TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma imatur dan matur
yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan
menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah
atau air kemih.
2. ANATOMI
1. Diafisis
Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat
penulangan primer, dan merupakan korpus dari tulang.
2. Metafisis
Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang
(diafisis).
3. Lempeng epifisis
Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, yang akan
menghilang pada tulang dewasa.
1. Epifisis
Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder.
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar
tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum)
melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak. Berdasarkan
bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokkan menjadi :
Perbedaan sel dalam keadaan normal dengan sel yang terkena multipel mieloma
1. Sel-sel Darah Normal
Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel dalam sumsum tulang yang disebut
sel-sel induk (stem cells). Sumsum tulang adalah materi yang lunak di pusat dari
kebanyakan tulang-tulang.
Stem cells menjadi dewasa ke dalam tipe-tipe yang berbeda dari sel-sel darah. Setiap
tipe mempunyai pekejaan khusus:
Sel-sel plasma adalah sel-sel darah putih yang membuat antibodi. Antibodi adalah
bagian dari sistim imun. Mereka bekerja dengan bagian-bagian lain dari sistim imun
untuk membantu melindungi tubuh dari kuman dan unsur-unsur berbahaya lainnya.
Setiap tipe dari sel plasma membuat antibodi yang berbeda.
Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan
sel-sel yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat
membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.
Mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah
untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-sel yang baru membelah
berulang-ulang, membuat semakin banyak sel-sel abnormal. Sel-sel plasma abnormal
ini disebut sel-sel mieloma. Pada waktunya, sel-sel mieloma berkumpul dalam sumsum
tulang. Mereka mungkin merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel mieloma
berkumpul pada beberapa tulang-tulang, penyakitnya disebut “multiple myeloma“.
Penyakit ini mungkin juga membahayakan jaringan-jaringan dan organ-organ lain,
seperti ginjal.
3. ETIOLOGI
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa penelitian yang
menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan kesempatan seseorang
akan mengembangkan penyakit multiple myeloma, diantaranya :
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti telah
mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu (terutama
virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu, memakan
makanan-makanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko
mengembangkan multiple myeloma.
4. PATOFISIOLOGI
Limfosit B mulai di sumsum tulang dan pindah ke kelenjar getah bening. Saat limfosit
B dewasa dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel. Ketika limfosit
B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel plasma.
Sistim kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah kontrol ketat.
Ketika kromosom dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan ulang, kontrol ini
hilang. Seringkali, bergerak gen promotor (atau translocates) untuk kromosom yang
merangsang gen antibodi terhadap overproduksi.
Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat (pada kromosom
keempat belas, 14q32 lokus) dan suatu onkogen (sering 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23
dan 20q11) sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini menyebabkan
mutasi diregulasi dari onkogen yang dianggap peristiwa awal yang penting dalam
patogenesis myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel plasma dan ketidakstabilan
genomik yang mengarah ke mutasi lebih lanjut dan translokasi. 14 kelainan kromosom
yang diamati pada sekitar 50% dari semua kasus myeloma. Penghapusan (bagian dari)
ketiga belas kromosom juga diamati pada sekitar 50% kasus. Produksi sitokin (terutama
IL-6) oleh sel plasma menyebabkan banyak kerusakan lokal mereka, seperti
osteoporosis, dan menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas berkembang.
Angiogenesis (daya tarik pembuluh darah baru) meningkat. Antibodi yang dihasilkan
disimpan dalam berbagai organ, yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan
berbagai gejala myeloma terkait lainnya.
5. MANIFESTASI KLINIS
Multipel mieloma seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada tulang belakang
atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah. Nyeri tulang
biasanya merupakan gejala awal, tetapi kadang penyakit ini terdiagnosis setelah
penderita mengalami :
1. Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel
darah merah di sumsum tulang.
2. Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif melawan
infeksi.
3. Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence-Jones)
merusak ginjal.
Terkadang multipel mieloma mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki
dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma hiperviskositas). Berkurangnya
aliran darah ke otak bisa menyebabkan gejala neurologis berupa kebingungan,
gangguan penglihatan dan sakit kepala.
6. DIAGNOSIS
1. Hitung jenis darah komplit, bisa menemukan adanya anmeia dan sel darah
merah yang abnormal.
2. Laju endap sel darah merah (eritrosit) biasanya tinggi.
3. Kadar kalsium tinggi, karena perubahan dalam tulang menyebabkan kalsium
masuk ke dalam aliran darah.
Tetapi kunci dari pemeriksaan diagnostik untuk penyakit ini adalah elektroforesis
protein serum dan imunoelektroforesis, yang merupakan pemeriksaan darah untuk
menemukan dan menentukan antibodi abnormal yang merupakan tanda khas dari
mieloma multipel. Antibodi ini ditemukan pada sekitar 85% penderita. Elektroforesisi
air kemih dan imunoelektroforesis juga bisa menemukan adanya protein Bence-Jones,
pada sekitar 30-40% penderita. Rontgen seringkali menunjukkan pengeroposan tulang
(osteoporosis). Biopsi sumsum tulang menunjukkan sejumlah besar sel plasma yang
secara abnormal tersusun dalam barisan dan gerombolan, sel-sel juga tampak abnormal.
7. PENGOBATAN
1. Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang yang
terkena, bisa mengurangi nyeri tulang.
2. Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya harus
bayak minum untuk mengencerkan air kemih dan membantu mencegah
dehidrasi, yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
3. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa
mempercepat terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah patah.
Tetapi tidak boleh lari atau mengangkat beban berat karena tulang-tulangnya
rapuh.
4. Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, daerah
kemerahan di kulit) diberikan antibiotik.
5. Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau mendapatkan
eritropoetin (obat untuk merangsang pembentukan sel darah merah). Kadar
kalsium darah yang tinggi bisa diobati dengan prednison dan cairan intravena,
dan kadang dengan difosfonat (obat untuk menurunkan kadar kalsium).
Allopurinol diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat tinggi.
6. Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakit dengan membunuh sel
plasma yang abnormal. Yang paling sering digunakan adalah melfalan dan
siklofosfamid. Kemoterapi juga membunuh sel yang normal, karena itu sel
darah dipantau dan dosisnya disesuaikan jika jumlah sel darah putih dan
trombosit terlalu banyak berkurang. Kortikosteroid (misalnya prednison atau
deksametason) juga diberikan sebagai bagian dari kemoterapi.
7. Kemoterapi dosis tinggi dikombinasikan dengan terapi penyinaran masih dalam
penelitian. Pengobatan kombinasi ini sangat beracun, sehingga sebelum
pengobatan sel stem harus diangkat dari darah atau sumsum tulang penderita
dan dikembalikan lagi setelah pengobatan selesai. Biasanya prosedur ini
dilakukan pada penderita yang berusia dibawah 50 tahun. Pada 60% penderita,
pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit. Penderita yang
memberikan respon terhadap kemoterapi bisa bertahan sampai 2-3 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Kadang penderita yang bertahan setelah menjalani
pengobatan, bisa menderita leukemia atau jaringan fibrosa (jaringan parut) di
sumsum tulang. Komplikasi lanjut ini mungkin merupakan akibat dari
kemoterapi dan seringkali menyebabkan anemia berat dan meningkatkan
kepekaan penderita terhadap infeksi.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus. Jumlah
leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15% pasien
yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang mencapai
5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel plasma. Formasi Rouleaux
ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30% pasien saat
didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang didiagnosis akan
mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan proteinuria,
sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan
imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
2. Radiologi
Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel, berbatas tegas,
litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi
terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di
rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan secara progresif
menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien
mieloma, dengan sedikit pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada
beberapa pasien, ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan
radiologi. Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami
kelainan tulang. Film polos memperlihatkan:
2. CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun, kegunaan
modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak dibutuhkan
lagi karena gambaran pada foto tulang konvensional menggambarkan
kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.
3. MRI
MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini baik
untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit
mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran
T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.
4. Radiologi Nuklir
5. Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari
peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk
mendiagnosis multipel mieloma.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan terjadinya,
biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat dalam keluarga
apakah ada yang menderita kanker, prnah tidaknya terpapar dalam waktu lama terhadap
zat-zat karsinogen dan sesuai dianjurkan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / istirahat
Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur, malaise
(kelemahan dan keletihan) dan gangguan alat gerak.
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya gangguan pada
keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu biasanya menolak diagnosis,
perasaan tidak berdaya, tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control dan depresi.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat berkemih dan
poliurin, perubahan pada pola defekasi ditandai dengan adanya darah yang bercampur
pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.
Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik usus, serta
adanya distensi abdomen
e. Makanan / Cairan
Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah tinggi lemak, adanya
zat aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual / muntah
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan perubahan pada turgor
kulit.
f. Hiegine
Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain, karena gangguan
ekstremitas maka menjaga hygiene tidak dapat dilakuakan, malas mandi
g. Neurosensori
Gejala : Pusing
h. Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat mempengaruhi
kenyamanan pasien
Tanda : Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan keterbatasan gerak
karena nyeri tersebut.
i. Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau pemajanan asbes.
j. Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahari
lama / berlebihan.
k. Seksualitas
l. Riwayat Psikososial
m. Pemeriksaan diagnostik
Intervensi :
Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami pasien
Intervensi :
a. Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian
asuhan keperawatan
Intervensi :
a. Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kanker atau tumor
c. Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan yang potensial
terjadi dan atau keuntungan dari setiap terapi tersebut
d. Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien atau keluarga
R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang diberikan
f. Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada pemberi pelayanan
kesehatan; memberi nomor telepon yang penting
Kriteria Hasil : Ansietas, kekhawatiran, dan kelemahan menurun pada tingkat yang
dapat diatasi, mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan
proses pengambilan keputusan
Intervensi :
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan satu suasana lingkungan yang
dapat diterima
Intervensi :
b. Berikan kepastian yang realistis tentang masa depan dan perjalanan kembali
aktivitas yang berhubungan dengan peran; beri dorongan untuk perawatan
mandiri dan sosialisasi
R/ Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas
yang berhubungan dengan peran harus dilakukan untuk memandirikan pasien
IV. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Dugdale ,David C. Yi-Bin Chen, David Zieve. 2009. Multiple Myeloma.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htm. Diakses tanggal 4 Desember
2016
Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2008. Drug Therapy : Multiple Myeloma.
http://www.nejm.com .Diakses tanggal 3 Desember r 2016
Kumar,Vinay, Ramzi S. Cotran, Stanley R. Robbin. 2008. Robbins Buku Ajar Patologi edisi
7. Jakarta : Airlangga. Hlm. 481-484