Disusun Oleh:
Ria Permatasari
402019029
A. Pengertian
Penyakit demam thypoid (typhus abdominalis) merupakan penyakit infeksi akut pada
usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhosa dan hanya terdapat pada manusia
(Marni, 2016:14). Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dengan dan gangguan kesadaran (Fitri, Nita 2015)
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Titik Lestari,
2016:88).
B. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis biasanya ditemukan, yaitu menurut (Titik
Lestari, 2016:89-90) :
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu
tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (regaden).
Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
suppor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun
zat anti.
Soedarto (2007) mengemukakan bahwa manifestasi klinis klasik yang umum ditemui
pada penderita demam typhoid biasanya disebut febris remitter atau demam yang bertahap
a) Minggu pertama, demam lebih dari 40°C, nadi yang lemah bersifat dikrotik, dengan
mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa dapat diraba.
c) Minggu ketiga, jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan keluhan
bergerak terus, terjadi inkontinensia alvi dan urine. Selain itu terjadi meteorisme dan
timpani, dan tekanan perut meningkat, disertai nyeri perut. Penderita kemudian kolaps,
meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau
D. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid
antara lain sebagai berikut :
1. Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari
dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada
minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
2. Nyeri kepala
3. Malaise
4. Letargi
5. Lidah kotor
6. Bibir kering pecah-pecah (regaden)
7. Mual, muntah
8. Nyeri perut
9. Nyeri otot
10. Anoreksia
11. Hepatomegali, splenomegali
12. Konstipasi, diare
13. Penurunan kesadaran
14. Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
15. Epistaksis
16. Bradikardi
17. Mengigau (delirium)
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia
dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
4. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
5. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
6. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
7. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
8. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
d) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid
(Widiatuti, 2001).
F. Penatalaksanaan
1. Perawataan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
3. Obat-obatan
a. Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau
intravena, sampai 7 hari bebas panas
b. Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
c. Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
d. Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
e. Sefalosporin Generasi Ketiga.
f. Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali
sehari, selama 3-5 hari
g. Komplikasi
Dapat terjadi pada :
a. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
1) Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
a) Penurunan TD dan suhu tubuh
b) Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
c) Kulit pucat
d) Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal
ileum.
3) Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:
a) Nyeri perut hebat
b) Kembung
c) Dinding abdomen tegang (defense muskulair)
d) Nyeri tekan
e) TD menurun
f) Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
g) Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
b. Diluar usus halus
a) Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b) Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c) Kolesistitis
d) Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi
e) Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare,
kelainan neurologis.
f) Miokarditis
g) Karier kronik
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Riwayat Kesehatan
I. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan anaknya demam.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua mengatakan SMRS pasien sudah 3 minggu mengalami demam yang di
sertai muntah, pada saat dirumah klien memberikan obat paracetamol tetapi demam tak
kunjung membaik, orang tua pasien mengatakan demam muncul pada sore dan malam
hari tetapi kalau pagi demamnya turun, demam berkisar 38 - 39 derajat, kemudian pada
tanggal 24 Desember 2019 orang tua pasien membawa anakanya ke IGD RS Al Ihsan.
Dirumah sakit dilakukan test widal hasilnya positif (+) dan dilakukan pemasangan infus.
Pada saat masuk rumah sakit klien mengeluh lemas dan pasien dianjurkan untuk rawat
inap diruangan Anak Al-Ihsan, pada pukul 12.30 klien dipindahkan keruangan anak
Lukman Nul Hakim.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Desember 2019, orang tua pasien
mengatakan anak demam, demam dirasakan sudah 3 minggu, demam naik turun dan
muncul pada saat sore dan malam hari, disertai mual muntah dan muntah 2x dalam 1 hari
sehingga makan pun berkurang. Kesadaran pasien compos mentis, TD = 92/65/ mmHg,
HR = 120x/menit, RR = 26 x/menit, dan suhu 37,9 °C.
V. Pengkajian Fisiologis
1. OKSIGENASI
Perilaku
Ventilasi Frekuensi : 26x/menit √ Teratur □Tidak
teratur
□ Trakeostomi □ penggunaan Oksigen ……..x/mnt
□ Sekret :
Respirasi □ sesak Nafas □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi
dada
√Vesikuler □ Ronchi □ Wheezing □ Krakles
□ Batuk □ lain-lain…..
Pertukaran Gas AGD tgl ….. pH : PaO2: PCO2:
HCO3 BE : Sat O2:
Transport Gas Nadi : 120 x/mnt √ regular □ ireguler TD :
92/65 mmHg
Akral : √ hangat □ dingin □ anemis □ pucat
□ cianosis □ clubbing finger □ pusing
Bunyi Jantung □√ BJ I/II Normal □ murmur □ Gallop
Hasil Laboratorium Terlampir
Thorax -
Ct Scan -
2. NUTRISI
PERILAKU
BB saat ini BB (33) kg PB/TB (140)cm IMT : ( ) SD : ( )
Status Nutrisi □ Lebih □ Baik √ kurang □ Buruk
Diet □ ASI □ susu formula √ bubur □ nasi tim □ rendah
garam
Puasa □ Ya √ tidak Frekuensi makan : 3x/hari Porsi makan:
Habis ¼ porsi
Cara Makan √ oral □ OGT □ NGT □ Gastrostomi □ parenteral
Kualitas Makan √ kurang □ cukup □ baik
Lidah □ bersih √ Kotor stomatitis : □ ya □ tidak
Mulut Caries : □ ya √ tidak lain-lain:
Abdomen √ supel □ kembung □ tegang □ terdapat massa lokasi:
Hepar √ tidak teraba □ hepatomegali □ lien □ splenomegali
Bising Usus 12 x / mnt
3. PROTEKSI
PERILAKU
Gangguan Warna √ Tidak ada □ Pucat □ Jaundice
Kulit □ Menjadi merah □ Sianosis □ …………..
Suhu □ suhu : 37,9 °C √ Hangat □ Teraba panas □
Teraba dingin
Turgor √ Baik □ Jelek
Gangguan pada kulit √ Tidak ada □ Lesi □ Erupsi □ Eritema
□ Lainnya, ……………
Luka √ Tidak ada □ Ada
Stoma √ Tidak ada □ Ada
Drainase √ Tidak Ada □ Ada
Jika terjadi
gangguan pada kulit
/ luka / stoma,
berikan tanda silang
(X)
Pengkajian Nyeri
4. SENSASI
PERILAKU
Penglihatan √ Adekuat □ Menurun [R L]
□ Buta [R L] □ Katarak [R L]
Mata □ Kotoran mata [R L]
Pupil √ Simetris □ Tidak Simetris : R < L atau L < R
√ Reaktif □ Non Reaktif [R L]
Pengecapan √ Baik □ Tidak baik
Kondisi gigi √ Baik □ Terjadi gangguan □ Jelek
Gusi √ Pink □ Pucat □ Inflamasi
□ Perdarahan □ Kering □ Lembab
Penciuman √ Baik □ Tidak baik
Hidung □ Berdarah □ Drainage √ Tidak ditemukan
masalah
Pendengaran √ Adekuat □ Menurun [R L] □ Tuli [R
L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
Telinga √ Bersih [R L] □ Kotor [R L] □ Discharge [R
L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
5. CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PERILAKU
Minum 2500 cc/hari jenis: air mineral
Ubun-ubun √ rata □ Cekung
Mata □ cekung √ tidak Air mata: □ ada □ tidak
Mukosa mulut √ lembab □ kering
Turgor √ elastic □ tidak elastic
Edema □ ada √ tidak □ ektremitas □anasarka □ asites
Muntah √ ada □ tidak frekuensi: 1x/hr
Diare □ ada √ tidak frekuensi : x/hr
Perdarahan □ ada √ tidak □ ptekie □ purpura □ ekimosis
Cairan infuse √ ada □ tidak Jenis : Asering 60 gtt/mnt
Balance cairan +- 300 cc dieresis : 1,1 cc/jam
Hasil Lab Lampiran
6. ELIMINASI
PERILAKU
Buang air kecil Frekuensi : 650 cc □ oliguri □ disuria □anuria
□incontinensia □ retensi
Eliminasi urin √ spontan □ dower kateter □ cistostomi □nefrostomi
Nyeri saat berkemih □ ada √ tidak
Warna urin √ kuning jernih □ kuning pekat □ merah
buang air besar Frekuensi 1x/ hari √ normal diare □ konstipasi
Warna feses √ kuning □ hijau □ merah
Karakteristik feses √ lembek cair □ padat □ berlendir
Anus √ ada lubang □ tidak berlubang
Hasil laboratorium
7. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
PERILAKU
Postur tubuh √ normal □ tidak normal
Berjalan √ normal □ tidak normal
Aktivitas anak □ hiperaktif √ aktif □ pasif □ keterbatasan □
pembatasan
Gerakan √ aktif □ tidak aktif
Paralise □ ada √ tidak □ tangan kanan/kiri/keduanya
□ kaki kanan/kiri/ keduanya
Tonus otot √ normal □ atrofi □ hipertrofi
Mobilisasi √ bedrest total □ ditempat tidur
Gangguan -
neuromuscular
Mobilisasi -
Jumlah jam tidur Tidur siang : 1-2 jam tidur malam : 6 - 7 jam
Kebiasaan sebelum √ tidak ada □ ada, sebutkan
tidur
Kesulitan tidur □ada √ tidak ada
Tidur dengan □ ya √ tidak
bantuan obat
8. NEUROLOGI
PERILAKU
Kesadaran E; 5 M:6 V:4 √ CM □ apatis □ somnolen □ koma
Status mental √ terorientasi □ disorientasi □ gelisah □ halusinasi
Pupil √ isokor □ anisokor
9. ENDOKRIN
PERILAKU
Masalah genital □ Discharge □ Hipo/epispadia
Hyperactive
Hypoactive
4. Aktivitas / Sebelum sakit Selama sakit
istirahat
Lama tidur Siang (3 jam) Malam(8-10 jam) Siang (1 jam) Malam(6-7 jam)
Nama Nilai
14 November 2019 Satuan
Pemeriksaan Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 7.2 11,5-13,5 g/dL
Leukosit 6120 4500-13.500 Sel/uL
Eritrosit 2,75 3,87 – 5,39 Juta/ul
Hematokrit 22,5 35-45 %
150.000-
Trombosit 149.000 Sel/uL
450.000
Widal
Anti S Thyphy
Anti S H Paratyphi A 1/640
Anti S H Paratyphi B 1/640
Anti S H Paratyphi C 1/80
Anti S Thyphy-O 1/640
USG .......................................
Rontgen ……………………….
X. THERAPI
C. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
Ds : Terlampir Hipertermia
- Orang tua klien berhubungan dengan
mengatakan infeksi salmonela
anaknya demam
- Orang tua klien
mengatakan
demam timbul
ketika sore dan
malam hari
- Orang tua klien
mengatakan
demam naik
turun
Do :
- Kesadaran
Composmentis
- S : 37,7 0C
- Akral klien hangat
- Kulit wajah
kemerahan
DS : Terlampir Ketidakseimbangan
- Orang tua klien nutrisi kurang dari
mengatakan anak kebutuhan tubuh
nya kurang nafsu
makan
- Orang tua klien
mengatakan
anaknya mual dan
muntah 2x dalam
sehari
DO :
- Klien terlihat
lemas
- Berat badan turun
5 kg
- Kesadaran
composmentis
- Konjungtiva
anemis
- Mukosa bibir
kering dan pucat
- Lidah kotor
(tampak putih
dibagian atas
lidah)
- Porsi makan
habis ¼ porsi
- Muntah 2x
- Bising usus
12x/menit
DS : Terlampir Defisien Pengetahuan
- Orang tua klien berhubungan dengan
bertanya mengenai kurang terpapar
informasi
kondisi kesehatan
anaknya
- Orang tua klien
mengatakan
makanan apa saja
yang dilarang
- Orang tua klien
mengatakan tidak
tahu mengenai
penyakit An.T
DO :
- Orang tua klien
Nampak
kebingungan
mengenai kondisi
kesehatan anak
nya.
D. Prioritas Masalah
4. Anjurkan untuk banyak minum air putih 4. Karena peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan sehingga
perlu diimbangi dengan asupan
cairan yang banyak