranial spesial (penglihatan penciuman, dan
pendengaran)
A N ATO M I K E PA L A
Anterior View Lateral View
Superior view Posterior view
PATO F I S I O LO G I

Cedera Cedera Primer Cedera Sekunder


• Akselerasi • Lesi Coup • Edema otak
• Deselerasi • Lesi Intercoup • Perdarahan
• Iskemia
• Peninkatan tekanan
intrakranial
• Peruahan neurokimiawi
KLASIFIKASI

Sedan
Ringan Berat
g
● GCS 9-12
 Kehilangan kesadaran  Kehilangan


GCS 13-15 ● GCS 3 -8



Kehilangan ●

● 20 menit dan 36 jam



kesadaran <20 menit
Amnesia post
● Amnesia post ●
 Amnesia post
● kesadaran 36 jam

traumatik 24 jam dan


traumatic <24 jam ●
 7 hari  
● traumatik 7 hari
Morfologi Cedera Kepala
Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi
atas:
- Fraktur Cranium
- Lesi Intrakranial
Fraktur Cranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau
dasar tengkorak, dan dapat berbentuk garis atau
bintang dan dapt pula terbuka atau tertutup.

Fraktur dasar tengkorak  CT Scan dgn teknik


bone window
Tanda2 klinis fraktur dasar tengkorak
• Ekimosis periorbital (Racoon sign eye)
• Ekimosis retroaurikular (Battle sign)
• Kebocoran CSS (Rhinorrhea , otorrhea)
• Paresis nervus facialis.
Lesi intrakranial
1. Fokal
2. Difusa
Lesi Fokal
• Epidural Hematom
• Subdural Hematom
• Intraserebral Hematom (kontusi)
Epidural Hematom
Epidural hematom adalah perdarahan intrakranial yang
terjadi karena fraktur tulang tengkorak dalam ruang antara
tabula interna kranii dengan duramater.
Epidural hematom utamanya disebabkan oleh gangguan
struktur duramater dan pembuluh darah kepala biasanya
karena fraktur.
Pada perdarahan epidural yang terjadi ketika pecahnya
pembuluh darah, biasanya arteri, yang kemudian mengalir
ke dalam ruang antara duramater dan tengkorak
Gejala pada Epidural Hematom
• Penurunan kesadaran bisa sampai koma 
• Bingung
• Penglihatan kabur
• Susah bicara 
• Nyeri kepala yang hebat
• Keluar cairan dari hidung dan telinga
• Mual
• Pusing
• Berkeringat
Subdural Hematom
• Subdural hematoma adalah perdarahan yang terjadi
antara duramater dan arakhnoid, biasanya sering di
daerah frontal, parietal dan temporal.

• Pada subdural hematoma yang seringkali


mengalami pendarahan ialah “bridging vein”,
karena tarikan ketika terjadi pergeseran rotatorik
pada otak
Gejala2 pada Subdural Hematom
1. Subdural Hematoma Akut 
• Gejala yang timbul segera hingga berjam-jam setelah trauma
sampai dengan hari ketiga. 
• Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat
mengakibatkan perburukan lebih lanjut pada pasien yang
biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda vitalnya.
• Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar
luas.
• Secara klinis subdural hematom akut ditandai dengan penurunan
kesadaran, disertai adanya lateralisasi yang paling sering berupa
hemiparese/plegi.
• Pada pemeriksaan radiologis (CT Scan) didapatkan gambaran
hiperdens yang berupa bulan sabit.
2. Subdural Hematoma Subakut 
• Berkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar hari ke 3 sampai minggu ke 3
sesudah trauma.
• Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula di sekitarnya.
• Adanya trauma kepala yang menyebabkan ketidaksadaran, selanjutnya diikuti
perbaikan status neurologik yang perlahan-lahan.
• Namun jangka waktu tertentu penderita memperlihatkan tanda-tanda status
neurologik yang memburuk.
• Tingkat kesadaran mulai menurun perlahan-lahan dalam beberapa jam.
• Dengan meningkatnya tekanan intrakranial seiring pembesaran hematoma,
penderita mengalami kesulitan untuk tetap sadar dan tidak memberikan respon
terhadap rangsangan bicara maupun nyeri. 
3. Subdural Hematoma Kronis 
• Biasanya terjadi setelah minggu ketiga.
• SDH kronis biasanya terjadi pada orang tua.
• Trauma yang menyebabkan perdarahan yang akan membentuk kapsul,
saat tersebut gejala yang terasa cuma pusing.
• Kapsul yang terbentuk terdiri dari lemak dan protein yang mudah
menyerap cairan dan mempunyai sifat mudah ruptur.
• Karena penimbunan cairan tersebut kapsul terus membesar dan mudah
ruptur, jika volumenya besar langsung menyebabkan lesi desak ruang. Jika
volume kecil akan menyebabkan kapsul terbentuk lagi >> menimbun
cairan >> ruptur lagi >> re-bleeding. Begitu seterusnya sampai suatu saat
pasien datang dengan penurunan kesadaran tiba-tiba atau hanya pelo
atau lumpuh tiba-tiba.
• Pemeriksaan CT Scan dapat menunjukkan
lokasi, volume, efek, dan potensi cedara
intrakranial lainnya. Pada epidural biasanya
pada satu bagian saja (single) tetapi dapat
pula terjadi pada kedua sisi (bilateral),
berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah
temporoparietal.
CT Scan subdural hematoma
CT Scan subdural hematoma
Perdarahan subaraknoid
• Perdarahan subaraknoid adalah suatu kejadian
saat adanya darah pada rongga subaraknoid
yang disebabkan oleh proses patologis.
• Etiologi yang paling sering menyebabkan
perdarahan subaraknoid adalah ruptur
aneurisma salah satu arteri di dasar otak dan
adanya malformasi arteriovenosa (MAV).
Tanda klasik PSA, sehubungan dengan pecahnya
aneurisma yg besar

• Nyeri kepala yang hebat dan mendadak


• Hilangnya kesadaran
• Fotofobia
• Meningismus
• Mual dan muntah
CT Scan perdarahan subaraknoid
Perdarahan Intraventrikular

• Perdarahan intraventrikular dapat terjadi secara primer


atau berhubungan dengan perdarahan intraserebral,
perdarahan subaraknoid maupun cedera otak traumatik.
• Definisi perdarahan intraventrikular primer yaitu
terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikular atau
yang berkembang sampai 15 mm dari dinding ventrikel,
tanpa adanya ruptur atau laserasi pada dinding
ventrikel.
Gambaran klinis perdarahan intraventrikular
Gambaran klinis pada perdarahan intraventrikular
dapat berbeda tergantung dari jumlah perdarahan
dan daerah kerusakan otak disekitarnya.
• Pada perdarahan intraventrikular yang berat
dijumpai tanda penurunan kesadaran, kejang
baik fokal maupun general dan tanda-tanda
kompresi batang otak.
CT Scan pada perdarahan intraventikular
• Kriteria diagnostik pada CT scan
kepala yang menunjukkan adanya
perdarahan adalah adanya gambaran
hiperdens pada substansia alba atau
grisea, dengan atau tanpa terkenanya
permukaan kortikal.
• Perdarahan intraventrikular pada
gambaran CT scan kepala
menunjukkan gambaran hiperdens
dalam sistem ventrikel, bisa juga
tampak pelebaran pada sistem
ventrikel bila terjadi hidrosefalus.
Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan
yang terjadi secara langsung pada bagian atau
substansi otak. Klasifikasi perdarahan
intraserebral :
- Perdarahan Intraserebral Primer
- Perdarahan Intraserebral Sekunder
Gejala klinis perdarahan intraserebral
• Gejala klinis dari perdarahan intraserebral
adalah kejadian progresif yang bertahap (dalam
waktu menit sampai dengan hari) atau kejadian
yang terjadi secara tiba – tiba dari defisit
neurologi fokal biasanya berhubungan dengan
tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti
muntah dan penurunan kesadaran.
TATA L A K S A N A

! Mempertahankan aliran darah serebral (cerebral


blood flow) yang adekuat untuk mencegah iskemia
serebral dan hipoksia

PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI


 Airway maintenance with restriction of cervical spine motion
 Breathing and ventilation
 Circulation with hemorrhage control
 Disability (assessment of neurologic status)
 Exposure / Environmental control

SECONDARY SURVEY
Airway maintenance with restriction of cervical spine motion
Breathing and ventilation

- Lakukan head tilt & chin lift


- Gargling  suction
- Pemasanan guedel
- Pemasangan O2
- Pemasangan cervical colar neck

Pada pasien penurunan kesadaran atau koma dilakukan


pemasangan intubasi endotrakeal dan berikan ventilasi 100%
Circulation with hemorrhage control

- Lakukan penilaian tekanan darah dan denyut jantung


- Cari sumber perdarahan dan hentikan
- Pada pasien hipotensi berikan cairan isotonis atau sedikit
hipertonis atau dengan pemberian produk darah
- Pertahankan TD sistol >110 mmHg untuk mencukupi perfusi
orak dan mencegah cedera kepala sekunder
Disability (assessment of neurologic status)

- Penilaian kesadaran dengan AVPU


A : awake
V : verbal
P : Pain
U : Unresponsive
Exposure / Environmental control

- Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien


- Pasang imobilisasi in line juka curiga cedera servikal dan
tulang beakang
SECONDARY SURVEY

Anamnesa Pemeriksaan fisik – Head to toe


A : allergies • Pemeriksaan kepala
M : medication • Pemeriksaan leher
P : past medical history • Pemeriksaan neurologis (GCS, fungsi
L : last meal medulla spinalis dengan aktivitas motoric,
E : events penilaian sensoris)
• Pemeriksaan dada
• Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
• Pelvis
• Ekstremitas atas dan bawah
Terapi pada cedera kepala
• Terapi pada cedera kepala dapat dibedakan menjadi
terapi konservatif dan pembedahan. Terapi
konservatif sendiri, dapat dibedakan menjadi terapi
mekanik dan terapi medikamentosa.
• Pada trauma kepala, terdapat beberapa keadaan
yang memerlukan dekompreasi segera dengan burr-
hole, antara lain perdarahan epidural akut dan
perdarahan subdural akut
• Terdapat juga keadaan lain dimana pengelolaan
medikamentosa lebih diperlukan karena
pembedahan tidak akan membawa hasil lebih
baik, antara lain fraktur basis cranii, komosio
serebri, fraktur depresi tulang tengkorak,
hematoma intraserebral. Sedangkan tatalaksana
konservatif non-medikamentosa dapat berupa
posisi head-up 30’.
• Medikamentosa yang digunakan untuk cedera kepala
meliputi cairan intravena, koreksi antikoagulasi,
hiperventilasi sementara, pemberian mannitol, saline
hipertonik, barbituran dan antikonvulsan.
• Pada pasien dengan cedera kepala, autoregualsi normal
aliran darah serebral (CBF) menjadi hilang sehingga CBF
menjadi proporsional dengan CPP yang dapat dihitung
dengan rumus.
CPP = MAP – ICP
Untuk mencegah hipovolemik dan hipotensi,
pasien cedera kepala sebaiknya diberi resusitasi
cairan berupa cairan isotonik. Ringer laktat masih
banyak digunakan selama periode perioperatif,
namun berisiko mengalami penurunan kadar
natrium dan osmolaritas. Sehingga untuk resusitasi
cairan awal dianjurkan cairan normosalin
• Pemberian mannitol dengan dosis 0,25 – 1
gr/kgBB selama 5 menit, dan akan
menghasilkan peningkatan tahanan vaskuler
serebral dan penurunan ICP.
Indikasi dilakukannya pembedahan untuk evakuasi
hematoma pada hematom subdural

• Pada hasil CT-Scan ketebalan hematoma >10mm atau


midline shift >5mm dengan nilai GCS berapapun
• Pada GCS <9, monitoring tekanan intrakranial secara hati-
hati. Apabila tekanan intrakranial melebihi 20mmHg atau
pupil anisokor atau terdilatasi tetap
• Pada pasien GCS <9 dengan ketebalan hematoma <10mm
dan midline shift <5mm, harus dilakukan pembedahan bila
GCS turun setidaknya 2 nilai dari saat kejadian sampai tiba
di rumah
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Riwayat Tarigan


• No. RM : 79.20.70
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Tanggal Lahir : 02-10-1974
• Usia : 45 tahun
• Alamat : Dusun 1 suka Makmur
Anamnesis

• Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran


• Telaah : Hal ini telah dialami oleh pasien secara tiba-tiba selama lebih
kurang 30 menit sebelum masuk RS HAM. Sebelum kejadian pasien sedang
mengendarai sepeda motor, mekanisme trauma tidak jelas dan pasien tidak
memakai helm. Warga menemukan pasien tergeletak di jalan lalu segera
dibawa ke rumah sakit. Riwayat nyeri kepala, mual, dan muntah tidak
dijumpai. Kejang, demam, dan kelemahan otot tidak dijumpai.
• RPT : Tidak jelas
• RPO : Tidak jelas
Pemeriksaan Fisik
Status Presens
• Sensorium : E3M4V2
• Tekanan Darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 120 x/menit
• Frekuensi Nafas : 28 x/menit
• Temperatur : 37,5 oC
 
Status Generalisata
Kepala : Dijumpai jejas di regio temporal kanan
• Mata : Pupil isokor φ 3 mm/3 mm, reflek cahaya +/+
• Telinga : Dalam batas normal
• Hidung : Septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-), NGT terpasang
• Mulut : Sianosis (-)
Leher : Trakea medial, Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)
Toraks
• Inspeksi : Simetris Fusiform, retraksi dinding dada (-)
• Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri
• Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
• Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler
Suara Tambahan :ronki - / -
Jantung : S1, S2 (+) N, murmur (-)
HR= 128 x/menit; RR = 28 x/menit
Abdomen
• Inspeksi : Simetris, distensi (-)
• Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Genitalia : Laki-laki. Dalam batas normal


Inguinal
• Inspeksi : Dalam batas normal
• Palpasi : Dalam batas normal, tidak teraba adanya benjolan
Anorectal
• Digital Rectal Examination : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
• Superior : akral hangat, edema (-/-), CRT <3 detik
• Inferior : akral hangat, edema (-/-), CRT <3 detik
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : GCS E3M4V2
Pupil : Isokor, diameter 3mm/3mm
• Meningeal Sign : -
• Cerebellar Sign : Normal
• Motorik : Kesan lateralisasi kiri
• Sensorik : Sulit dinilai
• Refleks fisiologis : ++ +++

++ +++

• Refleks Patologis : Babinski : (-) / (+)


TANDA PENINGKATAN INTRAKRANIAL
• Nyeri kepala : Tidak jelas
• Muntah proyektil : Tidak jelas
• Pupil Edema : Tidak dilakukan pemeriksaan
 

TANDA PERANGSANGAN MENINGEAL


• Kaku kuduk : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Brudzinski I : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Brudzinski II : Tidak dijumpai
• Brudzinski III : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Brudzinski IV : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Kernig sign: Tidak dijumpai
PEMERIKSAAAN NERVUS KRANIALIS
• CN I : Tidak dilakukan pemeriksaan
• CN II : Sulit dinilai, Funduscopy ODS : Tidak dilakukan pemeriksaan
• CN III,IV,VI : Pupil isokor, φ 3 mm/3 mm, RC (+/+), doll’s eye phenomenon (+)
• CN V : Refleks kornea (+)
• CN VII : Wajah simetris, sensoris sulit dinilai
• CN VIII : Sulit dinilai
• CN IX,X : Sulit dinilai
• CN XI : Sulit dinilai
• CN XII : Sulit dinilai

Rencana
• Darah Lengkap, KGD, Elektrolit, Faal Hemostasis, Fungsi Ginjal
• Head CT Scan
• X-Ray Thorax PA/L
• X-Ray Cervical AP/L
Pemeriksaan Radiologi (2/10/2019)
Pemeriksaan Radiologi (2/10/2019)
NCCT (2-10-2019)
Kesimpulan
• Perdarahan intraserebral multipel
pada lobus temporalis kanan serta
perdarahan subarachnoid mengisi
fissure sylvii dan sebagain cortical sulci
hemisfer kanan dengan edema
hemisfer kanan disertai dengan
herniasi subfalcin ke kiri.
• Fraktur os temporalis kiri dengan
subgaleal hematoma pada daerah
fronto-temporal kiri.
• Hematosinus etmoidalis bilateral dan
sphenoidalis kanan
Diagnosa Kerja : Traumatic ICH o/t (R) Temporoparietal

Terapi
• Head Up 30-450
• NRM 10liter/i
• IVFD Ringer solution 20 gtt/I
• Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
• Inj. Omeprazole 20 mg/12 jam
• Inj Fenitoin 100c/8 jam
• Manitol 125 cc/6 jam

Rencana :
• Rujuk ke Bedah Saraf
• Rawat konservatif
BAB IV
DISKUSI KASUS
Teori Diskusi

Etiologi : Etiologi
1)Hipertensi Pada pasien ini etiologi terjadinya perdarahan intraserebral
adalah trauma kapitis.
2)Non-Hipertensi :
 Trauma Kapitis
 AVM
 Aneurisma
 Tumor Otak
 Angiloid Angiopati
Teori Diskusi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari tidak ada gejala spesifik Sensorium: GCS E3M4V2
sampai defisit neurologis fokal Pupil : isokor, diameter 3 mm/3 mm
Hematoma yang berukuran besar biasanya ditandai dengan Meningeal sign : (+)
penurunan kesadaran yang disebabkan peningkatan tekanan Cerebellar sign : Tidak dilakukan pemeriksaan
intracranial Motorik : Kesan lateralisasi ke kiri
Pemeriksaan fisik harus meliputi tanda-tanda vital, pemeriksaan Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
kesadaran, dan tingkat keparahan defisit neurologis Refleks fisiologis : Biseps / triseps : ++/+++
APR / KPR : ++/+++
Refleks patologis : Babinski -/+
Pemeriksaan nervus kranialis
•CN I : Tidak dilakukan pemeriksaan
•CN II : Pupil isokor, φ 3mm/3mm, RC +/+ Funduscopy ODS : Tidak
dilakukan pemeriksaan
•CN III,IV, VI: Pupil isokor, φ 3mm/3mm, RC +/+, doll’s eye
phenomenon (+)
•CN V: Refleks kornea (+)
•CN VII: Wajah simetris, sensoris sulit dinilai
•CN VIII : Sulit dinilai
•CN IX,X: Sulit dinilai
•CN XI: Tidak dilakukan pemeriksaan
•CN XII: Sulit dinilai
Teori Diskusi

Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan


Foto servikal AP/L pada pasien multiple trauma
CT-scan kepala
Indikasi: - Head Up 30-450 (usahakan leher tidak
Terdapat penurunan kesadaran yaitu nilai GCS <14 dan tertekuk)
tidak membaik dalam 1 jam setelah diobservasi
ataupun 2 jam setelah trauma. - NRM10 liter/menit
Terdapat fraktur atau depresi pada dasar tengkorak - IVFD Ringer Solution 20 gtt/i
atau trauma penetrasi.
Terdapat penurunan kesadaran atau tanda deñsit - Inj. Omeprazole20 gr/12 jam
neurologis baru.
Kesadaran penuh (GCS ­15) tanpa fraktur tetapi nyeri - Inj. Seftriaxone 1 gr/12 jam
kepala berat dan persisten, terdapat setidaknya 2 kali
muntah pada selang waktu yang berbeda. - Inj. Fenitoin 100 mg/8 jam
Riwayat gangguan pembekuan darah seperti - Drip Manitol 125 cc/6 jam
menggunakan obat antikoagulan dan penurunan
kesadaran, amnesia dan tampak gejala deñsit
neurologis
BAB V
KESIMPULAN
 
THANKYOU 
• Bapak R, laki-laki berusia 45 tahun, didiagnosa
dengan Traumatic ICH (R) Temporoparietal. Pasien
dirawat di RSUPH H. Adam Malik dan ditatalaksana
dengan terapi konservatif, Head Up 30-450 (usahakan
leher tidak tertekuk), NRM 10 liter/menit, IVFD
Ringer Solution 20 gtt/I, Inj. Omeprazole20 gr/12
jam, Inj. Seftriaxone 1 gr/12 jam, Inj. Fenitoin 100
mg/8 jam, Drip Manitol 125 cc/6 jam.

Anda mungkin juga menyukai