PENDAHULUAN
hematologi yang berasal dari sumsum tulang; merupakan tumor primer tulang
yang paling sering dan ditandai dengan adanya proliferasi sel plasma yang
berasal dari sel B limfosit. Sel plasma berperan dalam pembentukan sistem
dikenai adalah tulang aksial (cranium, vertebra, costa, dan pelvis) namun pada
abad ke-19 di London. Pada tahun 1844 seorang pasien Sarah Newbury
meninggal setelah 4 tahun mengalami nyeri tulang belakang yang parah dan
dokter Rusia yang bernama Von Rustizky pada tahun 1873 pertama kali
menggunakan istilah MM. Pada Juli 1879 dr. Otto Kahler memeriksa dan
riset United Kingdom (UK) yang terdiagnosis MM hanya kurang dari 4000
orang selama setahun atau kurang dari 1% dari seluruh keganasan. Di
Indonesia belum ada laporan secara pasti berapa jumlah kasus baru MM setiap
Ada beberapa landasan penegakan diagnosis MM antara lain kadar sel plasma
pada sumsum tulang minimal 10-15%, pada bone survey ditemukan adanya
lesi litik dan adanya imunoglobulin monoklonal pada darah atau urin. Pada
Tumor menghambat sumsum tulang memproduksi cukup sel darah. Hal ini
dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ginjal, saraf, jantung, otot dan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Multipel myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma
tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul
2.2. Epidemiologi
100.000 populasi. Pada tahun 2004, diperkirakan ada 15.000 kasus baru multiple
myelosis di Amerika Serikat. Insidennya ditemukan dua kali lipat pada orang Afro
Amerika dan pada pria. Meskipun penyakit ini biasanya ditemukan pada lanjut
usia, usia rata-rata orang yang didiagnosis adalah 62 tahun, dengan 35% kasus
terjadi di bawah usia 60 tahun. Secara global, diperkirakan setidaknya ada 32.000
berusia lebih dari 50 tahun (65,71%) dengan perbadingan jenis kelamin yang
kurang lebih sama antara pria dan wanita. Kurang lebih lima puluh persen pasien
bersuku Jawa, dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
tidak bekerja. Lima puluh tiga persen pasien memiliki kurang dari 30% sel plasma
di sumsum tulangnya dengan 70% pasien tidak memiliki proteinuria Bence Jones
dan 80% pasien memiliki serum monoclonal gammopathy yang positif. Persentase
4
sel plasma di sumsum tulang lebih banyak ditemukan pada pasien yang berusia
2.3. Etiologi
Penyebab pasti MM tidak diketahui secara pasti tetapi ada beberapa faktor risiko
yang dapat menyebabkan timbulnya MM. Para ahli tidak dapat memastikan
bahwa DNA dalam sel plasma yang mengalami mutasi yang menyebabkan
yaitu: 1. usia, 96% kasus MM didiagnosis pada usia diatas 45 tahun dan 75% pada
usia diatas 70 tahun, 2. genetika, orang yang mempunyai hubungan erat dengan
4. diet, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa diet rendah ikan atau sayuran
paparan radiasi, orang-orang yang survive dari bom atom Hiroshima dan Nagasaki
secara bermakna mempunyai risiko yang lebih tinggi menderita MM, 9. beberapa
kondisi dengan protein M yang rendah,tapi tidak terjadi kerusakan tubuh. Hal ini
5
menjadi alasan orang dengan MGUS dilakukan monitor yang ketat terhadap
kesehatannya. 7,8,9
anggota keluarga dari dua atau lebih keluarga inti dan pada kembar identik.
2.4. Anatomi
Multiple myeloma merupakan kelainan difus pada sumsum tulang di mana hampir
terkena.
Lokasi dominan MM adalah tulang axial dan kolumna vertebralis, costa, cranium,
pelvis dan femur. Sebagian besar pasien dengan demineralisasi yang litik baik
fokal ataupun difus dan kurang dari 10% dengan plasmasitoma pada temuan
6
Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian tengah dari suatu tulang.
Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu
1. Diafisis
Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat
2. Metafisis
batang (diafisis).
3. Lempeng epifisis
4. Epifisis
7
Bagian dari tulang panjang matur 10
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa
(jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat).
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan
ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang
kompak.
8
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa
carpi.
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh: os
scapula.
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.
5. Ossa sesamoid, contoh: os patella.
Sistem rangka pada manusia (A) tampak anterior dan (B) tampak lateral10
9
2.5. Patofisiologi
munculnya sejumlah sel plasma clonal yang secara klinis dikenal MGUS
MGUS tidak memiliki gejala atau bukti dari kerusakan organ, tetapi memiliki 1%
diawali dengan adanya serial perubahan gen yang mengakibatkan perubahan sel
tulang, dan adanya kegagalan sistem imun untuk mengontrol penyakit. Dalam
proses multi langkah ini melibatkan di dalamnya aktivasi gen supresor tumor dan
gangguan regulasi gen sitokin. Keluhan dan gejala pasien myeloma mutipel
berhubungan dengan ukuran massa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan
efek fisikokimia, imunologik dan humoral produk yang dibuat dan disekresi oleh
sel plasma, seperti para protein dan faktor pengaktivasi osteoklastik (OAF).
10
Paraprotein dalam sirkulasi dapat memberi berbagai komplikasi seperti
pengendapan rantai ringan, dalam bentuk amiloid atau sejenis, dapat terjadi
11
Patogenesis dan gambaran klinis pada Myeloma multipel8
Temuan Penyebab yang mendasari Patomekanisme
Hipercalsemia, fraktur Destruksi tulang Ekspansi tumor; produksi
patologi, kompresi osteoclast activating
saraf, lesi litik tulang, factors OAF) oleh sel-sel
osteoporosis, nyeri tumor
tulang
Nefropati Light chain proteinuria, Efek toksik produk tumor,
hiperkalsemia, urate light chain, OAF, akibat
nephropathy, kerusakan DNA
glomerulopati amiolodi
(jarang)
Pielonefritis Hipogammaglobulinemia
12
Pada lesi litik metastasis tulang,
sel-sel tumor akan melepaskan
faktor humoral yang menstimulasi
pengerahan dan diferensiasi
osteoklas (1), osteoklas akan
merusak tulang (2), terjadi resorpsi
tulang yang menyebabkan
pelepasan growth factors yang
menstimulasi proliferasi sel-sel
tumor (3) sehingga akhirnya
terbentuk substansi osteoklas yang
meningkatkan resorpsi tulang (4).
2.6. Diagnosis
anatomi.
a. Gejala klinis
Gejala yang umum pada Myeloma multipel adalah lemah, nyeri pada
tulang, dan infeksi yang berulang. Anemia terjadi pada sekitar 70% pasien yang
terdiagnosis. Nyeri pada tulang merupakan gambaran paling sering pada Myeloma
multipel dengan persentasi sekitar 70%. Lokasi yang paling sering terjadi pada
tulang belakang terjadi pada 10- 20% pasien. Gejala-gejala yang dapat
13
Kadang ditemukan pasien datang dengan keluhan perdarahan yang
nyeri tulang, konstipasi, nausea, dan rasa haus dapat ditemukan pada 30% pasien.
Imunitas humoral yang abnormal dan leukopenia dapat berdampak pada infeksi
tunnel syndrome.
b. Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus.
pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang ;
proporsi plasma sel jarang mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel
pada 30% pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang
didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan
14
Elektroforesis protein serum menunjukkan paraprotein (memuncak pada zona gamma)
pada pasien dengan myeloma multipel8
Gambaran radiologi
Gambaran foto x-ray dari Myeloma multipel berupa lesi multiple, berbatas
tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi
terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di
tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien myeloma, dengan sedikit
Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang.
15
radiologis satu-satunya pada myeloma multiple. Fraktur patologis sering
dijumpai.11
osteoprosis senilis.
Lesi-lesi litik “punch ou:” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi
jaringan lunak.
Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada suatu
penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, iga 44%,
tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan scapula 10%.15
Foto skull lateral yang menggambarkan sejumlah lesi litik yang khas pada
myeloma9
16
Foto lumbal lateral menggambarkan deformitas pada CV lumbal 4 akibat
plasmacytoma9
Gambaran radiologi pada os femur dekstra. Tampak gambaran khas suatu lesi
myeloma tunggal berupa gambaran lusen berbatas tegas pada regio interocanter.
Lesi-lesi lebih kecil tampak pada trocanter mayor9
17
2) CT-Scan
deteksi.9
CT Scan axial pada plenoid yang menggambarkan lesi berbatas tegas , gambaran
khas myeloma pada CT scan. Korteks tampak intak9
3) MRI
baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit
myeloma berupa suatu intensitas bulat , sinyal rendah yang fokus di gambaran T1,
seperti pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang
untuk menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat
18
berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi
tulang.9
19
4) Radiologi Nuklir9
(formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false negatif
skintigrafi tulang untuk mendiagnosis Myeloma multipel tinggi. Scan dapat positif
5) Angiografi9
dari peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk
Gambar seorang laki-laki 68 tahun dengan riwayat MM, stg III menurut kriteria Durie dan Salmon
A. Foto polos lateral view vertebra lumbal memperlihatkan beberapa lesi litik, salah satunya di L5
(panah)
B. MDCT terlihat lesi yang sama pada foto polos di L5 (panah)
C. MRI T1-weigted potongan sagital terlihat signal homogen pada L5 tanpa lesi fokal. 12
20
Atas : multiplanar skintigrafi bone scan pada pasien MM, ada kelainan
21
Foto kepala lateral view: lesi khas
pada MM yaitu multiple “punched
out”. Panah memperlihatkan salah
satu lesi yang besar
Foto ini memperlihatkan lesi khas MM (punched out) pada beberapa lokasi di
kaki:
Kiri : lesi pada tibia
Tengah : 2 lesi pada femur distal
Kanan : lesi yang luas pada femur proksimal
22
Bone scan pada penderita kanker Bone scan pada pasien dengan kanker
payudara, tampak peningkatan prostat, tampak peningkatan uptake
uptake pada vertebra dan pelvis pada vertebra, pelvis dan extremitas
A B C
A. Fraktur patologis dengan densitas tulang yang menurun
B. Lesi destruksi pada humerus proksimal
C. Pasien kanker prostat dengan lesi metastasis pada tulang terlihat lesi litik yang
destruktif pada vertebra L3
23
c. Patologi Anatomi14,15
sumsum tulang. Sel-sel plasma memiliki ukuran yang lebih besar 2 – 3 kali dari
limfosit, dengan nuklei eksentrik licin (bulat atau oval) pada kontur dan memiliki
33
Aspirasi sumsum tulang memperlihatkan sel-sel plasma Myeloma multipel.
Tampak sitoplasma berwarna biru, nukleus eksentrik, dan zona pucat perinuclear
(halo)14
24
Biopsi sumsum tulang menunjukkan lembaran sel-sel plasma ganas pada
Myeloma multipel14
Kriteria Mayor:
3. M protein : IgG >35 g/dl, IgA >20 g/dl, kappa atau lambda rantai
Kriteria Minor
B. M protein pada serum dan urin (kadar lebih kecil dari poin nomor 3)
D. Normal residual IgG <500 mg/l, IgA <1g/L, atau IgG <6g/L
25
Diagnosis ditegakkan bila terdapat kriteria 1 mayor dan 1 minor atau 3
kriteria minor yang harus meliputi kombinasi A dan B. Kombinasi 1 dan A bukan
Saat ini ada dua derajat Myeloma multipel yang digunakan yaitu Salmon Durie
system yang telah digunakan sejak 1975 dan the International Staging System
a) Stadium I
Protein M rendah (mis. IgG < 5 g/dL, IgA < 3 g/dL, urine < 4g/24
jam)
b) Stadium II
c) Stadium III
Nilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dL, IgA > 5 g/dL, urine > 12
g/24 jam)
26
d) Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dL
a) Stadium I
b) Stadium II
c) Stadium III
memberikan gambaran klinis khas atau kelainan hasil laboratorium, termasuk trias
berikut :6
27
Keadaan yang dapat menjadi diagnosis banding Myeloma multipel berupa
pasien yang mengalami MM sulit bila pada awalnya ditemukan protein M. pada
pasien asimtomatik, protein M < 3g/dL, kurang dari 10% plasma sel sumsum
Pada pasien asimptomatik dengan nilai protein M lebih dari 3 g/dL dan sel
plasma sumsum tulang lebih dari 10% sesuai untuk diagnosis smoldering
myeloma. Pada pasien asimptomatik dengan protein M lebih dari 3g/dL dan
yang tumpang tindih. Pada amiloidosis , proporsi sel plasma sumsum tulang
biasanya kurang dari 20%, tidak ditemukan lesi osteolitik, dan jumlah protein
Pada pasien tanpa komponen protein M dalam serum maupun urine, tetapi
sedang, dan kurang dari 10% sel plasma sumsum tulang, metastase kanker dengan
28
Diagnosis banding multiple myeloma adalah metastasis tulang, leukemia,
dimana pada MM pada stadium awal biasanya pedikel masih utuh hanya
mengenai corpus vertebra. Hal ini dikarenakan pedikel lebih sedikit mengandung
sumsum sel darah merah dibanding corpus vertebra. Pada lesi metastasis tulang
biasanya mengenai pedikel dan corpus vertebra. Pada stadium lanjut MM sudah
tulang perlu dilakukan bone scan radionuklir. Dengan radionuklir pada MM tidak
peningkatan uptake. Metastasis tulang dapat soliter atau multiple, lesi litik,
sklerotik atau campuran litik dan sklerotik. Yang mirip dengan lesi MM adalah
metastasis tulang dengan gambaran lesi litik. Tumor primer yang memberikan
gambaran lesi litik pada metastasis tulang biasanya berasal dari ginjal, paru,
payudara, thyroid dan gastrointestinal, walaupun lesi litik ini dapat menjadi
keganasan yang paling banyak menyebabkan lesi metastasis yang litik pada tulang
berasal dari payudara yaitu sekitar 35% sedangkan pada laki-laki berasal dari
metastasis tulang pada tulang axial sebesar 60%, vertebra lumbal sebesar 32%,
cranium 10%, sacroiliac joint 5%, ekstremitas atas 11% dan ekstremitas bawah
4%. Lesi metastasis biasanya tanpa atau hanya dengan soft tissue mass yang
minimal dan biasanya tanpa reaksi periosteal kecuali jika menembus cortex. Lesi
29
metastasis yang soliter bisa berasal dari karsinoma ginjal, tiroid, traktus
2.8. Penatalaksanaan
tulang atau gejala lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Regimen awal
optimal untuk pasien berusia kurang dari 70 tahun adalah transplantasi stem sel
30
dapat diterapi secara agresif, imobilisasi dan pencegahan dehidrasi. bifosfonat
31
Pendekatan penatalaksanaan pada pasien baru terdiagnosis Myeloma
multipel(MM). ASCT = autologous stem cell transplantation; CR = complete
response; Dex = dexamethasone; MP = melphalan plus prednisone; MPT = MP
plus thalidomide; Rev/Dex = lenalidomide (Revlimid) plus Dex; Thal/Dex =
thalidomide plus Dex; VGPR = very good partial response8
32
2.9. Prognosis
Salmon Durie System , angka rerata pasien bertahan hidup sebagai berikut :6
Stadium II , 41 bulan
system maka rerata angka bertahan hidup pasien dengan Myeloma multipel
sebagai berikut :6
stadium I , 62 bulan
33
BAB III
PENUTUP
proliferasi sel plasma yang berasal dari sel B limfosit. Pada pasien MM, sel
plasma hanya memproduksi satu tipe imunoglobulin utuh dalam jumlah yang
banyak yang disebut protein monoklonal atau protein M. Sel-sel plasma yang
multiple myeloma dengan lesi litik pada metastasis tulang. Perlu pemeriksaan
bone scan untuk membedakan multiple myeloma dengan lesi metastasis pada
tulang.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
14. Rajkumar, S. Vincent, Robert A. Kyle. 2005. Multiple Myeloma :
Diagnosis and Treatment [online]. Mayo Clin Proc. 2005;80(10):1371-
1382
15. Grethlein, Sara J., Lilian M Thomas. 2009. Multiple Myeloma [online].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/204369-overview.
16. Kumar,Vinay, Ramzi S. Cotran, Stanley R. Robbin. 2008. Robbins Buku
Ajar Patologi edisi 7. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hlm. 481-484
17. Eisenberg, Ronal L., Nancy M. Johnson. 2000. Comprehensive
Radiographic Pathology. New York : Mosby Elsevier. Hlm135-136
18. Multiple Myeloma. Available from http://emedicine.medscape.com
19. Adam Greenspan. Malignant Tumors of Hematopoietic or Lymphatic
Origin. Gower Medical Publishing 1988: 16.15 – 16.31
20. Multiple Myeloma. Available from http://www.ehow.com
21. Adi K.A. Profil Penderita Multiple Myeloma di bagian Patologi Klinik FK
USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Majalah kedokteran Nusantara. 2005:
38; 176-179
22. Mahnken A.H. Multidetector CT of the Spine in Multiple Myeloma:
Comparison with MR Imaging and radiography. AJR 2008: 178; 1429-
1436
23. Philip R.G. International Staging System for Mulriple Myeloma. Journal
of Clinical Oncology 2005: 23; 3412-3420
36