Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma imatur dan matur
yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan
menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah
atau air kemih.

2. ANATOMI

Lokasi predominan multipel mieloma mencakup tulang-tulang seperti vertebra, tulang


iga, tengkorak, pelvis, dan femur. Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian
tengah dari suatu tulang. Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah
itu tampak pada satu atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan
sekunder. Bagian-bagian dari perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut:

1. Diafisis
Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat
penulangan primer, dan merupakan korpus dari tulang.
2. Metafisis
Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang
(diafisis).
3. Lempeng epifisis

Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, yang akan
menghilang pada tulang dewasa.

1. Epifisis
Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder.

Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar
tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum)
melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak. Berdasarkan
bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokkan menjadi :

1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar,


contohnya os humerus dan os femur.
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa carpi.
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh: os
scapula.
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.
5. Ossa sesamoid, contoh: os patella.

Perbedaan sel dalam keadaan normal dengan sel yang terkena multipel mieloma
1. Sel-sel Darah Normal

Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel dalam sumsum tulang yang disebut
sel-sel induk (stem cells). Sumsum tulang adalah materi yang lunak di pusat dari
kebanyakan tulang-tulang.

Stem cells menjadi dewasa ke dalam tipe-tipe yang berbeda dari sel-sel darah. Setiap
tipe mempunyai pekejaan khusus:

1. Sel-sel darah putih membantu melawan infeksi.


2. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh.
3. Platelet-platelet membantu membentuk gumpalan-gumpalan darah yang
mengontrol perdarahan.

Sel-sel plasma adalah sel-sel darah putih yang membuat antibodi. Antibodi adalah
bagian dari sistim imun. Mereka bekerja dengan bagian-bagian lain dari sistim imun
untuk membantu melindungi tubuh dari kuman dan unsur-unsur berbahaya lainnya.
Setiap tipe dari sel plasma membuat antibodi yang berbeda.

2. Sel-sel Multiple Myeloma

Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan
sel-sel yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat
membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.

Mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah
untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-sel yang baru membelah
berulang-ulang, membuat semakin banyak sel-sel abnormal. Sel-sel plasma abnormal
ini disebut sel-sel mieloma. Pada waktunya, sel-sel mieloma berkumpul dalam sumsum
tulang. Mereka mungkin merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel mieloma
berkumpul pada beberapa tulang-tulang, penyakitnya disebut “multiple myeloma“.
Penyakit ini mungkin juga membahayakan jaringan-jaringan dan organ-organ lain,
seperti ginjal.

Sel-sel myeloma membuat antibodi-antibodi yang disebut protein-protein M dan


protein-protein lain. Protein-protein ini dapat berkumpul dalam darah, urin, dan organ-
organ.

3. ETIOLOGI

Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa penelitian yang
menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan kesempatan seseorang
akan mengembangkan penyakit multiple myeloma, diantaranya :

1. Umur diatas 65 tahun : Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan


mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma
terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada orang-orang yang lebih
muda dari umur 35 tahun.
2. Ras (Bangsa) : Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara orang-
orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-orang Amerika
keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-kelompok ras belum
diketahui.
3. Jenis Kelamin : Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700 wanita
terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih banyak pria-
pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
4. Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined
significance (MGUS) : MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana
sel-sel plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-
gejala, dan tingkat yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah.
Adakalanya, orang-orang dengan MGUS mengembangkan kanker-kanker tertentu,
seperti multiple myeloma. Tidak ada perawatan, namun orang-orang dengan
MGUS memperoleh tes-tes laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa
peningkatan lebih lanjut pada tingkat protein M.
5. Sejarah multiple myeloma keluarga : Studi-studi telah menemukan bahwa risiko
multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara dekatnya
mempunyai penyakit ini.

Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti telah
mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu (terutama
virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu, memakan
makanan-makanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko
mengembangkan multiple myeloma.

4. PATOFISIOLOGI

Limfosit B mulai di sumsum tulang dan pindah ke kelenjar getah bening. Saat limfosit
B dewasa dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel. Ketika limfosit
B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel plasma.

Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan bagian dari kelenjar


getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal paling erat
hubungannya dengan sel Multipel mieloma umumnya dianggap baik sebagai sel
memori diaktifkan B atau para pendahulu untuk sel plasma, plasmablast tersebut.

Sistim kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah kontrol ketat.
Ketika kromosom dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan ulang, kontrol ini
hilang. Seringkali, bergerak gen promotor (atau translocates) untuk kromosom yang
merangsang gen antibodi terhadap overproduksi.

Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat (pada kromosom
keempat belas, 14q32 lokus) dan suatu onkogen (sering 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23
dan 20q11) sering diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini menyebabkan
mutasi diregulasi dari onkogen yang dianggap peristiwa awal yang penting dalam
patogenesis myeloma. Hasilnya adalah proliferasi klon sel plasma dan ketidakstabilan
genomik yang mengarah ke mutasi lebih lanjut dan translokasi. 14 kelainan kromosom
yang diamati pada sekitar 50% dari semua kasus myeloma. Penghapusan (bagian dari)
ketiga belas kromosom juga diamati pada sekitar 50% kasus. Produksi sitokin (terutama
IL-6) oleh sel plasma menyebabkan banyak kerusakan lokal mereka, seperti
osteoporosis, dan menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas berkembang.
Angiogenesis (daya tarik pembuluh darah baru) meningkat. Antibodi yang dihasilkan
disimpan dalam berbagai organ, yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan
berbagai gejala myeloma terkait lainnya.

5. MANIFESTASI KLINIS

Multipel mieloma seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada tulang belakang
atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah. Nyeri tulang
biasanya merupakan gejala awal, tetapi kadang penyakit ini terdiagnosis setelah
penderita mengalami :

1. Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel
darah merah di sumsum tulang.
2. Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif melawan
infeksi.
3. Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence-Jones)
merusak ginjal.

Terkadang multipel mieloma mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki
dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma hiperviskositas). Berkurangnya
aliran darah ke otak bisa menyebabkan gejala neurologis berupa kebingungan,
gangguan penglihatan dan sakit kepala.

6. DIAGNOSIS

Beberapa pemeriksaan darah bisa membantu dalam mendiagnosis penyakit ini:

1. Hitung jenis darah komplit, bisa menemukan adanya anmeia dan sel darah
merah yang abnormal.
2. Laju endap sel darah merah (eritrosit) biasanya tinggi.
3. Kadar kalsium tinggi, karena perubahan dalam tulang menyebabkan kalsium
masuk ke dalam aliran darah.

Tetapi kunci dari pemeriksaan diagnostik untuk penyakit ini adalah elektroforesis
protein serum dan imunoelektroforesis, yang merupakan pemeriksaan darah untuk
menemukan dan menentukan antibodi abnormal yang merupakan tanda khas dari
mieloma multipel. Antibodi ini ditemukan pada sekitar 85% penderita. Elektroforesisi
air kemih dan imunoelektroforesis juga bisa menemukan adanya protein Bence-Jones,
pada sekitar 30-40% penderita. Rontgen seringkali menunjukkan pengeroposan tulang
(osteoporosis). Biopsi sumsum tulang menunjukkan sejumlah besar sel plasma yang
secara abnormal tersusun dalam barisan dan gerombolan, sel-sel juga tampak abnormal.

7. PENGOBATAN

Pengobatan ditujukan untuk :


1. Mencegah atau mengurangi gejala dan komplikasi
2. Menghancurkan sel plasma yang abnormal
3. Memperlambat perkembangan penyakit.

Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

1. Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang yang
terkena, bisa mengurangi nyeri tulang.
2. Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya harus
bayak minum untuk mengencerkan air kemih dan membantu mencegah
dehidrasi, yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
3. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa
mempercepat terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah patah.
Tetapi tidak boleh lari atau mengangkat beban berat karena tulang-tulangnya
rapuh.
4. Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, daerah
kemerahan di kulit) diberikan antibiotik.
5. Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau mendapatkan
eritropoetin (obat untuk merangsang pembentukan sel darah merah). Kadar
kalsium darah yang tinggi bisa diobati dengan prednison dan cairan intravena,
dan kadang dengan difosfonat (obat untuk menurunkan kadar kalsium).
Allopurinol diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat tinggi.
6. Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakit dengan membunuh sel
plasma yang abnormal. Yang paling sering digunakan adalah melfalan dan
siklofosfamid. Kemoterapi juga membunuh sel yang normal, karena itu sel
darah dipantau dan dosisnya disesuaikan jika jumlah sel darah putih dan
trombosit terlalu banyak berkurang. Kortikosteroid (misalnya prednison atau
deksametason) juga diberikan sebagai bagian dari kemoterapi.
7. Kemoterapi dosis tinggi dikombinasikan dengan terapi penyinaran masih dalam
penelitian. Pengobatan kombinasi ini sangat beracun, sehingga sebelum
pengobatan sel stem harus diangkat dari darah atau sumsum tulang penderita
dan dikembalikan lagi setelah pengobatan selesai. Biasanya prosedur ini
dilakukan pada penderita yang berusia dibawah 50 tahun. Pada 60% penderita,
pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit. Penderita yang
memberikan respon terhadap kemoterapi bisa bertahan sampai 2-3 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Kadang penderita yang bertahan setelah menjalani
pengobatan, bisa menderita leukemia atau jaringan fibrosa (jaringan parut) di
sumsum tulang. Komplikasi lanjut ini mungkin merupakan akibat dari
kemoterapi dan seringkali menyebabkan anemia berat dan meningkatkan
kepekaan penderita terhadap infeksi.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus. Jumlah
leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15% pasien
yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang mencapai
5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel plasma. Formasi Rouleaux
ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30% pasien saat
didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang didiagnosis akan
mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan proteinuria,
sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan
imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
2. Radiologi

1. Foto Polos X-Ray

Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel, berbatas tegas,
litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi
terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di
rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan secara progresif
menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien
mieloma, dengan sedikit pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada
beberapa pasien, ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan
radiologi. Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami
kelainan tulang. Film polos memperlihatkan:

a. Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang, terutama


tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan
mieloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin merupakan tanda
radiologis satu-satunya pada mieloma multiple. Fraktur patologis sering
dijumpai.
b. Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan
osteoprosis senilis.
c. Lesi-lesi litik “punch out” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi
yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.
d. Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan massa
jaringan lunak.

Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada


suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, iga
44%, tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan scapula
10%.

2. CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun, kegunaan
modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak dibutuhkan
lagi karena gambaran pada foto tulang konvensional menggambarkan
kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.

3. MRI

MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini baik
untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit
mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran
T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.

Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan pola


menyerupai mieloma. MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit namun
tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis multiple mieloma seperti
pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang untuk
menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat berguna
untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi
tulang.

4. Radiologi Nuklir

Mieloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada osteoklas.


Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik (formasi
tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false negatif
skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple mieloma tinggi. Scan dapat
positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk
konfirmasi.

5. Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari
peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk
mendiagnosis multipel mieloma.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN

1. Riwayat Penyakit

Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan terjadinya,
biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat dalam keluarga
apakah ada yang menderita kanker, prnah tidaknya terpapar dalam waktu lama terhadap
zat-zat karsinogen dan sesuai dianjurkan

1. Pemeriksaan Fisik

Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak, pergerakan


terbatas, kelemahan.

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Malaise, merasa lelah, letih

Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur, malaise
(kelemahan dan keletihan) dan gangguan alat gerak.

b. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan adanya nyeri


pada dada karena sumbatan pada vena

Tanda : Peningkatan tekanan darah.

c. Integritas Ego

Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya gangguan pada
keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu biasanya menolak diagnosis,
perasaan tidak berdaya, tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control dan depresi.

Tanda : Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendiri.

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat berkemih dan
poliurin, perubahan pada pola defekasi ditandai dengan adanya darah yang bercampur
pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.

Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik usus, serta
adanya distensi abdomen

e. Makanan / Cairan

Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah tinggi lemak, adanya
zat aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual / muntah
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan perubahan pada turgor
kulit.

f. Hiegine

Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain, karena gangguan
ekstremitas maka menjaga hygiene tidak dapat dilakuakan, malas mandi

Tanda : Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.

g. Neurosensori

Gejala : Pusing

Tanda : Pasien sering melamun dan suka menyendiri.

h. Kenyamanan

Gejala : adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat mempengaruhi
kenyamanan pasien

Tanda : Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan keterbatasan gerak
karena nyeri tersebut.

i. Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau pemajanan asbes.
j. Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahari
lama / berlebihan.

Tanda : Demam, ruam kulit dan ulserasi.

k. Seksualitas

Gejala : adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena adanya


keterbatasan gerak.

l. Riwayat Psikososial

Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi

m. Pemeriksaan diagnostik

Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperurisemia

n. Pembelajaran / Health education

Memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai gejala – gejala, riwayat


penyakit kanker keluarga, dan memberi pengertian kepada keluarga tentang upaya
pengobatan.
II. DIAGNOSA KEPERAWAATAN

1. Nyeri b/d proses patologik penyakit


2. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik
4. Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi
tentang proses penyakit dan system pendukung tidak adekuat
5. Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.

III. NURSING CARE PLAN (NCP)

1. Dx 1 : Nyeri b/d proses patologis penyakit

Kriteria hasil : nyeri berkurang atau terkontrol

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

R/ mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat


memudahkan intervensi selanjutnya

b. Berikan posisi yang nyaman

R/ Dengan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat berkurang

c. Monitor tanda-tanda vital

R/ mengetahui perubahan tanda vital akibat nyeri

d. Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri

R/ Meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri sedang sampai berat

2. Dx 2 : Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor

Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami pasien
Intervensi :

a. Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian
asuhan keperawatan

R/ Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik dimana aktivitas


normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur

b. Gunakan sanggahan eksternal (mis. Splint) untuk perlindungan tambahan

R/ Penyangga luar (mis. bidai) dapat dipakai untuk perlindungan tambahan

c. Ikuti pembatasan penahanan berat badan yang dianjurkan

R/ Adanya pembatasan akan membantu klien dalam penahanan berat badan


yang tidak mampu ditahan oleh tulang yang sakit

d. Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatory dengan aman


dan bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidak sakit

R/ Penggunaan alat ambulatory dengan aman mampu menguatkan


ekstremitas yang sehat

3. Dx 3 : Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik

Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan program terapi

Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan


menggambarkan program pengobatannya.

Intervensi :

a. Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kanker atau tumor

R/ Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya


duplikasi

b. Gambarkan proses penyakit tumor sesuai dengan kebutuhan

R/ Membantu pasien dalam memahami proses penyakit

c. Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan yang potensial
terjadi dan atau keuntungan dari setiap terapi tersebut

R/ Membantu pasien dalam membuat keputusan pengobatan

d. Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien atau keluarga
R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang diberikan

e. Anjurkan pasien untuk menyampaikan pilihannya atau mendapatkan pilihan


kedua sesuai kebutuhan

R/ Meningkatkan advokasi pasien dalam pelayanan medis

f. Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada pemberi pelayanan
kesehatan; memberi nomor telepon yang penting

R/ Meningkatkan keamanan dalam upaya penyembuhan

4. Dx 4 : Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan,


persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung tidak adekuat

Kriteria Hasil : Ansietas, kekhawatiran, dan kelemahan menurun pada tingkat yang
dapat diatasi, mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan
proses pengambilan keputusan

Intervensi :

a. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan satu suasana lingkungan yang
dapat diterima

R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan kepada tenaga


kesehatan

b. Evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan

R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan


keputusan

c. Kaji sikap harapan yang realistis

R/ Meningkatkan kedamaian diri

d. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai

R/ Meningkatkan kemampuan untuk menguasai masalah

e. Nilai kebutuhan atau keinginan pasien terhadap dukungan sosial

R/ Memenuhi kebutuhan pasien

f. Kenalkan pasien pada seseorang atau kelompok yang telah memiliki


pengalaman penyakit yang sama
R/ Memberikan informasi dan dukungan dari orang lain dengan pengalaman
yang sama

g. Berikan sumber-sumber spiritual jika diperlukan

R/ Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien

5. Dx 5 : Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan


kinerja peran

Kriteria Hasil : harga diri klien meningkat

Intervensi :

a. Dukung keluarga dalam mengupayakan melewati penyesuaian yang harus


dilakukan; kenali perubahan dalam citra diri akibat pembedahan dan
kemungkinan amputasi

R/ Kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada pasien yang


menderita keganasan. Gaya hidup akan berubah secara dramatis, paling tidak
sementara

b. Berikan kepastian yang realistis tentang masa depan dan perjalanan kembali
aktivitas yang berhubungan dengan peran; beri dorongan untuk perawatan
mandiri dan sosialisasi

R/ Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas
yang berhubungan dengan peran harus dilakukan untuk memandirikan pasien

c. Libatkan pasien dan keluarga sepanjang pengobatan untuk meningkatkan rasa


tetap memiliki kontrol dalam kehidupan seseorang

R/ Keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong


kepercayaan diri, pengembalian konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol
hidupnya sendiri.

IV. EVALUASI

1. Klien mampu menerangkan proses penyakit dan program terapi

a. Menerangkan proses patologik


b. Menentukan program sasaran terapeutik
c. Mencari penjelasan informasi

2. Mampu mengontrol nyeri

a. Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri termasuk obat yang diberikan


b. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari atau tempat operasi

3. Tidak mengalami patah tulang patologik

a. Menghindari stress pada tulang yang lemah


b. Mempergunakan alat bantu dengan aman
c. Memperkuat ekstremitas yang sehat

4. Memperlihatkan pola penyelesain masalah yang efektif

a. Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata


b. Mengidentifikasi ketakutan dan kemampuannya
c. Membuat keputusan
d. Meminta bantuan bila perlu

5. Memperlihatkan konsep diri positif

a. Mengidentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang mampu


ditanggungnya
b. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya
c. Memperlihatkan penerimaan citra diri
d. Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas hidup

6. Memperlihatkan tiadanya komplikasi

a. Memperlihatkan penyembuhan luka


b. Tidak mengalami kerusakan kulit
c. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
d. Tidak mengalami infeksi
e. Mengatasi efek samping terapi
f. Melaporkan gejala toksisitas obat atau komlikasi pembedahan

7. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan berkelanjutan di rumah

a. Mematuhi regimen yang ditentukan (misalnya; menelan setiap obat yang


diresepkan, tetap mejalankan terapi fisik dan okupasi)
b. Menyetujui perlunya supervisi kesehatan jangka panjang
c. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut
d. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi

DAFTAR PUSTAKA
Dugdale ,David C. Yi-Bin Chen, David Zieve. 2009. Multiple Myeloma.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htm. Diakses tanggal 4 Desember
2016

Grethlein, Sara J., Lilian M Thomas. 2009. Multiple Myeloma.


http://emedicine.medscape.com/article/204369-overview. Diakses tanggal 3 Desember 2016

Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2008. Drug Therapy : Multiple Myeloma.
http://www.nejm.com .Diakses tanggal 3 Desember r 2016

Noname. 2009. Mieloma Multipel (multiple myelo6ma).


http://medicastore.com/penyakit_subkategori/12/index.html. Diakses tanggal 4 Desember
2016

Kumar,Vinay, Ramzi S. Cotran, Stanley R. Robbin. 2008. Robbins Buku Ajar Patologi edisi
7. Jakarta : Airlangga. Hlm. 481-484

Anda mungkin juga menyukai