Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS KULIT KELAMIN

“PRURIGO"

Dosen Pembimbing:

dr. Fajar Waskita, M. Kes, Sp. KK(K)

Disusun Oleh:

Benita Edgina (42180269)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT KELAMIN

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

PERIODE 16 OKTOBER – 9 NOVEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2019
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. H
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Kunjungan ke klinik : 28 Oktober 2019

II. ANAMNESA

A. Keluhan Utama

Terdapat bercak merah dan gatal di kedua tangan, betis, dan tungkai kaki.

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Terdapat bercak merah dan gatal di kedua tangan, betis, dan tungkai kaki sejak Jumat
25 Oktober 2019. Gejala lain seperti panas, perih, nyeri, dan demam disangkal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengidap penyakit yang sama pada bulan Juni 2019. Selain itu pasien
memiliki riwayat penyakit seperti sejak kecil, dimana saat pasien digigit nyamuk
pasien juga mengalami hal yang sama dengan sekarang. Riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes melitus, asma, dan jantung disangkal.

D. Riwayat Operasi

Tidak ada

E. Riwayat alergi

Tidak ada

F. Riwayat penyakit keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat alergi dan di lingkungan rumah
pasien tidak ada yang mengalami gejala serupa.

G. Riwayat pengobatan

Tidak ada
H. Gaya Hidup
Pasien adalah seorang mahasiswa, kebersihan pasien terjaga, pasien sering berganti
pakaian. Pasien rajin mengganti seprei kasurnya tiap 3 kali dalam sehari. Pasien
mandi dua kali dalam sehari. Pasien keramas dengan shampoo tiap 3 kali dalam
seminggu. Pola makan pasien juga baik, 3 kali dalam sehari.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Gizi : Cukup

Nadi dan RR : Tidak dilakukan pemeriksaan

Kepala, leher, thorak, aksila, abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus dan Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas :Terdapat lesi bentuk papul


eritem, ekskoriasi batas tegas, bentuk bulat, susunan tersebar simetris.

UKK : Teradapat lesi berbentuk papul eritem ekskoriasi, batas tegas, bentuk bulat,
jumlah multiple, susunan tersebar simetris, terdistribusi pada kedua tangan, beberapa
sela jari tangan, betis, dan tungkai kaki.

IV. DIAGNOSA BANDING


1. Prurigo
2. Skabies
3. Polymorphic Light Eruption

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

VI. DIAGNOSA

Prurigo

VII. TATALAKSANA

R/ Asam Fusidic 2% cr 5 g + Mometasone Furoate 0,1% cr 5g No. I

S 2 d d m et v ue

R/ Cetirizin HCl tab 10 mg No. VII

S 1 d d hs (jika gatal)

VIII. EDUKASI
1. Melakukan pengobatan secara menyeluruh, tekun dan konsisten.
2. Penyakit bersifat kronik dan residif.
3. Kontrol 1 minggu lagi.

IX. PROGNOSIS
 Prognosis ad vitam : bonam
 Prognosis ad functionam : bonam
 Prognosis ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Prurigo adalah erupsi popular kronik dan residif. Dimana pada prurigo
terdapat peradangan kronis di kulit ditandai dengan papul dengan vesikel kecil di
atasnya, disertai rasa gatal, kerapkali menyerang anak-anak. Terdapat beberapa
macam prurigo yang diantaranya paling banyak berupa prurigo Hebra, prurigo
Nodularis, dan berbagai jenis prurigo lainnya yang jarang dijumpai di Indonesia. Di
masyarakat, prurigo Hebra dikenal dengan reaksi hipersensitivitas kulit terhadap
gigitan serangga (nyamuk, agas, kutu loncat, kutu busuk atau kepinding).
Prurigo Hebra lebih merupakan penyakit yang diturunkan secara multifaktor, yaitu
disebabkan oleh faktor intrinsik tubuh (gen, atau banyak gen), dan berbagai faktor
ekstrinsik (lingkungan).
SINONIM
Hebra’s prurigo, prurigo mitis, prurigo simplex acutus infantum (Broq), strophulus
infantum, lichen urticatus, popular urticaria, urticaria papulose infantum.
2. Klasifikasi
Adapun klasifikasi prurigo diantaranya : prurigo simpleks dan dermatitis pruriginosa.
Kecuali itu masih ada prurigo lain yang sebenarnya tergolong salah satu bentuk
neurodermatitis, yaitu prurigo nodularis.
 Prurigo Simpleks
Papul prurigo tampak bermacam-macam tingkat perkembangan dan banyak
ditemukan pada usia pertengahan. Tempat yang sering terkena ialah badan dan
bagian ekstensor ekstremitas. Wajah dan bagian kepala yang berambut juga
terkena tersendiri atau bersama-sama dengan tempat lainnya. Lesi biasanya
muncul dalam kelompoknya sehingga papul, vesikel, dan jaringan parut dapat
terlihat dalam saat bersamaan.
 Dermatosis Pruriginosa
Pada kelompok penyakit ini papul prurigo terdapat bersama-sama dengan
urtika, infeksi piogenik, tanda-tanda bekas garukan, likenifikasi, dan
eksematisasi. Termasuk dalam kelompok penyakit ini antara lain : Strofulus,
prurigo kronik multiformis Lutz, dan prurigo Hebra.
 Strofulus
Penyakit ini juga dikenal sebagai urtikaria popular, liken
urtikatus, dan strofulus pruriginosis atau strafulus infantum, sering
dijumpai pada bayi dan anak-anak. Terdapat banyak papul kecil yang
gatal tersebar di lengan dan tungkai, terutama mengenai bagian
ekstensor. Lesi mula-mula berbentuk urticated papules (papul-
urtikaria) yang kecil, akibat garukan menjadi ekskoriasi dan
mengalami infeksi sekunder atau likenifikasi.
Pada umumnya lesi muncul kembali dalam kelompok, biasanya
pada malam hari. Tetapi lesi dapat bertahan sampai 12 hari. Semua
tingkatan dan perkembangan dapat dilihat pada saat bersamaan dan
dapat berlangsung bulanan sampai tahunan. Biasanya tidak disertai
pembesaran kelenjar getah bening maupun gejala konstitusi.
Urtikaria popular merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap
gigitan fleas, gnats, nyamuk, kutu, dan yang tersering ialah kepinding.
Gambaran histopatologiknya meneyrupai gigitan arthropod. Terdapat
sebukan infiltrat perivascular yang superfisial dan dalam, yang terdiri
atas limfosit, histiosit, dan eosinofil.
Pengobatan mencakup pemberantasan serangga terutama fleas
(cat & dog fleas dan kuman fleas), serta kutu busuk. Tempat tidur
binatang juga harus disemprot dengan insektisida. Juga semua lemari,
sela-sela rumah, permadani, gorden, dan perkakas rumah tangga
disemprot dengan insektisida sekurang-kurangnya dua kali dalam
seminggu. Dapat diberikan losio antipruritus secara topikal. Krim
kortikosteroid dapat pula dipakai. Antihistamin per oral dapat
digunakan untuk menghilangkan rasa gatal.
 Prurigo Kronik Multiformis Lutz
Kelainan kulitnya berupa papul prurigo, disertai likenifikasi
dan eksematisasi. Di samping itu penderita juga mengalami
pembesraan kelenjar getah bening (limfadenitis dermatopatik) dan
eosinofilia. Pengobatan bersifat simtomatik.
 Prurigo Hebra
Di antara berbagai bentuk, prurigo Hebra merupakan bentuk yang
tersering didapat. Pada umumnya, prurigo Hebra disebut sebagai
prurigo.
PRURIGO HEBRA

Definisi
Prurigo Hebra adalah penyakit kulit kronik, dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan
kulit dengan gejala subyektif yang sangat gatal, terdiri atas papul-papul miliar berbentuk
kubah disertai vesikel kecil di puncaknya, lebih mudah diraab daripada dilihat, terutama di
daerah ekstremitas bagian ekstensor serta bagian tubuh yang tidak tertutup oleh pakaian.
Epidemiologi
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosial-ekonomi dan hygiene yang rendah.
Di Jakarta, penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan umumnya terdapat pada
anak-anak. Di Eropa dan Amerika Serikat, penyakit ini jarang ditemukan.
Etiologi dan Patogenesis
Penyebab pasti belum diketahui. Pada umumnya terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit ini, sehingga penyakit ini dianggap herediter. Sebagian para ahli
berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga, misalnya nyamuk.
Mungkin antigen atau toksin yang terdapat pada ludah serangga menyebabkan alergi. Di
samping itu juga berperan faktor lain seperti suhu dan investasi parasite (Ascaris atau
Oxyuris). Selain itu juga infeksi fokal misalnya tonsil atau saluran cerna, endokrin, alergi
makanan. Pendapat lain mengatkan penyakit ini didasari faktor atopi.
Hasil penelitian Aisah tahun 1999 di RS Cipto Mangunkusumo (thesis) mendapatkan
bahwa terjadinya Prurigo Hebra melalui mekanisme alergi campuran tipe I dan IV, sebagai
reaksi terhadap gigitan serangga. Campuran kedua reaksi tersebut menyebabkan ruam
polimorfi yaitu didapatkan ruam kulit yang akut maupun kronik pada saat yang bersamaan.
Melalui penelusuran pedigri di dalam keluarga, pasien prurigo, terbukti penyakit diturunkan
secara multifactor, tidak mengikuti pola penurunan hukum Mendel.
Penelitian ini juga dilakukan terhadap Prurigo Hebra dengan melibatkan gen human
leukocyte antigen (HLA) dan menemukan HLA-10 sebagai faktor risiko yang bermakna
dengan RR=8,06 dengan interval kepercayaan (I.K) 95% = 1,67;8,87. Berarti pada orang
yang mempunyai HLA-A10 mempunyai kesempatan 8 kali menderita prurigo Hebra
dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai HLA-A10.
Selain itu ditemukan juga pada penderita prurigo Hebra dengan HLA-A10 dan atau
HLA-B27 yang secara bermakna berhubungan dengan kondisi prurigo Hebra yang ringan,
sedangkan pada HLA-B15 umumnya berkaitan dengan prurigo Hebra yang berat, makin
muda usia makin berat penyakitnya. Hal yang menarik lainnya adalah ditemukannya HLA-
B35 sebagai faktor proteksi bermakna risiko relative =0,17 dengan interval kepercayaan 95%
= 0,04; 0,65. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang dengan HLA-B35 kemungkinan
bebas prurigo Hebra sebesar 0,17 kali dibandingkan dengan mereka yang tidak emmpunyai
HLA-B35. Selain itu temuan beberapa gen HLA yang berkontribusi terhadap prurigo Hebra,
memperkuat bahwa prurigo Hebra diturunkan sesuai pola penurunan genetik multifaktor.
Gejala Klinis
Prurigo Hebra sering terjadi pada anak berumur 1 tahun. Kelainan yang khas adalah
papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat.
Rasa gatal yang hebat membuat seseorang ingin menggaruk terus dan emnimbulkan erosi,
ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi, serta likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder.
Jika telah kronik tampak kulit yang sakit lebih gelap kecoklatan dan likenifikasi.
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat meluas ke
bokong dan perut, wajah pun dapat juga terkena. Biasanya bagian distal lengan dan tungkai
lebih parah dibandingkan bagian proksimal. Demikian pada umumnya tungkai lebih parah
dibandingkan lengan. Kelenjar getah bening regional biasanya membesar biarpun tidak
disertai infeksi, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada perabaan teraba lebih lunak. Pembesaran
kelenjar getah bening ini disebut dengan bubo prurigo.
Untuk menyatakan berat ringannya penyakit, dipakai istilah prurigo mitis jika ringan,
dan disebut prurigo feroks (agria) jika berat. Prurigo mitis hanya terbatas di ekstremitas
bagian ekstensor serta sembuh sebelum akil balik. Sebaliknya pada prurigo feroks, lokasi
lebih luas dan berlanjut sampai dewasa.

Histopatologik
Gambaran histopatologik tidak khas, sering ditemukan akantosis, hyperkeratosis,
edema pada epidermis bagian bawah, dan dermis bagian atas. Pada papul yang masih baru
terdapat pelebaran pembuluh darah, infiltrasi ringan sel radang sekitar papul dan dermis
bagian atas. Bila telah kronik infiltrate kronis ditemukan di sekitar pembuluh darah serta
deposit pigmen di bagian basal.
Diagnosis
Diagnosis prurigo Hebra terutama berdasarkan gambaran klinis ialah papul-papul miliar,
berbentuk kubah terutama terdapat di ekstremitas bagian ekstensor. Keluhannya ialah sangat
gatal dan biasanya terdapat pada anak. Sebagai diagnosis banding ialah skabies. Pada
penyakit tersebut gatal terutama pada malam hari, orang-orang yang berdekatan juga terkena.
Kelainan kulit berupa banyak vesikel dan papul pada lipatan-lipatan kulit.
Diagnosis Banding
 Varicela : infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, manifestasi klinis didahului gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Gejala klinis diawali dengan gejala
prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese, dan nyeri kepala,
kemudian disusul dengan timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa dalam
waktu beberapa jam berubah menjdai vesikel. Bentuk vesikel ini khas mirip tetesan
embun (tear drops) di atas dasar yang eritematosa. Vesikel akan berubah menjadi
keruh menyerupai pustule dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini
berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru sehingga pada satu saat tampak
gambaran polimorfi. Penyebaran terutama di daerah badan, kemudian menyebar
secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, selain dapat menyerang ke lender mata,
mulut, dan saluran napas bagian atas. Jika infeksi sekunder terdapat pembesaran
kelenjar getah bening. Penyakit ini biasanya terdapat rasa gatal.

Varicela

 Scabies : penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap
Sacroptes scabiei var hominis. Ditandai pada gatal di malam hari, mengenai
sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan
lembab. Gejala klinis dapat terlihat polimorfi tersebar di seluruh badan.
Adapun lesi kulitnya berbentuk teroeongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
berwarna putih keabu-anuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjangnya 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).
Namun kunikulus biasanya sukar terlihat, oleh karena itu apabila timbu gatal pasien
biasanya menggaruk, hal ini membuat kunikulus menjadi rusak. Tempat predileksi
biasanya pada stratum kornneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae
(perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki), dan perut bagian
belakang. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan kepala.
Selain itu ditemukan adanya tungau, telur, dan skibala.

Skabies

 Polimorphic Light Eruption (PMLE) : kondisi kulit yang tidak mengancam jiwa dan
berpotensi menyusahkan. Hal ini dipicu oleh sinar matahari dan paparan UV buatan
pada orang yang memiliki genetik rentan. PMLE muncul pada area kulit yang baru
terpapar sinar matahari seperti bagian leher yang terlihat, punggung tangan, lengan,
dan kaki, akan tetapi jarang pada wajah. Gejala yang dirasakan biasanya gatal, dan
ada rasa terbakar. Adapun lesi kulitnya berupa papul kecil berwarna merah halus yang
bergabung menjadi plak, lepuh kecil berisi cairan (papulovesikel). Lesi biasanya
simetris, dan tidak terdapat gejala konstitusi.

PMLE
Tatalaksana
Karena penyebab prurigo multifaktor, maka tidak ada pengobatan yang tepat.
Tatalaksananya ialah menghindari hal-hal yang berkaitan dengan prurigo, yaitu menghindari
gigitan nyamuk atau serangga, mencari pengobatan infeksi fokal, memperbaiki higiene
perseorangan maupun lingkungan. Pengobatan non medikamentosa terpenting adalak
komunikasi-informasi-edukasi (KIE). Komunikasi efektif dilakukan pada pasien atau orang
tua pasien untuk menghindari hal-hal yang berkaitan dengan penyebab multifaktor tersebut.
Ajarkan upaya preventif yaitu pasien dianjurkan mengenakan pakaian tertutup sehingga
terhindar dari gigitan serangga dan debu.
Pengobatan simtomatik ditujukan untuk mengurangi rasa gatal dengan pemberian
sedatif atau antihistamin golongan sedatif. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotik. Contoh pengobatan topikal adalah sulfur 5-10% dapat diberikan dalam bentuk
bedak kocok atau salap. Untuk mengurangi gatal dapat diberikan mentol 0,25-1% atau
kamper 2-3%. Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik topikal, sedangkan untuk
menekan proses reaksi alergik dan infamasi, dapat diberikan steroid topikal potensi sedang
atau kuat.
Prognosis
Sebagian besar prurigo Hebra akan sembuh spontan pada usia akil balik, namun
karena kronis dapat meninggalkan bekas makula hiperpigmentasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
7th Ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2017. Hal 113-114.
2. Buckhart CG, Burkhart CN. Scabies, Other Mites and Pediculosis: In Fitzpatrick
TB, Eisen AZ, Wolf K, Freedberg IM, Austen KF. Dermatology in General
Medicine. 8th ed. New York: Mc.Graw-Hill Book Company; 2012p.2569-77
3. Siti Aisah: Prurigo Hebra. M. K. I.; 1984; 34/11: 689-92

Anda mungkin juga menyukai