Anda di halaman 1dari 51

+

Disusun oleh : Nur Rahmadina


Pembimbing : dr. Tektona Fitri Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


PERIODE 19 Nov 2018 – 8 Des 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018
+

Pneumonia
+
Pendahuluan

 Definisi
 peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit), selain disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
+
Etiologi

 Pneumonia bakterial / tipikal. Contohnya:


Klebsiella, Staphyllococcus dll.

 Pneumonia atipikal, Mycoplasma, Legionella dan


Chlamydia

 Pneumonia virus

 Pneumonia jamur immunocompromised)


+
Klasifikasi

Lokasi Sumber Penyebab


Berdasarkan predileksi infeksi
Masyarakat (community- Streptococcus pneumoniae
 Pneumonia lobaris. Pneumonia acquired) Mycoplasma pneumoniae
yang terjadi pada satu lobus Haemophilus pneumoniae
atau segmen kemungkinan Chlamydia pneumoniae
sekunder disebabkan oleh Rumah sakit (hospital- Basil usus gram negative
obstruksi bronkus acquired) (misal, Escherchia coli,
Klebisiella pneumonia)
 Bronkopneumonia. Ditandai Pseudomonas aeruginosa
dengan bercak-bercak infiltrat Staphylococcus aureus
pada lapangan paru. Aspirasi Makanan atau minuman
Asam lambung
 Pneumonia interstisial
+
Thorax Normal
+
Thorax Normal
+
Patofisiologi
+
Patofisiologi

 Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan


edema.
 Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah.
 Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis
yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
 Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.

“Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan


perdarahan. Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas.“
+
Gejala klinis

 Demam

 Batuk biasanya produktif dan purulen

 Sputum berwarna merah karat atau kehijauan dengan bau


khas

 Sesak, berkeringat, nyeri dada

 Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila


infeksinya serius.
+
Diagnosis

 Anamnesis

 Pemeriksaan fisik
 Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru.
 Inspeksi: bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas,
 Palpasi: pasa palpasi fremitus dapat mengeras
 Perkusi: redup, atau sonor
 Auskultasi bronkovesikuler sampai bronkial, ronki basah halus,
ronki basah kasar.

 Pemeriksaan Radiologis

 Pemeriksaan Lab dan bakteriologis


+
Pemeriksaan Radiologis

 gambaran radiologis foto thorax pada pneumonia:


 Perselubungan padat homogen atau inhomogen
 Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
 Volume paru tidak berubah,
 Air bronchogram sign
 Sillhoute sign
+
Pemeriksaan Radiologis

 Air bronchogram
+
Pemeriksaan Radiologis

 Sillhoute sign
+
Pneumonia Lobaris

 Ilustrasi progresifitas konsolidasi pneumonia lobaris:


+
Pneumonia Lobaris

 Gambaran CT scan

 perselubungan di lobus atas paru kanan, air brochogram sign


sepanjang bronkus lobus atas paru kanan dan gambaran ground
glass di tepi perselubungan dan paru normal.
+
Pneumonia Lobularis (BP)

 ilustrasi progresifitas konsolidasi pada bronkopneumonia


+
Pneumonia Lobularis (BP)

 .

Gambaran CT-scan thorax memprlihatkan


adanya nodul sentrilobular (panah lurus),
perselubungan di daerah lobus yang
disertai dengan gambaran ground-glass
opacity (panah lengkung).
+
Pneumonia Interstitial

 gambaran bronchial cuffing, yaitu penebalan dan edema dinding


bronkiolus. Corakan bronkovaskular meningkat, hiperaerasi,
bercak-bercak inifiltrat dan efusi pleura juga dapat ditemukan.
+
Pneumocystis Carinii Pneumonia
(CPC)

 Gambaran radiologi x-ray :


 Bayangan ground-glass opak yang
bilateral simetris atau pola
reticulonodular
 Utamanya cenderung mengisi
daerah perihiler
 Namun dapat juga meluas ke
daerah ata dan bawah paru.

Bayangan ground-glass opak yang bilateral


simetris
Terkadang tidak rata dan menyebar.
+
Pneumonia aspirasi

 Pada foto thorax menunjukkan tampak perselubungan homogen


bilateral di kedua lapangan paru yang disertai dengan adanya
endotracheal di atas carina.
+
Pemeriksaan Laboratorium

 Leukositosis  bakteri

 Leukosit normal / rendah  virus atau mikoplasma berat

 Leukopenia  depresi imunitas


+
Pemeriksaan bakteriologis

 Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal,


bronkoskopi.

 Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN


yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi.

 Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra terapi dan


bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya
+
Diagnosis PCA

 Batuk-batuk bertambah

 Perubahan karakteristik dahak / purulen

 Suhu tubuh > 38oC (aksila) / riwayat demam

 Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara


napas bronkial dan ronki

 Leukosit > 10.000 atau < 4500


+
Diagnosis Pneumonia Nosokomial

 Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di


rumah sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang
inkubasinya terjadi pada waktu masuk rumah sakit

 Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :


 Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
 Ditambah 2 diantara kriteria berikut: suhu tubuh > 38oC , sekret
purulen dan leukositosis
+
Patologi Anatomi

 Kongesti (4-12 jam pertama), pada stadium ini, lobus yang terkena
menjadi berat, merah, sembab akibat adanya eksudat serosa masuk ke
dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.

 Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) lobus paru tampak merah dan
bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN
mengisi alveoli.

 Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru menjadi kering, abu-abu, dan


padat, karena sel darah merah mengalami lisis sementara eksudat
fibrinosa menetap dan mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang
terserang.

 Resolusi (7-11 hari) eksudatnya di dalam alveolus dicerna secara


enzimatis sehingga mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.
+
Patologi Anatomi

 Pada gambar bagian kiri menunjukkan gambaran makroskopik


pneumonia lobaris dengan hepatisasi abu-abu. Lobus bawah
mengalamai konsolidasi yang merata.

 Pada gambar bagian kanan menunjukkan adanya neutrofil di


dalam rongga alveolus.
+
Diagnosis banding

 Efusi Pleura

 Atelektasis

 TB paru

 Tumor paru
+
Penatalaksanaan

 Antibiotik empiris  Pneumonia atipik


 Makrolid baru (azitromisin,
klaritromisin, dll)
 Florokuinolon respiness
 doksisiklin
Patogen Potensial Antibiotik yang Disarankan
Streptococcus pneumonia Seftriaxon, Levofloksasin,
Haemophilus influenza Moksifloksasin, atau
Bakteri gram (-) sensitif antibiotic : Ciprofloksasin

Escherichia coli (Klebsiella Ampisilin/sulbaktam atau


pneumonia, Enterobacter spp., Ertapenem
Serratia marcescens)
+
Prognosis dan komplikasi

 Prognosis, baik

 Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumonia


ekstrapulmoner, misalnya pada pneumonia pneumokokkus
dengan bakteremia dijumpai pada 10% kasus berupa
meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis,
empiema
+

Bronkitis
+
Pendahuluan

 Bronkitis adalah penyakit respiratorius di mana membran


mukosa pada jalur bronkus di paru-paru mengalami
inflamasi. Karena mukosa bronkus tersebut membengkak
(edema) dan menebal sehingga akan mempersempit saluran
nafas yang menuju paru-paru.

 bronkitis akut (berlangsung kurang dari 3 minggu) dan


bronkitis kronik yang frekuensinya hilang timbul selama
periode lebih dari 2 tahun.
+
Epidemiologi

Di Indonesia belum ada data mengenai prevalensi penyakit


bronkitis. Sebagai pembanding, di US pada studi cohort tahun
2012, 5.858 orang dewasa, pada 34.6% didiagnosis mengalami
bronkhitis kronik. Hal ini dikarenakan tidak tercatatnya laporan
gejala dan kondisi bronkitis ini masih belum terdiagnosis.9
+
Manifestasi Klinis

 Batuk lebih dari 5 hari

 Produktif; jernih, kuning, hijau, seperti darah

 Jarang demam

 Sesak bila bronkitis diikuti PPOK atau yg lainnya.

 Eksaserbasi akut
+
Etiologi

 Bronkitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi seperti


spesies jamur (Mycoplasma), Clamydia pneumonia,
Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis. dan
Haemophilus influenza serta virus seperti influenza,
adenovirus, rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus
influenza tipe A dan B, virus parainfluenza, dan Coxsackie
virus.

 Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya


bronkhitis, yaitu : rokok, infeksi dan polusi.
 Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan
infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder
bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Haemophilus
influenza dan Streptococcus pneumoniae
+
Diagnosis

 Anamnesis
 Batuk berdahak.Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya
bronkitis. Pada awalnya pasien mengalami batuk produktif di
pagi hari dan tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan
mengeluarkan dahak berwarna putih atau mukoid, jika ada
infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.
 Sesak nafas

 Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).

 Wheezing (mengi).

 Wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan


+
Diagnosis

 Pemeriksaan fisik
 Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi
maupun inspirasi disertai bising mengi.
 Pursed lips breathing
 kurus barrel-shape chest
 Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.
 Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati
lebih rendah, pekak jantung berkurang.
 Pada cor pulmonal terdapat tanda-tanda gagal jantung kanan dengan
peninggian tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan
edema kaki
 Penampilan blue bloater. Gambaran khas bronchitis kronis, gemuk,
sianosis, edema tungkai dan ronki basah di basal paru. Sianosis di
sentral dan perifer
+
Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium (Darah lengkap, bakteriologis)

 Radiologi

 Bronkoskopi
+
Pemeriksaan Radiologis
Bronkitis Akut

 Berhubungan dengan infeksi saluran napas bagian atas

 Tidak terdapat gambaran rontgen yang positif pada keadaan


ini

 Rontgen berguna jika ada komplikasi pneumonitis


+
Pemeriksaan Radiologis
Bronkitis Kronik

 Tidak selalu memperlihatkan gambaran khas pada foto thoraks

 Bronkitis kronik dalam radiologi dibagi dalam 3 golongan :


 Ringan : corakan paru yang ramai di bagian basal paru
 Sedang : disertai emfisema dan bronkiektasis di perikardial
kanan-kiri
 Berat : disertai cor pulmonale
+
Gambaran bronkitis kronik

 50% penderita bronchitis kronik memiliki gambaran


roentgen thoraks normal. Jika terdapat abnormalitas pada
foto thoraks, biasanya tanda yang ditemukan adalah akibat
adanya emfisema, superimpos infeksi ataupun kemungkinan
terjadinya bronkiektasis.

Dirty chest yang menunjukkan adanya corakan bronkuvaskular yang


ramai hingga menuju percabangan perifer di paru
+
Gambaran bronkitis kronik

 Gambaran Tubular Shadow menunjukkan adanya bayangan


garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju basal paru
dari corakan paru yang bertambah
+
Gambaran bronkitis kronik

 bronkovaskular yang irreguler

Menunjukkan foto thoraks yang diperbesar dari bagian


kiri paru. Garis yang membujur secara kranio-kaudal
adalah batas medial skapula. Anak panah menunjukkan
pola stuktur bronkovaskular dengan pola irregular.
+
Gambaran bronkitis kronik

 bronkovaskular ramai disertai emfisema

Terlihat adanya corakan bronkovaskular ramai disertai


emfisema. Volume paru tampak membesar, sela iga melebar,
dan difragma mendatar.
+
Gambaran bronkitis kronik

 tremline shadow appearance berupa garis paralel sejajar


akibat penebalan dinding bronkus dan dilatasi bronkus
ringan akibat peradangan bronkus
+
Gambaran bronkitis kronik

Penebalan dinding bronkus akibat bronkitis kronis berdasarkan


gambaran Computed Tomography (CT) scan juga terlihat pada panah
merah dan lendir di dalam bronkus pada panah kuning
+
Diagnosis banding

 Tuberkulosis paru ( penyakit ini dapat disertai kelainan


anatomis paru berupa bronkitis )

 Abses paru ( terutama bila telah ada hubungan dengan


bronkus besar )

 Penyakit paru penyebab hemoptosis misalnya karsinoma


paru

 Fistula bronkopleural dengan emfisema

 Bronkiektasis
+
Penatalaksanaan

 Pengobatan non farmakologi 23

 Istirahat dan meningkatkan kualitas hidup seperti menjaga


pola makan yang baik, makan dan minuman yang bergizi
dan intake cairan yang cukup.

 Farmakologis
+
Komplikasi

 Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik

 Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak
dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan
Pneumonia.

 Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

 Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau


Bronkietaksis.

 Pada bronkitis kronik dapat terjadi gagal napas kronik maupun akut

 Pembesaran jantung kanan (dilatasi atau hipertrofi) yang disebabkan


oleh karena kelainan-kelainan fungsi atau struktur paru.

 Hipertensi pulmonal
+
Prognosis

 Prognosis penyakit ini bergantung pada tatalaksana yang


tepat atau mengatasi setiap penyakit yang mendasari.
Komplikasi yang terjadi berasal dari penyakit yang
mendasari. Umumnya dubia ad bonam.
+
Thank you!

Any Q?

Anda mungkin juga menyukai