Anda di halaman 1dari 59

TRAUMA

KEPALA
BENITA EDGINA – 42180269

Pembimbing : dr.Sutaryanu Dermorejo, Sp. Rad


ANATOMI TULANG TENGKORAK
Foto Polos Kepala dari Proyeksi Lateral
ANATOMI MENINGEN
ANATOMI OTAK

Cerebrum
Cerebellum
Trunkus Serebri
• Diensefalon
• Mesensefalon
• Pons
• Medula
Oblongata
VASKULARISASI
Sirkulus Willisi
VASKULARISASI

■ TIK normal saat istirahat kira-kira 10 mmHg.


■ TIK >20 mmHg  abnormal
■ Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan
menyebabkan atau memperberat iskemia
DEFINISI

Trauma Kepala = suatu kerusakan pada kepala, bukan


bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
(Brain Injury Assosiation of America)
PATOFISIOLOGI
■ Translasi

 Akselerasi
Bila kepala yang bergerak kesatu arah tiba-tiba mendapat gaya yang kuat searah
dengan gerakan kepala maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada
arah tersebut

 Deselerasi
Bila kepala bergerak dengan cepat ke satu arah tiba-tiba dihentikan oleh suatu
benda, misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba akan terhenti
gerakannya. Kepala mengalami deselerasi (perlambatan) secara mendadak

■ Rotasi
Bila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak, misalnya pada bagian depan
(frontal) atau pada bagian belakang (oksipital), maka otak akan terputar pada
“sumbu”nya.
■ 2 tahapan kerusakan
didalam terjadinya
kerusakan jaringan
otak (brain damage)
setelah trauma kepala :
 Primary damage
 Secondary damage
KLASIFIKASI
Mekanisme Morfologi
 Tumpul  Fraktur tulang
 Tajam/tembus o Kalvaria
o Dasar tengkorak
Berat-Ringannya Cedera (GCS)  Lesi intrakranial
 Ringan o Fokal
 Sedang • Fraktur kranium
 Berat (GCS) • Kontusio
• Hematoma
GCS < 8  cedera kepala berat o Difus
GCS 9-12  cedera kepala
sedang • Konkusi
GCS 13-15  cedera kepala • Difus axonal injury
ringan
• Subarachnoid haemorargik
MANIFESTASI KLINIS
o Battle sign
warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas
os mastoid
o Hemotimpanum
perdarahan di daerah membran timpani telinga
o Periorbital ecchymosis (Racoon Eyes)
mata warna hitam tanpa trauma langsung
o Rhinorrhoe
cairan serebrospinal keluar dari hidung
o Otorrhoe
cairan serebrospinal keluar dari telinga
FRAKTUR KRANIUM

■ Meskipun secara teknis bukan merupakan suatu cedera


otak, namun banyak fraktur tengkorak menyertai adanya
cedera otak.
Fraktur Linear

■ Fraktur linear, adalah fraktur yang paling tersering ditemukan dan


paling ringan, terjadi retakan tetapi tidak terjadi displacement, dan
umumnya tidak terlalu memerlukan perawatan.
Fraktur Linier
Fraktur Depresi
■ Tipe yang menyebabkan tulang kranial tertekan ke bawah
sehingga kompresi pada otak.
■ Diakibatkan oleh : pukulan yang kuat, misalnya benturan oleh
martil, kayu, batu, pipa besi, dll.
■ Bagian fraktur dapat menyebabkan laserasi dan adanya
hematoma sehingga perlu dilakukan debridement untuk evakuasi
bekuan darah dan potongan tulang, perbaikan robekan
duramater, serta elevasi dari fragmen tulang yang tertekan.
■ Sebagian besar fraktur depresi meliputi regio frontoparietal,
karena tulang pada daerah ini relatif tipis dan karena bagian
pada kepala ini cenderung mengalami serangan.
Fraktur Depresi
Fraktur Impresi
■ Ada 2 macam fraktur impresi :
■ Impresi fraktur tertutup : akibat pukulan benda keras yg
mengakibatkan tulang kepala mendesak ke dalam, bisa
memberikan tekanan / tidak terhadap parenkim otak akan tetapi
tidak mengakibatkan robeknya kulit kepala dan hubungan
dengan dunia luar.
■ Impresi fraktur terbuka : impresi tulang kepala dan robekan kulit
kepala dan tidak ada hubungan dengan dunia luar, bila impresi
hebat dapat terjadi robekan pada duramater.
■ Pemeriksaan Fisik dilakukan cermat untuk menentukan operasi
segera / terencana / konservatif.
Fraktur Basilar
■ Pada basis cranii terutama pada fossa anterior atau media.
■ Fraktur pada basilar sulit dideteksi dengan pemeriksaan rontgen
biasa sehingga diagnosis dilakukan berdasarkan temuan klinis.
– Adanya ekimosis periorbital (racoon eyes)
– Pendarahan subkonjungtiva ekstensif
– Otorrhea CSF
– Rhinorrhea CSF,
– Ekimosis pada prosesus mastoideus (Battle’s Sign)
– Tanda halo sign
■ Adanya otorrhea dan rhinorrea berisi CSF merupakan suatu
petanda penting karena menandakan adanya robekan duramater
sehingga pasien memiliki resiko terjadi meningitis
■ Parese nervus cranialis (nervus I, II, III, IV, VII dan VIII dalam
berbagai kombinasi) juga dapat terjadi.
Anterior
Gejala dan tanda klinis
■ Keluarnya cairan likuor melalui
hidung/rhinorrea
■ Perdarahan bilateral periorbital
ecchymosis/racoon eye
■ Anosmia

Media
Gejala dan tanda:
■ Keluarnya cairan likuor melalui
telinga/otorrhea
■ Gangguan N.VII dan VIII

Posterior
Gejala dan tanda klinis:
■ Bilateral mastoid echymosis
Fraktur Basilar
FRAKTUR MAKSILA

■ Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang


mengenai wajah dan jaringan sekitarnya

■ Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup


jaringan lunak dan jaringan keras.

■ Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah


jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah
■ Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras
wajah adalah tulang kepala yang terdiri dari :
– Tulang hidung
– Tulang arkus zigomatikus
– Tulang mandibula
– Tulang maksila
– Tulang rongga mata
– Gigi
– Tulang alveolus

Penyebab trauma maksilofasial bervariasi,


mencakup kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik,
terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api.
Trauma pada maxilla dibedakan menjadi 3 :
■ Lefort I
■ Lefort II
■ Lefort III
LE FORT I
LE FORT II
LE FORT III
KONTUSIO
■ Kontusio terjadi apabila adanya daya fokal yang merusak
pembuluh darah kecil dan komponen jaringan otak lainnya
pada parenkim neuron
■ Kontusio umumnya terletak pada lobus inferior frontal dan
lobus inferolateral temporal dan jarang terjadi pada lobus
occipital dan cerebelum. Sehingga pasien pada umumnya
datang dengan suatu perubahan dari sikap dan kepribadian
yang disertai adanya defisit wicara dan motorik
■ Kontusio dapat sembuh dengan sedikit sequale atau dapat
berkembang menjadi edema otak, dapat menyebabkan
peningkatan TIK
■ Penyebab utama dari kontusio adalah cedera coup-
countrecuop karena adanya efek akselerasi dan deselerasi
yang menyebabkan tumbukan otak pada cavum kranii dan
tulang tengkorak kontra-lateral
KONTUSIO / LUKA MEMAR
Terjadi saat kerusakan jaringan
subkutan, dimana pembuluh darah
kapiler pecah sehingga darah meresap
ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak,
tetapi menjadi bengkak, dan berwarna
merah kebiruan.
Biasanya terjadi pada ujung otak,
seperti pada : frontal, temporal, dan
oksipital.
Saat dilihat di CT Scan / MRI terdapat
daerah yang mengalami
pembengkakan / edema.
Kontusio Serebri Akut pada
Temporal Kortikal Kanan
Gliding contusion

disebabkan oleh percepatan


sudut sagital dengan
peregangan dan robeknya
pembuluh darah
parasagittal. Gliding contusion
sering hemoragik, tidak hanya
dari gerak diferensial struktur
subkortikal (sering disebut
sebagai cedera geser), tetapi
juga dari robeknya vena
parasagittal. Gliding contusion
juga cenderung bilateral
HEMATOMA

Epidural

Subdural Intra-
cerebral
HEMATOMA EPIDURAL
■ di ruang potensial antara tabula interna
dan duramater
■ Gejala  lucid interval, pupil midriasis
■ Adanya garis fraktur menyokong
didiagnosis hematom epidural dan
lokasinya
■ sisi fraktur terletak ipsilateral dengan pupil
yang melebar
■ CT Scan akan tampak area hiperdens
biconvex
■ bila ditolong segera pada tahap dini 
Prognosisnya sangat baik  berkaitan
langsung dengan status neurologis
penderita
Gambaran Perdarahan Epidural pada
CT Scan Kepala Non-kontras

Gambaran Hematoma Epidural Gambaran Hematoma Epidural


Akut
HEMATOMA SUBDURAL
■ SDH terletak di antara
duramater dan arachnoid.
Berbentuk bulan sabit
dengan sisi yang tidak
tegas.
■ SDH lebih sering terjadi
dibandingkan EDH, terjadi
pada sekitar 30% dari
cedera kepala berat
■ SDH umumnya disebabkan
oleh robekan dari vena-vena
penghubung yang terletak
antara korteks dan sinus
venosus dan sering
disebabkan oleh cedera
akselerasi-deselerasi
Berdasarakan waktu,SDH dibagi menjadi :
 SDH Akut
berisi bekuan darah yang terjadi segera atau beberapa
hari),
 SDH Subakut
berisi campuran bekuan darah dan cairan yang terjadi
beberapa hari hingga 3 minggu setelah trauma)
 SDH Kronik
konsistensi utama cairan dan terjadi 3 minggu atau lebih).
Tipe kronik lebih sering terjadi pada dewasa usia lanjut,
peminum alkohol, atau pada orang yang mengkonsumsi
antikoagulan.

Tanda dan gejalanya adalah kesadaran menurun


dan ada sakit kepala
Gambaran Perdarahan Subdural pada CT Scan

Menunjukkan Hematoma subdural akut.


Gambaran TK ditemukan hiperdens
diantara duramater dan araknoid, umumnya
akibatkan robekan dari briging vein.
Gambaran seperti bulan sabit, disertai
mildline shift
Menunjukkan Hematoma subdural subakut. Menunjukkan gambaran TK
Gambaran hematoma berbentuk
bulan sabit yang kurang densitas berbanding Hematoma subdural kronik
daripada gambaran TK hematoma subdural dan disertai midline shift
akut
Gambaran Perdarahan
Subdural dengan
Fraktur Tengkorak (kiri)
dan Perdarahan
Subdural disertai
Perdarahan
Subarakhnoid (kanan)

Kronis subdural hematoma


(SDH) umumnya bilateral dan
memiliki area
perdarahan akut, yang
mengakibatkan densitas
yang heterogen. Tampak
kurangnya
pergeseran garis tengah
karena adanya hematoma
bilateral
HEMATOMA INTRACEREBRAL
■ ICH merupakan suatu area pendarahan yang terletak pada
parenkim otak yang berukuran 2 cm atau lebih namun tidak
kontak dengan permukaan otak.
■ ICH disebabkan oleh adanya ruptur dari pembuluh darah
parenkim saat cedera.
■ ICH ditandai dengan area hiperdens pada CT-scan.
■ Sepertiga hingga setengah pasien dengan ICH datang dalam
keadaan tidak sadar dan sekitar 20% memiliki periode lucid
antara periode post-trauma hingga koma.
■ Pembentukan ICH dapat terlambat dan dapat tidak muncul
pada CT-scan dalam waktu 24 jam. Pada fase seperti ini CT-
scan ulang dilakukan apabila adanya defisit neurologis yang
bertambah dan adanya peningkatan ICP.
Hematoma intraserebral. Gambaran TK ditemukan perdarahan
parenkim otak dengan adanya gambaran lesi hiperdens (panah
Gambaran Perdarahan Intraserebral
putih), jaringan di sekitar tampak densitasnya lebih rendah
pada CT Scan Kepala
akibat infark atau edema
KONKUSIO
suatu disfungsi neurologik yang singkat (transient) yang disebabkan oleh
faktor mekanik terhadap otak.
Gambaran klinis:
■ hilangnya kesadaran (pingsan)
■ Kebingungan
■ Sefalgia
■ Disorientasi selama beberapa menit dan dapat juga disertai amnesia
■ Dapat pula disertai gangguan penglihatan.

Diagnosis utama melalui pemeriksaan klinis dan jarang didapatkan lesi


pada CT-scan. Konkusio tidak menyebabkan kerusakan neuron
namun menyebabkan disfungsi neuron sementara karena adanya
perubahan metabolisme, fungsi neurotransmiter, dan ionic shift dan
biasanya sembuh dengan sendirinya.
CEDERA AXON DIFUS

kelanjutan kerusakan otak akibat cedera


akselerasi dan deselerasi.
Cedera aksonal difus (Diffuse Axonal injury,
DAI) adalah keadaan dimana penderita
mengalami koma pasca cedera yang
berlangsung lama dan tidak diakibatkan
oleh suatu lesi masa atau serangan
iskemia.
HEMATOMA SUBARAKNOID
■ SAH sering dihubungkan dengan adanya ruptur dari
aneurisma atau adanya malformasi arteri-vena, namun
dapat juga disebabkan oleh adanya trauma kapitis.
■ SAH dapat menganggu sirkulasi dan reabsorpsi dari CSF
sehingga dapat menyebabkan hidrosefalus dan adanya
hipertensi intrakranial. SAH akibat trauma dihubungkan
dengan adanya kontusio dan laserasi pada korteks
sehingga adanya akumulasi dari darah yang masif dapat
membentuk suatu Space-Occupying Lesion (SOL).
■ Gejala dan tanda klinis:
– Kaku kuduk
– Nyeri kepala
– Bisa didapati gangguan kesadaran
Gambaran Perdarahan Subarakhnoid
pada CT Scan Kepala
Menunujukkan perdarahan Menunjukkan pasien mengalami
subarachoid. Gambaran TK kepala hematoma esktradural di sebelah kanan
ditemukan adanya perdarahan di dan perdarahan subarakhnoid di
ruang subarakhoid (tanda panah sebelah kiri
hitam)C
PENEGAKAN DIAGNOSIS
■ anamnesis,
■ pemeriksaan fisik
■ pemeriksaan neurologis
■ pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Rontgen
b. CT scan
c. MRI
Pemeriksaan Laboratorium
TATALAKSANA
■ Penatalaksanaan Awal
Primary Survey
 Airway, dengan Kontrol Servikal (Cervical Spine Control)
 Breathing dan Ventilasi
 Circulation dengan Kontrol Perdarahan
 Disability (Neurologic Evaluation)
 Exposure
Resusitasi
 Airway
 Breathing / ventilasi / oksigenasi
 Circulation (dengan kontrol perdarahan)

* Tambahan  monitoring EKG, kateter gaster dan uretra, monitoring lain seperti laju
pernpasan, análisis gas darah, pulse oxymetry, tekanan darah, pemeriksaan X-Ray dan
pemeriksaan tambahan lain.
Secondary Survey
 Anamnesis  Riwayat "AMPLE"
 head to toe examination
TERAPI MEDIKAMENTOSA
■ Cairan intravena
■ Hiperventilasi
■ Antikonvulsan
■ Manitol
■ Barbiturat
PEMBEDAHAN
■ Manajemen operatif kadang diperlukan pada :
luka kulit kepala,
fraktur depresi tengkorak,
lesi massa intracranial, dan
cedera tajam pada otak

Anda mungkin juga menyukai