Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.
1. LATAR BELAKANG
Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang
abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah
besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multipel mieloma
(mielomatosis, plasma cell mieloma, Kahlers disease) merupakan keganasan sel plasma yang
ditandai dengan penggantian sumsum tulang, kerusakan tulang, dan formasi paraprotein.
Mieloma menyebabkan gejala-gejala klinik dan tanda-tanda klinis melalui mekanisme yang
bervariasi. Tumor menghambat sumsum tulang memproduksi cukup sel darah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada ginjal, saraf, jantung, otot dan traktus digestivus.
Di Amerika Serikat, insiden multipel mieloma sekitar 4 kasus dari 100.000 populasi. Pada tahun
2004, diperkirakan ada 15.000 kasus baru multiple mieloma di Amerika Serikat. Insidennya
ditemukan dua kali lipat pada orang Afro Amerika dan pada pria. Meskipun penyakit ini
biasanya ditemukan pada lanjut usia, usia rata-rata orang yang didiagnosis adalah 62 tahun,
dengan 35% kasus terjadi di bawah usia 60 tahun. Secara global, diperkirakan setidaknya ada
32.000 kasus baru yang dilaporkan dan 20.000 kematian setiap tahunnya.
Penyebab multipel mieloma belum jelas. Paparan radiasi, benzena, dan pelarut organik lainnya,
herbisida, dan insektisida mungkin memiliki peran. Multiple mieloma telah dilaporkan pada
anggota keluarga dari dua atau lebih keluarga inti dan pada kembar identik. Beragam perubahan
kromosom telah ditemukan pada pasien mieloma seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan
predominan kelainan pada 11q.
Pada 60% penderita, pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit. Penderita yang
memberikan respon terhadap kemoterapi bisa bertahan sampai 2-3 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis. Kadang penderita yang bertahan setelah menjalani pengobatan, bisa menderita
leukemia atau jaringan fibrosa (jaringan parut) di sumsum tulang. Komplikasi lanjut ini mungkin
merupakan akibat dari kemoterapi dan seringkali menyebabkan anemia berat dan meningkatkan
kepekaan penderita terhadap infeksi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep dasar dan
asuan keperawatan pada multiple myeloma sangat penting.
1.
1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari multiple myeloma ?
2. Bagaimana anatomi multiple myeloma ?
3. Apa etiologi dari multiple myeloma ?
4. Bagaimana patofisiologi multiple myeloma ?
5. Bagaimana cara mendiagnosis multiple myeloma ?
6. Apa saja penatalaksanaan dari multiple myeloma ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari multiple myeloma ?
1.
1. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari multiple myeloma.
2. Untuk mengetahui anatomi multiple myeloma.
3. Untuk mengetahui etiologi dari multiple myeloma.
4. Untuk mengetahui patofisiologi multiple myeloma.
5. Untuk mengetahui cara mendiagnosis multiple myeloma.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari multiple myeloma.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari multiple myeloma.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
1. DEFINISI
Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma imatur dan matur yang
abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah
besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih.
1.
1. ANATOMI
Lokasi predominan multipel mieloma mencakup tulang-tulang seperti vertebra, tulang iga,
tengkorak, pelvis, dan femur. Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian tengah dari suatu
tulang. Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu atau
kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder. Bagian-bagian dari
perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut:
1. Diafisis
Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat penulangan primer, dan
merupakan korpus dari tulang.
2. Metafisis
Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang (diafisis).
3. Lempeng epifisis
Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, yang akan
menghilang pada tulang dewasa.
1. Epifisis
Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder.
Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan berongga) dan
pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung
fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke
dalam kanalikuli tulang kompak. Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokkan
menjadi :
1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar, contohnya os humerus dan
os femur.
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa carpi.
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh: os scapula.
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.
5. Ossa sesamoid, contoh: os patella.
Perbedaan sel dalam keadaan normal dengan sel yang terkena multipel mieloma
1. Sel-sel Darah Normal
Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel dalam sumsum tulang yang disebut sel-sel
induk (stem cells). Sumsum tulang adalah materi yang lunak di pusat dari kebanyakan tulang-
tulang.
Stem cells menjadi dewasa ke dalam tipe-tipe yang berbeda dari sel-sel darah. Setiap tipe
mempunyai pekejaan khusus:
1. Sel-sel darah putih membantu melawan infeksi.
2. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh.
3. Platelet-platelet membantu membentuk gumpalan-gumpalan darah yang mengontrol perdarahan.
Sel-sel plasma adalah sel-sel darah putih yang membuat antibodi. Antibodi adalah bagian dari
sistim imun. Mereka bekerja dengan bagian-bagian lain dari sistim imun untuk membantu
melindungi tubuh dari kuman dan unsur-unsur berbahaya lainnya. Setiap tipe dari sel plasma
membuat antibodi yang berbeda.
1. Sel-sel Multiple Myeloma
Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan sel-sel yang
tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa
dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.
Mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah untuk
membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-sel yang baru membelah berulang-ulang,
membuat semakin banyak sel-sel abnormal. Sel-sel plasma abnormal ini disebut sel-sel mieloma.
Pada waktunya, sel-sel mieloma berkumpul dalam sumsum tulang. Mereka mungkin merusak
bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel mieloma berkumpul pada beberapa tulang-tulang,
penyakitnya disebut multiple myeloma. Penyakit ini mungkin juga membahayakan jaringan-
jaringan dan organ-organ lain, seperti ginjal.
Sel-sel myeloma membuat antibodi-antibodi yang disebut protein-protein M dan protein-protein
lain. Protein-protein ini dapat berkumpul dalam darah, urin, dan organ-organ.
1.
1. ETIOLOGI
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa penelitian yang
menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan kesempatan seseorang akan
mengembangkan penyakit multiple myeloma, diantaranya :
1. Umur diatas 65 tahun : Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan mengembangkan
multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma terdiagnosa setelah umur 65
tahun. Penyakit ini jarang pada orang-orang yang lebih muda dari umur 35 tahun.
2. Ras (Bangsa) : Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara orang-orang Amerika
keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-orang Amerika keturunan Asia. Sebab untuk
perbedaan antara kelompok-kelompok ras belum diketahui.
3. Jenis Kelamin : Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700 wanita terdiagnosa
dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih banyak pria-pria terdiagnosa dengan
penyakit ini.
4. Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS) :
MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel plasma abnormal membuat
protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala, dan tingkat yang abnormal dari protein M
ditemukan dengan tes darah. Adakalanya, orang-orang dengan MGUS mengembangkan kanker-
kanker tertentu, seperti multiple myeloma. Tidak ada perawatan, namun orang-orang dengan
MGUS memperoleh tes-tes laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan
lebih lanjut pada tingkat protein M.
5. Sejarah multiple myeloma keluarga : Studi-studi telah menemukan bahwa risiko multiple
myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara dekatnya mempunyai penyakit ini.
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti telah mempelajari
apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu (terutama virus-virus), yang
mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu, memakan makanan-makanan tertentu,
atau menjadi kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko mengembangkan multiple myeloma.
1.
1. PATOFISIOLOGI
Limfosit B mulai di sumsum tulang dan pindah ke kelenjar getah bening. Saat limfosit Bdewasa
dan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan sel. Ketika limfosit Bdiaktifkan untuk
mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel plasma.
Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan bagian dari kelenjar getah
bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal paling erat hubungannya dengan
sel Multipel mieloma umumnya dianggap baik sebagai sel memori diaktifkan B atau para
pendahulu untuk sel plasma, plasmablast tersebut.
Sistim kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah kontrol ketat. Ketika
kromosom dan gen yang rusak, seringkali melalui penataan ulang, kontrol ini hilang. Seringkali,
bergerak gen promotor (atau translocates) untuk kromosom yang merangsang gen antibodi
terhadap overproduksi.
Sebuah translokasi kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat (pada kromosom keempat
belas, 14q32 lokus) dan suatu onkogen (sering 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23 dan 20q11) sering
diamati pada pasien dengan multiple myeloma. Hal ini menyebabkan mutasi diregulasi dari
onkogen yang dianggap peristiwa awal yang penting dalam patogenesis myeloma. Hasilnya
adalah proliferasi klon sel plasma dan ketidakstabilan genomik yang mengarah ke mutasi lebih
lanjut dan translokasi. 14 kelainan kromosom yang diamati pada sekitar 50% dari semua kasus
myeloma. Penghapusan (bagian dari) ketiga belas kromosom juga diamati pada sekitar 50%
kasus. Produksi sitokin (terutama IL-6) oleh sel plasma menyebabkan banyak kerusakan lokal
mereka, seperti osteoporosis, dan menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas
berkembang. Angiogenesis (daya tarik pembuluh darah baru) meningkat. Antibodi yang
dihasilkan disimpan dalam berbagai organ, yang menyebabkan gagal ginjal, polineuropati dan
berbagai gejala myeloma terkait lainnya.
1.
1. MANIFESTASI KLINIS
Multipel mieloma seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau
tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah. Nyeri tulang biasanya
merupakan gejala awal, tetapi kadang penyakit ini terdiagnosis setelah penderita mengalami :
1. Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel darah merah di
sumsum tulang.
2. Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif melawan infeksi.
3. Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence-Jones) merusak ginjal.
Terkadang multipel mieloma mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki dan
hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma hiperviskositas). Berkurangnya aliran darah
ke otak bisa menyebabkan gejala neurologis berupa kebingungan, gangguan penglihatan dan
sakit kepala.
1.
1. DIAGNOSIS
Beberapa pemeriksaan darah bisa membantu dalam mendiagnosis penyakit ini:
1. Hitung jenis darah komplit, bisa menemukan adanya anmeia dan sel darah merah yang abnormal.
2. Laju endap sel darah merah (eritrosit) biasanya tinggi.
3. Kadar kalsium tinggi, karena perubahan dalam tulang menyebabkan kalsium masuk ke dalam
aliran darah.
Tetapi kunci dari pemeriksaan diagnostik untuk penyakit ini adalah elektroforesis protein serum
dan imunoelektroforesis, yang merupakan pemeriksaan darah untuk menemukan dan
menentukan antibodi abnormal yang merupakan tanda khas dari mieloma multipel. Antibodi ini
ditemukan pada sekitar 85% penderita. Elektroforesisi air kemih dan imunoelektroforesis juga
bisa menemukan adanya protein Bence-Jones, pada sekitar 30-40% penderita. Rontgen seringkali
menunjukkan pengeroposan tulang (osteoporosis). Biopsi sumsum tulang menunjukkan sejumlah
besar sel plasma yang secara abnormal tersusun dalam barisan dan gerombolan, sel-sel juga
tampak abnormal.
1.
1. PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan untuk :
1. Mencegah atau mengurangi gejala dan komplikasi
2. Menghancurkan sel plasma yang abnormal
3. Memperlambat perkembangan penyakit.
Penatalaksanaan yang bisa diberikan:
1. Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang yang terkena, bisa
mengurangi nyeri tulang.
2. Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya harus bayak minum untuk
mengencerkan air kemih dan membantu mencegah dehidrasi, yang bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal.
3. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa mempercepat terjadinya
osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah patah. Tetapi tidak boleh lari atau mengangkat
beban berat karena tulang-tulangnya rapuh.
4. Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, daerah kemerahan di
kulit) diberikan antibiotik.
5. Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau mendapatkan eritropoetin
(obat untuk merangsang pembentukan sel darah merah). Kadar kalsium darah yang tinggi bisa
diobati dengan prednison dan cairan intravena, dan kadang dengan difosfonat (obat untuk
menurunkan kadar kalsium). Allopurinol diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam
urat tinggi.
6. Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakit dengan membunuh sel plasma yang
abnormal. Yang paling sering digunakan adalah melfalan dan siklofosfamid. Kemoterapi juga
membunuh sel yang normal, karena itu sel darah dipantau dan dosisnya disesuaikan jika jumlah
sel darah putih dan trombosit terlalu banyak berkurang. Kortikosteroid (misalnya prednison atau
deksametason) juga diberikan sebagai bagian dari kemoterapi.
7. Kemoterapi dosis tinggi dikombinasikan dengan terapi penyinaran masih dalam penelitian.
Pengobatan kombinasi ini sangat beracun, sehingga sebelum pengobatan sel stem harus diangkat
dari darah atau sumsum tulang penderita dan dikembalikan lagi setelah pengobatan selesai.
Biasanya prosedur ini dilakukan pada penderita yang berusia dibawah 50 tahun. Pada 60%
penderita, pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit. Penderita yang
memberikan respon terhadap kemoterapi bisa bertahan sampai 2-3 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis. Kadang penderita yang bertahan setelah menjalani pengobatan, bisa menderita
leukemia atau jaringan fibrosa (jaringan parut) di sumsum tulang. Komplikasi lanjut ini mungkin
merupakan akibat dari kemoterapi dan seringkali menyebabkan anemia berat dan meningkatkan
kepekaan penderita terhadap infeksi.
1.
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus. Jumlah leukosit umumnya
normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15% pasien yang terdiagnosis. Adanya sel
plasma pada apusan darah tepi jarang mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel
plasma. Formasi Rouleaux ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30%
pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang didiagnosis akan mengalami
gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence
Jones yang dikonfirmasi dengan imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
2. Radiologi
1. Foto Polos X-Ray
Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel, berbatas tegas, litik, punch out,
dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir
sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan
secara progresif menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien mieloma,
dengan sedikit pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa pasien, ditemukan
gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. Saat timbul gejala sekitar 80-90% di
antaranya telah mengalami kelainan tulang. Film polos memperlihatkan:
1. Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang, terutama tulang belakang yang
disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan mieloma. Hilangnya densitas tulang
belakang mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada mieloma multiple. Fraktur
patologis sering dijumpai.
2. Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan osteoprosis senilis.
3. Lesi-lesi litik punch out yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat
korteks menghasilkan internal scalloping.
4. Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan massa jaringan lunak.
Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada suatu penelitian yang
melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, iga 44%, tengkorak 41%, panggul 28%,
femur 24%, klavicula 10% dan scapula 10%.
1. CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun, kegunaan modalitas ini
belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto
tulang konvensional menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.
1. MRI
MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini baik untuk resolusi
jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit mieloma berupa suatu intensitas
bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada
sekuensi T2.
Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan pola menyerupai mieloma.
MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan
untuk diagnosis multiple mieloma seperti pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi
langsung sumsum tulang untuk menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI
dapat berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi tulang.
1. Radiologi Nuklir
Mieloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada osteoklas. Scan tulang
radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik (formasi tulang) pada penyakit dan belum
digunakan rutin. Tingkat false negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple mieloma
tinggi. Scan dapat positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk
konfirmasi.
1. Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari peningkatan
vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk mendiagnosis multipel mieloma.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
1. PENGKAJIAN
1. Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan terjadinya, biasanya terjadi
pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat dalam keluarga apakah ada yang menderita
kanker, prnah tidaknya terpapar dalam waktu lama terhadap zat-zat karsinogen dan sesuai
dianjurkan
1. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak, pergerakan terbatas,
kelemahan.
1.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise, merasa lelah, letih
Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur, malaise (kelemahan dan
keletihan) dan gangguan alat gerak.
1.
1. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan adanya nyeri pada dada
karena sumbatan pada vena
Tanda : Peningkatan tekanan darah.
1.
1. Integritas Ego
Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya gangguan pada keuangan,
pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu biasanya menolak diagnosis, perasaan tidak berdaya,
tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda : Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendiri.
1.
1. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat berkemih dan poliurin,
perubahan pada pola defekasi ditandai dengan adanya darah yang bercampur pada feses, dan
nyeri pada saat defekasi.
Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik usus, serta adanya
distensi abdomen
1.
1. Makanan / Cairan
Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah tinggi lemak, adanya zat
aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual / muntah
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan perubahan pada turgor kulit.
1.
1. Hiegine
Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain, karena gangguan ekstremitas
maka menjaga hygiene tidak dapat dilakuakan, malas mandi
Tanda : Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.
1.
1. Neurosensori
Gejala : Pusing
Tanda : Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
1.
1. Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat mempengaruhi kenyamanan
pasien
Tanda : Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan keterbatasan gerak karena
nyeri tersebut.
1.
1. Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau pemajanan asbes.
2. Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahari lama /
berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit dan ulserasi.
1.
1. Seksualitas
Gejala : adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena adanya keterbatasan gerak.
1. Riwayat Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi
1. Pemeriksaan diagnostik
Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperurisemia
1. Pembelajaran / Health education
Memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai gejala gejala, riwayat penyakit
kanker keluarga, dan memberi pengertian kepada keluarga tentang upaya pengobatan.
1.
1. DIAGNOSA KEPERAWAATAN
1. Nyeri b/d proses patologik penyakit
2. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik
4. Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses
penyakit dan system pendukung tidak adekuat
5. Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
1.
1. NURSING CARE PLAN (NCP)
1.
1. Dx 1 : Nyeri b/d proses patologis penyakit
Kriteria hasil : nyeri berkurang atau terkontrol
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
R/ mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat memudahkan intervensi
selanjutnya
1. Berikan posisi yang nyaman
R/ Dengan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat berkurang
1. Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui perubahan tanda vital akibat nyeri
1. Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri
R/ Meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri sedang sampai berat
1.
1. Dx 2 : Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami pasien
Intervensi :
1. Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian asuhan keperawatan
R/ Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik dimana aktivitas normal atau
perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur
1. Gunakan sanggahan eksternal (mis. Splint) untuk perlindungan tambahan
R/ Penyangga luar (mis. bidai) dapat dipakai untuk perlindungan tambahan
1. Ikuti pembatasan penahanan berat badan yang dianjurkan
R/ Adanya pembatasan akan membantu klien dalam penahanan berat badan yang tidak mampu
ditahan oleh tulang yang sakit
1. Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatory dengan aman dan bagaimana untuk
menguatkan ekstremitas yang tidak sakit
R/ Penggunaan alat ambulatory dengan aman mampu menguatkan ekstremitas yang sehat
1.
1. Dx 3 : Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik
Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan program terapi
Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan menggambarkan program
pengobatannya.
Intervensi :
1. Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kanker atau tumor
R/ Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi
1. Gambarkan proses penyakit tumor sesuai dengan kebutuhan
R/ Membantu pasien dalam memahami proses penyakit
1. Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan yang potensial terjadi dan atau
keuntungan dari setiap terapi tersebut
R/ Membantu pasien dalam membuat keputusan pengobatan
1. Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien atau keluarga
R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang diberikan
1. Anjurkan pasien untuk menyampaikan pilihannya atau mendapatkan pilihan kedua sesuai
kebutuhan
R/ Meningkatkan advokasi pasien dalam pelayanan medis
1. Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada pemberi pelayanan kesehatan;
memberi nomor telepon yang penting
R/ Meningkatkan keamanan dalam upaya penyembuhan
1.
1. Dx 4 : Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi
tentang proses penyakit dan system pendukung tidak adekuat
Kriteria Hasil : Ansietas, kekhawatiran, dan kelemahan menurun pada tingkat yang dapat diatasi,
mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan proses pengambilan
keputusan
Intervensi :
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan satu suasana lingkungan yang dapat diterima
R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan kepada tenaga kesehatan
1. Evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan
R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan
1. Kaji sikap harapan yang realistis
R/ Meningkatkan kedamaian diri
1. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai
R/ Meningkatkan kemampuan untuk menguasai masalah
1. Nilai kebutuhan atau keinginan pasien terhadap dukungan sosial
R/ Memenuhi kebutuhan pasien
1. Kenalkan pasien pada seseorang atau kelompok yang telah memiliki pengalaman penyakit yang
sama
R/ Memberikan informasi dan dukungan dari orang lain dengan pengalaman yang sama
1. Berikan sumber-sumber spiritual jika diperlukan
R/ Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
1.
1. Dx 5 : Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Kriteria Hasil : harga diri klien meningkat
Intervensi :
1. Dukung keluarga dalam mengupayakan melewati penyesuaian yang harus dilakukan; kenali
perubahan dalam citra diri akibat pembedahan dan kemungkinan amputasi
R/ Kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada pasien yang menderita keganasan.
Gaya hidup akan berubah secara dramatis, paling tidak sementara
1. Berikan kepastian yang realistis tentang masa depan dan perjalanan kembali aktivitas yang
berhubungan dengan peran; beri dorongan untuk perawatan mandiri dan sosialisasi
R/ Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas yang
berhubungan dengan peran harus dilakukan untuk memandirikan pasien
1. Libatkan pasien dan keluarga sepanjang pengobatan untuk meningkatkan rasa tetap memiliki
kontrol dalam kehidupan seseorang
R/ Keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri,
pengembalian konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri.
1.
1. EVALUASI
1. Klien mampu menerangkan proses penyakit dan program terapi
1. Menerangkan proses patologik
2. Menentukan program sasaran terapeutik
3. Mencari penjelasan informasi
1. Mampu mengontrol nyeri
1. Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri termasuk obat yang diberikan
2. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan
aktifitas hidup sehari-hari atau tempat operasi
1. Tidak mengalami patah tulang patologik
1. Menghindari stress pada tulang yang lemah
2. Mempergunakan alat bantu dengan aman
3. Memperkuat ekstremitas yang sehat
1. Memperlihatkan pola penyelesain masalah yang efektif
1. Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata
2. Mengidentifikasi ketakutan dan kemampuannya
3. Membuat keputusan
4. Meminta bantuan bila perlu
1. Memperlihatkan konsep diri positif
1. Mengidentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang mampu ditanggungnya
2. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya
3. Memperlihatkan penerimaan citra diri
4. Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas hidup
1. Memperlihatkan tiadanya komplikasi
1. Memperlihatkan penyembuhan luka
2. Tidak mengalami kerusakan kulit
3. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
4. Tidak mengalami infeksi
5. Mengatasi efek samping terapi
6. Melaporkan gejala toksisitas obat atau komlikasi pembedahan
1. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan berkelanjutan di rumah
1. Mematuhi regimen yang ditentukan (misalnya; menelan setiap obat yang diresepkan, tetap
mejalankan terapi fisik dan okupasi)
2. Menyetujui perlunya supervisi kesehatan jangka panjang
3. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut
4. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
_________. 2009. Mieloma Multipel (multiple
myeloma). http://medicastore.com/penyakit_subkategori/12/index.html. Diakses tanggal 4
November 2010
Dugdale ,David C. Yi-Bin Chen, David Zieve. 2009. Multiple
Myeloma. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htm. Diakses tanggal 4
November 2010
Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2004. Drug Therapy : Multiple
Myeloma. http://www.nejm.com .Diakses tanggal 3 November 2010

Anda mungkin juga menyukai