DISUSUN OLEH :
BENITA EDGINA – 42180269
DOKTER PEMBIMBING :
Dr. Merari Panti Astuti, Sp. Rad., M. Sc
Pengertian
Kuman tuberkulosis masuk melalui saluran napas dan bersarang di jaringan paru, membentuk sarang primer.
Sarang primer ini timbul di bagian mana saja dalam paru, dan akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional).
Sarang primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer
ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di
hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya.
b. Penyebaran secara bronkogen.
c. Penyebaran dan limfogen
Etiopatofisiologi Tuberkulosis Post Primer
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-
primer, biasanya pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen
apikal dari lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik
ini akan mengikuti salah satu jalan diantaranya:
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
2. Terjadi pengapuran akibat jaringan fibrosis,
3. Jaringan perkejuan dan menghasilkan kavitas apabila saat dibatukkan jaringan keju
tersebut keluar.
Klasifikasi
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
e. Kasus Gagal
penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan).
penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada
akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.
f. Kasus kronik
penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan
ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan
lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif, namun setelah mendapat
pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik.
GEJALA KLINIK
2. Gejala sistemik
• Demam
• gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
PEMERIKSAAN FISIK
1. Vital sign
2. Px thoraks (lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior –S1 S2, serta daerah apeks
lobus inferior S6)
Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat normal atau dapat ditemukan tanda konsolidasi paru
utamanya apeks paru.
Palpasi : fokal fremitus meningkat
Perkusi : redup
Auskultasi : suara napas melemah, bunyi napas bronkovesikuler atau adanya ronkhi terutama di
apeks paru
* Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan kelainan struktural paru.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening)
Multinodular infiltrat lobus superior paru dekstra
BACAAN :
• TAMPAK OPASITAS
INHOMOGEN PADA
HEMITORAKS DEKSTRA PADA
LOBUS SUPERIOR DENGAN
MULTIPLE NODULAR.
• TIDAK ADA SHIFT
MEDIASTINUM.
• DIAFRAGMA DAMAL BATAS
NORMAL, SUDUT
COSTOPHRENICUS TAJAM.
• TULANG TERVISUALISASI
INTAK.
Foto Polos Thorax
Lateral
Perselubungan
inhomogen pada
segmen posterior
lobus kanan atas.
Tampak lesi opak inhomogen pada lapang paru dekstra.
Tidak ada shift mediastinum.
Diafragma datar, sudut costophrenicus tajam.
Tulang tervisualisasi intak.
Cor : bentuk & ukuran dalam batas normal.
TB PROGRESIF PRIMER
• Tampak opasitas inhomogen
pada hemitorak dekstra dengan
cavitas opak di lobus superior
disertai penarikan trakea ke
arah dekstra
• Diafragma datar terpotong
• Cor bentuk dan ukuran normal
Radiologi PA dada menunjukkan
• area paratrakeal yang prominen
di sisi kanan
• sebuah kavitas opak di lobus
kanan superior
• konsolidasi fokal di zona tengah
paru kanan.
Pada pasien ditemukan tuberkulosis
progresif primer.
TAMPAK OPASITAS INHOMOGEN PADA
HEMOTORAKS SINISTRA DENGAN ADANYA
KAVITAS BENTUK BULAT TIDAK BERATURAN
BATAS TEGAS
TB PARU AKTIF
Tampak bercak berawan pada
kedua lapang paru atas disertai
kavitas, bintik-bintik kalsifikasi,
garis fibrosis yang menyebabkan
retraksi hilus ke atas
Cor: dalam batas normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang yang tervisualisasi
intak
TB MILIER
Granuloma menjadi sarang kuman dalam periode yang lama (atau disebut
Fokus Ghon). Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan
paru.
Komplek ranke
Terlihat pada tb
primer yang sudah
“sembuh” , terdiri
dari dua bagian :
1. Fokus ghon
(kalsifikasi
parenkimal
tuberkuloma)
2. kalsifikasi nodus
hilus ipsilateral
TB Post Primer
KOMBINASI AREA
FIBROTIK (PARUT)
+ KALSIFIKASI
AKIBAT RESPON
IMUN TERHADAP
INFEKSI TB POST
PRIMER
Gambaran Radiologis Perjalanan TB
Sarang-sarang berbentuk awan / bercak infiltrat dengan densitas rendah hingga sedang dan
batas tidak tegas proses aktif
Lubang (kavitas) proses aktif, kecuali bila lubang sudah sangat kecil residual
cavity
Sarang-sarang seperti garis (fibrotik) atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi) proses sudah
tenang (fibrocalcification)
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI LANJUT;
• TB USUS
KOMPLIKASI DINI
• OBSTRUKSI JALAN NAFAS
• PLEURITIS • FIBROSIS PARU
• EFUSI PLEURA • KOR PULMONAL
• EMPIEMA • AMILOIDOSIS,
• LARYNGITIS • KARSINOMA PARU
• SINDROM GAGAL NAFAS DEWASA,
• MENINGITIS TB
Diagnosis Banding
PNEUMONIA
• LOKASI KONSOLIDASI
BISA DIMANA SAJA (1
LOBUS),
• AIR BRONCHOGRAM
(+)
Diagnosa Banding
LIMFOMA SARKOIDOSIS
LIMFOMA SARKOIDOSIS
LIMFOMA BIASA DIMULAI DARI PEMBESARAN KGB HILUS
PARATRAKEA DAN BILATERAL BILATERAL.
LIMFOMA SARKOIDOSIS
Tatalaksana
Terapi pencegahan :
• Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS.
Obat yang digunakan :
• Isoniazid (INH) dosis 5 mg / kg BB (tidak lebih dari 300 mg ) 1 x 1 (minimal 6 bulan)
Daftar Pustaka
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf
https://quizlet.com/117972120/cs-r-flash-cards/
http://www.radiologymasterclass.co.uk/gallery/chest/pulmonary-disease/tuberculosis
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia