Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS JURNAL INTERVENSI MOBILISASI DINI TERHADAP

PASCA OPERASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Belajar Lapangan


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Citra Algiatie Subagja 402019010


Efi Suryani 402019041
Gina Agustiani 402019006
Lusi Medya Sani 402019021
Nabila Mutiara Afra Ghaida 402019033
Novia Dewi Septiyani 402019044
Willie Wijaya 402019031
Yoghie Maroghie Jahuari 402019032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunianya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Praktik Belajar
Lapangan Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah ini yang berjudul “Analisis
Jurnal Intervensi Mobilisasi Dini terhadap Pasien Pasca Operasi di Ruang Zaitun
2 Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat”.
Dalam proses penyusunan tugas ini, kami mengalami banyak permasalahan
namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bu Popy Siti Aisyah, S.Kep., Ners., M.Kep selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan waktu, dukungan, bimbingan, dan pemahaman kepada
kami dalam penyusunan laporan tugas praktik belajar lapangan ini.
2. Pembimbing lapangan preceptor, dan perawat diruang Zaitun 2 Bedah yang
telah membantu dalam penyusunan penelitian tugas ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Kami menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa
dan masih perlu banyak belajar, bahwa tugas ini masih belum sempurna, baik dari
isi maupun sistematika penulisannya maka dari pada itu kami berterimakasih
apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi
menciptakan perawat yang profesional yang berakhlakul karimah.

Bandung, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Kasus atau Skenario Klinis..................................................................................5
C. Metode Penelurusan Bukti..................................................................................5
BAB II HASIL TELAAH JURNAL........................................................................7
A. Hasil Penelusuran Bukti......................................................................................7
B. Tabel Perbandingan Jurnal................................................................................27
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................40
A. Kesimpulan.......................................................................................................40
B. Saran..................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan dengan melakukan

penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian

organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan

obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti apendiksitis, perforasi,

hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus,

inflamasi usus kronis, kolestisitisdan peritonitis. (Syamsuhidayat & Wim De Jong,

2008).

Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad perawatan bedah

telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di dunia. Diperkirakan

230 juta tindakan bedah dilakukan di seluruh dunia. Data Tabulasi Nasional

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, tindakan bedah

menempati urutan ke 11 dari 50 penanganan pertama pola penyakit di rumah sakit

se Indonesia dengan presentase 12,8 % dan diperkirakan 32% diantaranya

merupakan tindakan bedah laparatomi (Kusumayanti, 2013).

Laporan Kementerian Republik Indonesia menyebutkan jumlah kasus

laparatomi di Indonesia meningkat dari 3281 kasus pada tahun 2011 dan

3625 kasus pada tahun 2014. Presentase jumlah kasus laparatomi yang

ditangani di rumah sakit pemerintah sebesar 38,5% dan rumah sakit swasta

sebesar 60,5% (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

1
Tindakan insisi pada laparatomi menyebabkan luka sayat yang harus

diperhatikan derajat kesembuhan lukanya karena resiko tinggi terjadi infeksi

dan perdarahan. Salah satu hal yang berperan pada proses penyembuhan

luka adalah mobilisasi dini yang dipercaya dan terbukti dapat

meningkatkan proses penyembuhan luka (Christina & Kristanti, 2011).

Penyembuhan luka merupakan salah satu proses fisiologis dari sel dan

jaringan yang melakukan regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui

pertumbuhan sel. Penyembuhan luka bersifat primer terjadi pada luka pasca

operasi, penyembuhan luka akan berjalan cepat apabila tidak terdapat benda asing

atau infeksi pada luka. Di dalam penyembuhan ini kulit akan merapat dan

saling berdekatan sehingga mempunyai resiko infeksi yang rendah.

Sebaliknya pada penyembuhan luka sekunder penyembuhan luka akan lama

hal ini disebabkan karena adanya benda asing atau infeksi di dalam luka.

Luka setelah dilakukan pembedahan laparatomi akan mengalami proses

penyembuhan luka yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase inflamasi,fase

proliferasi, dan fase maturasi. Pada fase inflamasi sangat memerlukan

sirkulasi darah yang baikguna membantu memenuhi nutrisi sel dalam darah

dan mempercepat pertumbuhan jaringan. Luka sudah tidak menunjukkan tanda-

tanda klinis fase inflamasi (rubor, dolor, calor, tumor) 3-4 hari pasca

pembedahan (Potter & Perry, 2005).

Sulistyawati (2012) mengatakan bahwa beberapa pasien post operasi

sangat takut untuk melakukan mobilisasi pasca operasi. Hal ini disebabkan karena

pasien merasa sangat kesakitan saat bergerak pasca efek anestesi operasi tersebut

2
hilang. Disamping itu, pasien juga mengungkapkan kekhawatiran jahitan luka

bekas operasi akan meregang atau terbuka jika mereka melakukan mobilisasi

pasca operasi. Mereka beranggapan mobilisasi dapat menyebabkan terjadinya

ruam atau lecet pada bagian abdomen bagian bawah, kekakuan ataupenegangan

otot –otot di seluruh tubuh, pusing dan susah bernafas, juga susah buang air

besar maupun berkemih. Hal inilah yang menyebabkan banyak diantara

mereka untuk lebih memilih diam atau tidak bergerak diatas tempat tidur.

Mobilisasi bermanfaat untuk meningkatkan kecepatan dan kedalaman

pernafasan, meningkatkan sirkulasi perdarahan, meningkatkan berkemih untuk

mencegah retensi urin, meningkatkan metabolisme, meningkatkan

peristaltik usus (Mubarak, 2015).

Fungsi usus akan lebih cepat bekerja seperti biasa dalam waktu dua

sampai tiga hari pasca operasi. Eliminasi usus kadang tidak terjadi hingga

hari ketiga sampai hari keempat setelah pembedahan. Hal ini disebabkan

karena pembatasan intake minum serta pengaruh anestesi dan immobilisasi yang

lama.

Setelah laparatomi terjadi ileus adinamik atau ileus paralitik yaitu suatu

keadaan di mana usus gagal atau tidak mampu melakukan konstraksi

peristaltik untuk mengeluarkan isinya. Biasanya timbul satu sampai empat hari

setelah laparatomi. Bila keadaan ini menetap sampai lebih dari empat hari

maka perlu dicari penyebabnya. Bahkan pergerakan usus secara spontan

pertama kali akan muncul empat sampai lima hari setelah pembedahan. Hal

3
tersebut baru menunjukkan bahwa fungsi gastrointestinal sudah kembali

normal.

Hal ini didasarkan pada struktur anatomi kolon di mana gelembung udara

bergerak dari bagian kanan bawah ke atas menuju fleksus hepatik, mengarah

ke fleksus spleen kiri dan turun kebagian kiri bawah menuju rektum.

Menurut Doenges, Marhouse dan Geissler (2000), bahwa mobilisasi dini yang

berupa latihan di tempat tidur, berpindah ke tempat tidur lainnya dapat

merangsang peristaltik dan kelancaran flatus.

Selain itu post operasi laparatomi akan mengalami nyeri, menurut Roper

(2002) dalam Yanti (2010) penatalaksaan nyeri ada dua yaitu farmakologis

dan non-farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis dengan obat-obatan

sedangkan non-farmakologi sangat beragam seperti teknik relaksasi dan

mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan

segera pada pasien paska operasi dimulai dari bangun dan duduk disisi

tempat tidur sampai pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar

berjalan dengan bantuan alat sesuai kondisi pasien.

Mobilisasi akan mencegah kekakuan otot dan sendi, mempercepat

peningkatan peristaltik usus, menjamin kelancaran peredaran darah,

memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis

organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan

luka pada pasien tersebut (Potter dan Perry, 2006).

4
B. Kasus atau Skenario Klinis

Klien mengeluh nyeri di area perut kanan bawah. Pada saat dilakukan

pengkajian tanggal 05 November 2019 didapatkan data klien mengatakan sebelum

masuk rumah sakit pada tanggal 28 Oktober 2019 klien merasakan nyeri di area

ulu hati menjalar ke perut. Nyeri yang dirasakan pada saat itu seperti ditonjok dan

klien mengira itu adalah masuk angin. Kemudian pada tanggal 30 Oktober 2019,

klien berobat ke klinik dan diberi terapi obat mual dan nyeri. Pada tanggal 4

November 2019 klien kembali berobat ke klinik dan diberikan terapi lanjutan

namun mengatakan semakin merasakan sakit di area aperut kanan bawah.

Kemudian oleh dokter dilakukan pemeriksaan USG dan foto rontgen dan

dinyatakan terdiagnosa usus buntu (apendisitis) dan harus dilakukan tindakan

operasi. Pada tanggal 5 November 2019 sekitar pukul 18.20 ketika dilakukan

pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri di area perut kanan bawah nyeri

yang dirasakan seperti diremas-remas , nyeri muncul ketika bergerak, dan terkena

udara dingin, skala nyeri 6 dari rentang 0-10 , nyeri muncul ketika klien berjalan

dan bergerak.

C. Metode Penelurusan Bukti

Metode penelusuran jurnal ini berasal dari google scholar yang diakses pada

tanggal 08 November 2019. Penulis menemukan jurnal tentang mobilisasi bagi

pasien post operasi laparatomi. Penulis memilih delapan jurnal yang akan

dianalisa yaitu mobilisasi. Delapan jurnal tersebut memiliki keseragaman yaitu

untuk pasien yang terdiagnosa medis post operasi laparatomi. Sehingga, pasien

5
post operasi laparatomi membutuhkan penanganan yang tepat. Review singkat

delapan jurnal yang digunakan dapat merujuk pada point berikut.

A. Rumusan Masalah

1. P (Patient/Problem)

Pasien post operasi laparatomi di ruang Zaitun 2 bedah RSUD Al-Ihsan

Provinsi Jawa Barat

2. I (Intervention)

Intervensi Mobilisasi dini pada pasien post operasi

3. C (Comparisson)

a. Efektifitas Rom Aktif Dan Mobilisasi Dini Terhadap Kembalinya


Peristaltik Usus
b. Efektifitas Ambulasi Dini dan Kompres Hangat Terhadap Waktu
Defekasi Pertama Pasien Post Operasi
c. Pengaruh Kombinasi Mobilisasi Dini dan Relaksasi Spirtual Terhadap
Tingkat Nyeri Klien
d. Efektifitas SEFT dan mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien pasca bedah
e. O (Outcome)
Tujuan yang diharapkan dalam telaah jurnal ini adalah untuk mengetahui

pengaruh dari mobilisasi dini terhadap nyeri, gerakan peristaltik usus, dan

proses penyembuhan luka pada pasien post operasi laparatomi di ruang

Zaitun 2 bedah RSUD Al- Ihsan Provinsi Jawa Barat.

BAB II

HASIL TELAAH JURNAL

6
A. Hasil Penelusuran Bukti

N Jurnal V I
o
1. Efektifitas Rom Aktif V1 (validitas seleksi) : Penelitian ini
Dan Mobilisasi Dini Penelitian ini menggunakan desain pra untuk memb
Terhadap Kembalinya eksperimental static group comparison, yaitu efektifitas ROM
Peristaltik Usus Pada penelitian yang melakukan percobaan/perlakuan dan mobilisasi
Pasien Post Operasi terhadap variabel bebas, kemudian dilakukan terhadap penin
Abdomen Dengan pengukuran (observasi) atau posttest. peristaltik usus
General Anestesi Di Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien
RSUD Kota Saltiga post operasi abdomen dengan general anestesi
dalam satu bulan di RSUD Kota Salatiga.
Tahun : 2016 Teknik pengambilan sampel adalah total
sampling yaitu semua pasien post operasi abdoemn
Penulis : dengan general anestesi sesuai kriteria inklusi dan
Umi Safitri, eksklusi yang telah ditetapkan selama satu bulan di
Mugi Hartoyo, RSUD Kota Salatiga.
Wulandari M Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
pesien post operasi bedah abdomen, pasien
menggunakan general anestesi, pasien dengan
kesadaran composmentis, pasien kooperatif, pasien
bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
pasien yang tidak mempunyai anggota gerak
ekstremitas bawah, pasien yang sudah terdengar
peristaltik usus ketika sampai diruang perawatan,
pasien yang selesai operasi dipindahkan ke ruang
ICU.

V2 (validitas informasi) :
Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu
Dua kelompok perlakuan pertama yang diobsevasi
adalah yang diberikan intervensi ROM aktif dan
kelompok perlakuan kedua adalah yang diberikan
intervensi mobilisasi dini. Hasil observasi atau
pengukuran pada perlakuan 1 dan perlakuan kedua
kemudian dibandingkan.

V3 (validitas pengontrolan perancu) :


Penelitian ini tidak dijelaskan adanya faktor
perancu

V4 (validitas analisis) :
Analisis data menggunakan univariat dan bivariat.
Analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh

7
Pengaruh ROM aktif dan mobilisasi dini terhadap
waktu munculnya peristaltik usus. Uji yang
digunakan yaitu uji independent t-test.

V5 (validitas eksterna) :
Semua pasien post operasi abdoemen dengan
general anestesi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
yang telah ditetapkan selama satu bulan di RSUD
Kota Salatiga sebesar 24 pasien.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ajidah (2014) tentang
pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltik usus
pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang
rawat inap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo
Makasar menunjukan ada pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan peristaltik usus pada pasien
post operasi laparatomi.
2. Pengaruh Mobilisasi V1 (validitas seleksi ) Penelitin ini
Dini Terhadap Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk memb
Perubahan Peristaltik dengan teknik penelitian ini adalah pre pengaruh mo
Usus Pada Pasien experimental dengan rancangan one grup pre test – dini pada pasie
Post Op Herniotomy post test design. Populasi dalam penelitian ini op herniotomy
Di Rsi adalah seluruh pasien yang telah menjalani operasi perubahan per
Sakinahmojokerto herniotomy di Ruang Recovery Room RSI Sakinah usus.
Mojokerto yaitu sebanyak 25 responden. Teknik
Tahun : 2019 sampling yang digunakanadalah non probability
sampling dengan teknik consecutive sampling.
Penulis : Nila
Sumani, Binarti Dwi V2 (validitas informasi )
Wahyuningsih, Emyk Pada penelitian ini sampel yang digunakan
Windartik adalah pasien yang telah menjalani operasi
herniotomy di Ruang Recovery RoomRSI Sakinah
Mojokerto dari tanggal 24 januari- 23 februari 2019
sebanyak 25 responden. Responden ini diberi
perlakuan sebelum dan sesudah melakukan
mobilisasi dini.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah lembar observasi berisi data-data
khusus perubahan peristaltik usus.

V3 (validitas pengontrolan perancu )


Penelitian ini tidak dijelaskan adanya factor
perancu

V4 ( validitas analisis)

8
Analisis data menggunakan univariat dan
bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk melihat
pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan
peristaltik usus. Uji yang digunakan yaitu uji
Wilcoxon Signed Rank Test.

V5 (validitas eksterna )
Berdasarkan kriteria diperoleh jumlah responden
sebanyak 25 responden dan diberikan perlakuan
atau intervensi untuk mengetahui pengaruh
mobilisasi dini terhadap perubahan peristaltik usus
pada post op.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ayu Regonawati
(2014) bahwa hasil hipotesis menunjukan adanya
pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltik usus
di RSUD Tugerejo Semarang dengan hasil p Value
(0,001) < α (0,05). Hal ini menunjukan berarti ada
pengaruh mobilisasi dini terhadap peristaltik usus
pada pasien post op.

9
3. Efektifitas AmbulasiV1 (validitas seleksi) : Hasil pen
Dini dan Kompres Populasi dalam penelitian ini populasi penting dite
Hangat adalah semua pasien post operasi dengan karena menun
Terhadap Waktu anestesi umum di RSUD Ambarawa. ada per
Defekasi Pertama gambaran
Pasien V2 (validitas informasi ) : defekasi pertam
Post Operasi Dengan Penelitian ini menggunakan desain pra dilakukan am
Anestesi Umum eksperimental static group comparison, dini dan ko
Di Rsud Ambarawa yaitu penelitian yang melakukan hangat pada
percobaan/perlakuan terhadap variabel post o
Tahun : 2015 bebas, kemudian dilakukan pengukuran dengan anestesi
(observasi) atau posttest.Terdapat dua dengan nilai p s
Penulis : kelompok perlakuan, kelompok perlakuan 0,00. Kompres
Mei Utami pertama yang di observasi adalah yang dapat
diberikan intervensi ambulasi dini dan mempercepat
Publisher: kelompok perlakuan kedua adalah yang defekasi p
Jurnal Ilmu diberikan intervensi kompres hangat.Hasil pasien post o
Keperawatan dan observasi atau pengukuran pada perlakuan dengan a
Kebidanan (JIKK). 1 dan perlakuan kedua kemudian umum.
dibandingkan, namun pada jurnal tersebut tidak
dipaparkan waktu pemberian mobilisasi dini dan
pemberian kompres hangat post oprasinya.

V3 (validitas pengontrolan perancu ) :


tidak dijelaskan perancu pada penelitian ini

V4 ( validitas analisis)
Pada jurnal ini uji normalitas yang telah
dilakukan yaitu menggunakan uji shapirowilk
(jumlah responden <50 responden)
di dapatkan hasil p value 0,418, artinya
data berdistribusi normal. Sehingga uji
statistik yang dilakukan adalah
independent t-test , Hasil penelitian menunjukkan
ada perbedaan gambaran waktu
defekasi pertama yang dilakukan ambulasi dini dan
kompres hangat pada pasien post operasi
dengan anestesi umum dengan nilai p sebesar 0,00.

10
V5 (validitas eksterna)
Teknik sampling penelitian ini adalah purposive
sampling dengaan jumlah sampel 30 responden.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ardiansah (2013) tentang
perbedaan perbedaan keefektifan antara kompres
hangat dengan ambulasi dini terhadap peristaltik
usus pada pasien post operasi sectio caesarea
dengan anestesi spinal di RSUD Batang Tahun
2013 Pasien post operasi dengan anestesi umum
akan mengalami penurunan peristaltik usus karena
anestesi dapat menghalangi impuls parasimpatis
sehingga dapat menyebabkan illeus usus, yaitu
tidak adanya peristaltik usus. Untuk mencegah
illeus usus dan mempercepat defekasi dapat
dilakukan dengan ambulasi dini dan kompres
hangat (Tarwoto & Wartonah, 2010, hlm.132).
Jadi tedapat kesesuaian antara penelitian ini dengan
referensi sebelumnya
4. Pengaruh Kombinasi V1 (validitas seleksi) : Tujuan dari pen
Mobilisasi Dini dan Penelitian ini menggunakan desain penelitian
ini adalah
Relaksasi Spirtual quasy eksperimental: pre-postest control group menganalisis pe
Terhadap Tingkat design. kombinasi mo
Nyeri Klien Teknik sampling yang digunakan adalah dini dan re
Penulis : consecutive sampling yang melibatkan 18 orang spiritual te
Moch Fatkan1, kelompok kontrol dan 18 orang kelompok tingkat nyeri
Ah.Yusuf2, intervensi. post o
Wesiana.Herisanti3 apendektomi
Mahasiswa V2 (validitas informasi) : Rumah Sakit
Universitas Nahdlatul Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu 18 Surabaya.
Ulama Surabaya. orang kelompok kontrol dan 18 orangkelompok
2Universitas intervensi.
Airlangga Surabaya. Pada kelompok intervensi peneliti mengikuti setiap
3Universitas harinya latihan mobilisasi dini dan relaksasi
Nahdlatul Ulama spiritual dilakukan selama 45 menit setiap hari ,
Surabaya kemudian penelitian menilai skor scala nyeri
Tahun : 2018 responden.
Pada kelompok kontrol peneliti tidak mengikuti
Publisher : latihan yang dilakukan oleh pasien hanya menilai
Seminar Nasional dan skor scala nyeri sebelum dilakukan latihan dan dua
Workshop Publikasi hari setelah dilakukan latihan. Pada kelompok
Ilmiah kontrol dilakukan pengukuran tingkat nyeri
“Strategi sebelum dan sesudah latihan sesuai dengan standar
Pengembangan Rumah Sakit. Pada kelompok kontrol responden
Profesionalisme diberikan mobilisasi dini dan relaksasi spiritual.
Perawat Melalui setiap hari oleh perawat selama di Rumah Sakit

11
Peningkatan Kualitas selama 45 menit setiap harinya.
Pendidikan dan
Publikasi Ilmiah” V3 (validitas pengontrolan perancu) :
ISSN. 2579-7719 Penelitian ini tidak dijelaskan adanya faktor
perancu

V4 (validitas analisis) :
Analisis data yang digunakan adalah independent t-
test dengan tingkat signifikansi α 0,05.

V5 (validitas eksterna) :
Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh dewi
(2009) yang menyebutkan bahwa pengukuran rata–
rata tingkat nyeri sebelum diberikan tehnik
relaksasi setelah diklasifikasi dari 10 responden, 4
orang (40%) mengalami nyeri ringan, dan 6 orang
(60%) nyeri sedang, hasil pengukuran tingkat nyeri
rata-rata setelah pemberian tehnik relaksasi dari 10
responden 5 orang (50%) mengalami nyeri ringan
dan 5 orang lagi masih mengalami nyeri sedang,
bila dilihat dari skala nyeri masing-masing
responden (100%) mengalami penurunan persepsi
nyeri ada perbedaan hasil pengukuran skala nyeri
sebelum dan sesudah peberian tehnik relaksasi pada
apendiksitis..
5. Pengaruh Mobilisasi Penelitian Ini Merupakan Penelitian Tentang Penelitian Ini P
Dini terhadap Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan Untuk Meng
Perubahan Tingkat Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendektomi di Pengaruh Mo
Nyeri Klien Post Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember. Dini te
Operasi Apendektomi Penelitian ini menggunakan pre experimental Perubahan T
di Rumah Sakit design dengan metode pendekatanone group Nyeri Klien
Baladhika Husada pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini Operasi Apend
Kabupaten Jember adalah seluruh klien post operasi apendektomi di Rumah Sakit.
pada Bulan Mei 2015 di Ruang Bedah Mawar
Penulis: Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten
Rr. Caecilia Yudistika Jember. Teknik pengambilan sampel yang
Pristahayuningtyas, digunakan adalah consecutive sampling. Sampel
Murtaqib, Siswoyo dalam penelitian ini adalah klien post operasi
apendektomi pada Bulan Mei 2015 di Ruang Bedah
Publikasi: Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada
e-Jurnal Pustaka Kabupaten Jember sebanyak 8 responden.
Kesehatan, vol.4
(no.1), Januari, 2016 V2 (Validitas Informasi)
Penelitian ini menggunakan pre experimental
design dengan metode pendekatanone group
pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini

12
adalah seluruh klien post operasi apendektomi
pada Bulan Mei 2015 di Ruang Bedah Mawar
Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten
Jember. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan lembar observasi Numeric Rating
Scale (NRS). Mobilisasi dini dilakukan 1x24 jam
selama ± 45 menit, dalam 6-8 jam pertama post
operasi apendektomi yang terdiri dari dua
langkah yakni langkah pertama menggerakkan
ekstremitas klien dengan menekuk dan
meluruskannya, masing-masing diulang 3 kali,
setiap pengulangan 8 kali hitungan, kemudian
langkah kedua melakukan miring kanan dan
miring kiri, masing-masing selama 15 menit.

V3 (Validitas Pengontrol Dan Perancu)


Pada penelitian ini tidak dijelaskan adanya faktor
perancu.

V4 (Validitas Analisis)
Analisis data menggunakan analisis deskriptif
dan analisis inferensial. Analisis deskriptif untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
responden. Analisis inferensial menggunakan uji
statistik paramaterik dependent-t test.

V5 (Validitas Eksterna)
Sampel dalam penelitian ini adalah klien post
operasi apendektomi pada Bulan Mei 2015 di
Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika
Husada Kabupaten Jember sebanyak 8 responden.
Hasil uji statistik dependent t-test, didapatkan
hasil uji bivariat dependent t-test atau paired t-
test dengan p value = 0,000 yang artinya terdapat
perbedaan bermakna antara skala nyeri sebelum
dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri
setelah dilakukan mobilisasi dini. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, nilai skala nyeri
responden setelah dilakukan mobilisasi dini
didapatkan hasil bahwa 100% responden
mengalami penurunan nilai skala nyeri dan hasil
rerata penurunan skala nyeri klien sebelum dan
setelah dilakukan mobilisasi dini adalah dari rerata
7,75 yang termasuk kategori skala nyeri berat
menjadi 5,62 yang termasuk kategori skala nyeri

13
sedang.
Penelitian yang dilakukan Dian Novita pada
tahun 2012, menunjukkan bahwa skala nyeri
yang mayoritas dialami oleh klien post operasi
adalah kategori skala nyeri berat. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, skala nyeri
responden sebelum dilakukan mobilisasi dini
walaupun mayoritas ada di skala 10 yakni kategori
nyeri berat, namun terdapat 2 responden yang juga
mengalami nyeri dan berada pada skala nyeri
sedang. Nyeri merupakan sensasi subjektif, rasa
yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial.
6. Efektifitas SEFT dan V1 (Validasi Seleksi) Tujuan peneliti
mobilisasi dini Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien adalah
terhadap penurunan pasca bedah dengan general anestesi yang dirawat mengetahui Efe
skala nyeri pada di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. Teknik terapi SEFT
pasien pasca bedah pengambilan sampel menggunakan teknik mobilisasi
dengan general nonprobability sampling menggunakan metode terhadap pen
anastesi di RS.Panti purposive sampling dengan total 32 orang sebagai skala nyeri
Wilasa Citarum sampel pasien pasca
Semarang dengan a
V2 (Validasi Informasi) general di RS
Penulis: Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Wilasa CI
Alex Sander Oky Experiment Design. Rancangan penelitian ini Semarang
Ferdian, Sri Puguh K, adalah pre test and post test design, rancangan
Supriyadi penelitian ini tidak memakai kelompok kontrol,
kemudian dilakukan pre test pada kedua kelompok
Publikasi : tersebut, diikuti dengan intervensi pada kedua
Jurnal Ilmu kelompok. Setelah beberapa waktu dilakukan post
Keperawatan dan test pada kedua kelompok . Penelitian ini
Kebidanan dilakukan di ruang Anggrek dan Cempaka Rumah
Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal
Tahun : 16 Maret 2015 sampai 13 April 2015 .
2015 Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu skala
nyeri Numeric Rating Scale (NRS), lembar
karakteristik responden, dan lembar observasi. NRS
digunakan untuk mengukur nyeri dan lembar
karakteristik responden berisi indentitas responden
(nama inisial, usia, jenis kelamin,dan pendidikan),
sedangkan lembar observasi berisi skala nyeri yang
terdiri dari skala pengukuran nyeri sebelum dan
sesudah diberikan intervensi.

V3 (validitas pengontrolan perancu)


Pada penelitian ini disimpulkan tidak terdapat

14
perancu

V4 (validitas analisis)
Data dianalasisi dengan analisis univariate dan
bivariate.
Variable yang dianalisis mengunakan analisis
univariat yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan
intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan
intervensi SEFT dan mobilisasi dini.
Variabel yang dianalisis menggunakan analisis
bivariate yaitu efektivitas terapi SEFT dan
mobilisasi dini dalam mengurangi intensitas nyeri
pasien pasca bedah
Dilakukan uji normalitas data menggunakan uji
Shapiro-Wilk. Hasil uji Shapiro-Wilk intensitas
nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi SEFT
diperoleh nilai p= 0,001 dan p= 0,268 sehingga uji
statistic yang digunakan adalah Wilcoxon.
Hasil uji normalitas intensitas nyeri sebelum dan
sesudah diberikan mobilisasi dini diperoleh nilai p=
0,003 dan p= 0,012 sehingga menggunakan uji
statistik Wilcoxon. Sedangkan untuk mengetahui
efektivitas antara terapi SEFT dan mobilisasi dini
diperoleh normalitas pada intensitas nyeri sesudah
intervensi p= 0,061 sehingga menggunakan uji
stastistik independent t.

V5 (validitas eksternal)
Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 32
orang dibagi kedalam 2 kelompok intervensi yaitu
16 orang kelompok intervensi SEFT dan 16 orang
kelompok intervensi mobilisasi dini.
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wijiyanti (2010) tentang
efektivitas terapi SEFT terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien paska SC dengan p-
value 0,000. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
studi yang dilakukan di University of California
San Diego Medical Center (2010) bahwa mobilisasi
dini dapat mengurangi lama rawat inap pasien
pasca bedah ortopedi (4,3 sampai 2,8 hari),dan
mengurangi nyeri (dibawah 4).

15
7. Hubungan Mobilisasi V1 (Validasi Seleksi) Hasil penelitia
Dini dengan Proses Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang untuk meng
penyembuhan luka dilakukan tindakan laparatomi RSUP Dr. M Djsmil hubungan mo
pada pasien pasca Padang. Subjek yang dipilih adalah pasien pasca dini dengan
laparatomi di Bangsal laparatomi dibangsal bedah pria dan wanita RSUP penyembuhan
Bedah Pria dan Dr.M. Djamil Padang yang memenuhi kriteria pada pasien
Wanita RSUP Dr. M inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah pasien laparatomi.
Djamil Padang laparatomi yang dirawat dibangsal bedah pria dan
Penulis: wanita RSUP Dr.M. Djamil Padang : Pasien
Wira Ditya dengan anastesi umum, pasien dengan
Arsih Zahari hemodinamik yang stabil, bersedia menjadi
Afri Wardi responden. Kriteria ekslusi adalah pasien
laparatomi dengan komplikasi : pasien dengan
status gizi yang buruk, Pasien dengan penyakit
Publikasi diabetes melitus, pasien yang pernah atau sedang
Jurnal kesehatan mendapatkan terapi sitostatika. jumlah sample 31
andalas 2016 ; 5 (3) responden yang diambil secara consecutive
sampling technique.
Tahun :
2016
V2 (Validasi Informasi)
Penelitian ini menggunakan rancangan cross
sectional study
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan
lembar observasi. Data dikumpulkan dengan
kuesioner mobilisasi dini dengan 5 pertanyaan dan
lembar observasi proses penyembuhan luka dengan
5 kategori.

V3 (validitas pengontrolan perancu)


Pada penelitian ini disimpulkan tidak terdapat
perancu

V4 (validitas analisis)
Analisa data secara univariat dan bivariat
mengguanakan uji chi square dengan derajat
kepercayaan 95%. Variabel dependen adalah proses
penyembuhan luka sedangkan variable independen
adalah mobilisasi dini. Hasil analisis bivariat
menunjukan dari seluruh responden yang berjumlah
31 orang, 14 responden mengalami proses
penyembuhan luka yang baik dengan mobilisasi
dini terlaksana. Sebanyak 3 responden mengalami
proses penyembuhan luka tidak terlaksana.

V5 (validitas eksternal)

16
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Yusuf tahun
2013 tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap
prosespenyembuhan luka post appendiktomy di
RSUD Prof. Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun
2013. Diperoleh p=0,000 yang berarti bahwa
mobilisasi dini mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap penyembuhan luka. Pada
penelitian yusuf ini, pasien dengan mobilisasi dini
yang kurang baikmempunyai kemungkinan 20 kali
untuk mengalami luka tidak sembuh dibandingkan
pasien dengan mobilisasi dini yang baik (RO =
19,50). Mobilisasi dini dapat mem[ersingkat masa
pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti
prapembedahan. Hal ini tentu akan mengurangi
waktu rawat inap di rumah sakit, menekan biaya
perawatan, mengurangi stress psikis.

8. Efektifitas Mobilisasi V1 (validitas seleksi) : Penelitian


Dini Terhadap Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien bertujuan
Penyembuhan Luka post op hernia inguinalis di RS Bedah Mitra Sehat mengetahui efe
Post Operasi Hernia Lamongan . Teknik pengambilan sampel dalam mobilisasi te
Inguinal penelitian adalah consecutive sampling yaitu pasien proses penyem
post op hernia inguinalis yang memenuhi kriteria luka post op ing
Publikasi : inklusi dengan total sampling 22 orang
Jurnal Keperawatan
Vol10 No 2 Juli V2 (validitas informasi) :
Design penelitian adalah quasi eksperimen dengan
Tahun : 2017 pendekatan postest only control group design .
Jumlah sampel diabi kedalam 2 kelompok yaitu
Penulis : kelompok intervensi 11 orang dan kelompok
Uchi Wulan Sari, Edy control 11 orang.
Siswantoro, Puteri Dilakukan intervensi selama 4 hari pada kelompok
Indah Dwipayanti intervensi dan di hari terakhir dilakukan observasi
luka . instrument yang digunakan pada penelitian
ini adalah lembar observasi percepatan pemulihan
luka post op hernia inguinalis dengan jumlah 4
pertanyaan .

V3 (validitas pengontrolan perancu) :


Faktor perancu dalam penelitian ini adalah usia
responden > 40 tahun

V4 (validitas analisis) :
Uji statistic menggunakan statistic Chi-square

17
V5 (validitas eksterna) :
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Semua
pasien post op hernia inguinal, pasien berusia >20
tahun, pasien post op hernia inguinalis hari ke 1
9. Pengaruh Mobilisasi V1 (validitas seleksi) : diberikan pend
Dini Pasien Pasca Penelitian ini merupakan penelitian Quasi tentang mobilisa
Operasi Abdomen eksperimental dengan pendekatan posttest control dan dipantau
Terhadap group design. dibantu terus
Penyembuhan Luka Pengambilan sampel dengan teknik Sampling melakukan mo
Dan Fungsi Kuota untuk mencapai sampel sebanyak 10 orang dini (kel
Pernafasan untuk setiap kelompok (kontrol dan perlakuan) total perlakuan), kem
Penulis : sample 20 orang. kelompok
Reni Prima Gusty untuk bedah
Pempublis : V2 (validitas informasi) : dan
NERS JURNAL Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif pra masingmasing
KEPERAWATAN eksperimental dengan pendekatan one group pra- orang yang
VOLUME 7, No post tes design. diberikan pend
2,Desember 2017 : Instrumen yang di gunakan adalah mobilitasi dini tentang mo
106-113 dini. Pem
V3 (validitas pengontrolan perancu) : pendidikan kes
Dalam penelitian ini tidak di sebutkan variable sudah dilakukan
perancu pada saat preo
dan berlanjut
V4 (validitas analisis) : post operasi se
Penelitian ini melihat perbedaan penyembuhan luka kelompok per
dan fungsi pernafasan pada pasien post operasi benar dikend
abdemen yang menjalankan mobilisasi dini sesuai dalam perlakuan
standar prosedur yang telah dibuatkan (kelompok Analisa menggu
perlakuan) dengan kelompok yang melakukan Uji Mann W
mobilisasi dini tidak sesuai standar. Hasil ini akan Hasil pen
dianalisa menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan te
perbedaan
V5 (validitas eksterna) : penyembuhan
Hal ini sesuai menurut Flanagan dan Mark- dan fungsi pern
Maran,1997 yang menyatakan meningkatkan pasien post o
aktivitas fisik atau dilakukannya mobilisasi dini abdomen
pasca bedah akan meningkatkan sirkulasi, nutrisi kelompok yang
serta pengobatan yang adekuat pada luka pos melakukan mo
operasi. Seiring dengan Garrison (2004) dini sesuai pr
menyatakan salah satu manfaat dari mobilisasi dini (kontrol) d
adalah meningkatkan fungsi paru. kelompok
melakukan mo
dini sesuai pr
perlakuan
bedah mayor de
= 0.000.

18
terdapat per
pada
pernafasan pasie
operasi ab
antara kel
kontrol d
perlakuan untuk
minor dengan
0,067 dan te
perbedaan ber
penyembuhan
pasien post o
abdomen
kelompok k
dengan per
untuk bedah
dengan p= 0,000

B. Tabel Perbandingan Jurnal

Jurnal (1) Jurnal (2) Jurnal (3) Jurnal (4) Jurnal (5) Jurna (6) Jur
Judul Efektifitas Pengaruh Efektifitas Pengaruh Pengaruh Efektifitas Hub
Jurnal Rom Aktif Mobilisasi Ambulasi Kombinasi Mobilisasi SEFT dan Mo
Dan Dini Dini dan Mobilisasi Dini mobilisasi Din
Mobilisasi Terhadap Kompres Dini dan terhadap dini Pro
Dini Perubahan Hangat Relaksasi Perubahan terhadap Pen
Terhadap Peristaltik Terhadap Spirtual Tingkat penurunan Luk
Kembalin Usus Pada Waktu Terhadap Nyeri Klien skala nyeri Pas
ya Pasien Post Defekasi Tingkat Post Operasi pada pasien Lap
Peristaltik Op Pertama Nyeri Klien Apendektom pasca bedah Ban
Usus Pada Herniotomy Pasien i di Rumah dengan Pria
Pasien Di Rsi Post Sakit general Wa
Post Sakinahmojo Operasi Baladhika anastesi di Dr.
Operasi kerto Dengan Husada RS.Panti Pad
Abdomen Anestesi Kabupaten Wilasa
Dengan Umum Jember Citarum
General Di Rsud Semarang
Anestesi Ambarawa
Di RSUD
Kota
Saltiga
Jumlah 24 25 30 36 responden 8 responden 32 31 r
Respond responden Responden responden responden

19
en
Jenis Post Post Op Post opersi Post operasi Post operasi Pasca bedah Pas
Penyakit operasi Herniotomy dengan apendisitis Apenektomi/ Dengan Lap
abdomen anastesi abdomen anastesi
umum general
Hasil Hasil Hasil uji hasil Hasil analisi Hasil uji Terdapat Has
Ukur analisis Wilcoxon penelitian data statistik efektifitas biva
didapatkan Signed Rank pada didapatkan dependent t- penurunan men
bahwa Test responden bahwa test, skala nyeri dari
waktu didapatkan yang nilaip=0.000 didapatkan antara terapi resp
munculny nilai ρ value diberikan pada hasil uji SEFT dan yan
a (0,000) < α mobilisasi kelompok bivariat mobilisasi berj
peristaltik (0,05) artinya dini intervensi, dependent t- dini pada oran
usus Hoditolak sebanyak 15 yang berarti test atau pasien pasca seba
setelah dan responden bahwa ada paired t-test bedah resp
diberikan H1diterima, terdapat 12 pengaruh dengan p dengan men
mobilisasi jadi ada responden mobilisasi value = anastesi pros
dini pada pengaruh yang dinidan 0,000 yang general pen
pasien mobilisasi mengalami relaksasi artinya luka
post dini tehadap defekasi spiritual terdapat den
operasi perubahan pertama terhadap perbedaan mob
abdomen peristaltik pada tingkat nyeri bermakna terla
dengan usus pada rentang pada pasien antara skala yait
general pasien post waktu post operasi nyeri 14
anestesi op antara 21 apendektomi. sebelum (82,
ratarata herniotomy. jam – 47 Hasil analisis dilakukan seba
27,58 Hal ini jam post data mobilisasi kec
menit menunnjukka operasi. didapatkan dini dengan ada
terhitung n bahwa Sedangkan nilai p = skala nyeri resp
sejak 4 sebelum responden 0.000 pada setelah den
jam diberikan yang kelompok dilakukan mob
selesainya perlakuan mengalami kontrol yang mobilisasi tida
tindakan atau defekasi ≥ berarti bahwa dini. terla
operasi, intervensi 48 jam atau ada pengaruh Berdasarkan yan
waktu hampir mengalami latihan sesuai penelitian men
tercepat seluruhnya konstipasi standar yang pros
25 peristaltik sebanyak 3 Rumah Sakit dilakukan, pey
menit dan usus pasien responden, terhadap nilai skala luka
waktu post op hasil tingkat nyeri . nyeri yait
terlama 30 dengan hasil penelitian Tingkat nyeri responden 3
menit. 1-5 x/menit pada sebelum setelah (17,
rata-rata sebanyak 20 responden pemberian dilakukan Nila
waktu responden yang kombinasi mobilisasi 0,00
munculny (80%), dan diberikan mobilisasi dini kec
a setelah kompres dini dan didapatkan sehi
peristaltik diberikan hangat relaksasi hasil bahwa disi

20
usus perlakuan sebanyak 15 spiritual pada 100% bah
setelah mobilisasi responden kelompok responden hub
diberikan rata-rata terdapat 11 intervensi mengalami sign
mobilisasi mengalami responden nilai 5.67 dan penurunan anta
dini peristaltik yang 6.39 pada nilai skala mob
sebesar usus dengan mengalami kelompok nyeri dan den
27,58 hasil 6-10 defekasi kontrol. hasil rerata pen
menit. x/menit pertama penurunan luka
Berdasark sebanyak 12 pada skala nyeri lapa
an analisis responden rentang klien
statistik (76,0%). waktu ≤ 20 sebelum dan
mengguna jam post setelah
kan uji operasi. dilakukan
Independe Sedangkan mobilisasi
nt t test responden dini adalah
didapatkan yang dari rerata
nilai ρ mengalami 7,75 yang
value defekasi termasuk
0,000. pertama kategori
Terdapat pada skala nyeri
pengaruh rentang berat
mobilisasi waktu menjadi 5,62
dini antara 21 yang
terhadap jam – 47 termasuk
waktu jam post kategori
munculny operasi skala nyeri
a sebanyak 4 sedang.
peristaltik responden
usus yang dan tidak
dilakukan terdapat
pada responden
pasien yang
post mengalami
operasi konstipasi.
abdomen hasil uji
dengan statistik
general efektifitas
anestesi. ambulasi
dini dan
kompres
hangat
terhadap
waktu
defekasi
pertama
pasien post

21
operasi
dengan
anestesi
umum di
RSUD
Ambarawa
menggunak
an uji
Independent
T-test
didapatkan
p value
0,000.
Lama Tidak Tidak Tidak Pada Mobilisasi Terapi SEFT Tid
Latihan dijelaskan dijelaskan dijelaskan kelompok dini dilakukan dije
intervensi dilakukan selama 15
dan 1x24 jam menit
kelompokk selama ± 45 dengan
kontrol menit, dalam melakukan
responden 6-8 jam tapping pada
diberikan pertama post titik
mobilisasi operasi meridian ,
dini dan apendektomi sedangkan
relaksasi yang terdiri untuk
spiritual dari dua mobilisasi
selama 45 langkah dini tidak
menit setiap yakni dijelaskan
harinya. langkah teknik
Untuk pertama mobilisasi
kelompok menggerakk seperti apa
intervensi an dan berapa
dilakuksecara ekstremitas lama waktu
rutin klien pemberian
sedangkan dengan intervensi
untuk menekuk
kelompok dan
kontrol meluruskann
peneliti tidak ya, masing-
mengikuti masing
latihan yang diulang 3
dilakukan kali, setiap
oleh pasien, pengulangan
hanya 8 kali
menilai skor hitungan,
scala nyeri kemudian
sebelum langkah

22
dilakukan kedua
latihan dan melakukan
dua harimiring
setelah kanan dan
dilakukan miring kiri,
latihan. masing-
masing
selama 15
menit
Alat Instrument Instrumen Lembar Instrument Instrument Alat ukur Dat
Ukur yang yang observasi. yang yang yang diku
digunakan digunakan digunakan digunakan digunakan mel
yaitu dalam yaitu scala yaitu adalah skala kue
mobilisasi pengumpulan nyeri mobilisasi nyeri lem
dini data adalah dini Numeric obs
lembar Rating Scale
observasi (NRS),
berisi data- lembar
data khusus karakteristik
perubahan responden,
peristaltik dan lembar
usus observasi.

2b 2b 2b 2b 2a

23
BAB III

PEMBAHASAN

Masalah yang ada pada pasien post operasi laparotomy adalah adalah nyeri,

penurunan peristaltik usus serta keterbatasan lingkup gerak sendi (imobilisasi)

karena luka bekas operasi (Ditya, Zahari, dan Afriwardi, 2016). Dalam Ditya dkk

(2016), Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor,

dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk

mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (perdarahan,

perforasi, kanker, dan obstruksi).

Tindakan laparatomi dapat dilakukan dengan beberapa arah sayatan: (1)

median untuk operasi perut luas, 2) paramedian (kanan) umpamanya untuk

massa appendiks, (3) pararektal, (4) McBurney untuk appendektomi, (5)

Pfannenstiel untuk operasi kandung kemih atau uterus, (6) transversal, (7)

subkostal kanan umpamanya untuk kolesistektomi. Mobilisasi merupakan

suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk melakukan

aktifitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap gaya berjalan, latihan

maupun kemampuan aktivitas (Perry&potter, 2010). Menurut Kiik (2013)

menyebutkan adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan

peristaltik usus pada pasien pasca operasi abdomen.

Pada jurnal pertama, dalam penelitian ini dengan melakukan ROM aktif dan

mobilisasi dini, penelitian ini menunjukkan bahwa waktu munculnya peristaltik

24
usus setelah diberikan mobilisasi dini pada pasien post operasi abdomen dengan

general anestesi rata-rata 27,58 menit terhitung sejak 4 jam selesainya tindakan

operasi, waktu tercepat 25 menit dan waktu terlama 30 menit. rata-rata waktu

munculnya peristaltik usus setelah diberikan mobilisasi dini sebesar 27,58 menit.

Dengan nilai statistik dengan hasil p= 0,000 terdapat pengaruh mobilisasi dini

terhadap waktu munculnya peristaltik usus yang dilakukan pada pasien post

operasi abdomen dengan general anestesi.

Pada jurnal kedua, penelitian ini dengan melakukan mobilisasi terhadap

pasien post operasi herniotomy mempengaruhi perubahan peristaltik usus pada

psien, dimana hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan perlakuan atau

intervensi hampir seluruhnya peristaltik usus pasien post operasi dengan hasil 1-5

x/menit sebanyak 20 responden (80%), dan setelah diberikan perlakuan mobilisasi

rata-rata mengalami peristaltik usus dengan hasil 6-10 x/menit sebanyak 12

responden (76,0%). Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai ρ value

(0,000) ada pengaruh mobilisasi dini tehadap perubahan peristaltik usus pada

pasien post op herniotomy.

Pada jurnal ketiga, ambulasi dini dan kompres hangat berpengaruh terhadap

proses defekasi pertama pada pasien post operasi dengan hasil uji Independent T-

test didapatkan p value = (0,000), pada responden yang diberikan kompres hangat

sebanyak 15 responden terdapat 11 responden yang mengalami defekasi pertama

pada rentang waktu ≤ 20 jam post operasi. Sedangkan responden yang mengalami

defekasi pertama pada rentang waktu antara 21 jam – 47 jam post operasi

sebanyak 4 responden dan tidak terdapat responden yang mengalami konstipasi.

25
Pada jurnal keempat, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nyeri dapat

berkurang dengan melakukan intervensi mobilisasi dini dan relaksasi spiritual.

Dalam penelitian tersebut dimana mobilisasi dini dan relaksasi spiritual diberikan

pada pasien post operasi apendisitis berpengaruh pada tingat nyeri dengan hasil

analisis data didapatkan nilai p = 0.000.

Pada jural kelima, Hasil uji statistik dependent t-test, didapatkan hasil uji

bivariat dependent t-test atau paired t-test dengan p value = 0,000 yang artinya

dalam jurnal ini menunjukkan adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap

penurunan tingkat nyeri pasien post operasi apendektomy/abdomen. skala nyeri

sebelum dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri setelah dilakukan

mobilisasi dini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut, nilai skala

nyeri responden setelah dilakukan mobilisasi dini didapatkan hasil bahwa

100% responden mengalami penurunan nilai skala nyeri dan hasil rerata

penurunan skala nyeri klien sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini

adalah dari rerata 7,75 yang termasuk kategori skala nyeri berat menjadi

5,62 yang termasuk kategori skala nyeri sedang.

Pada jurnal keenam, penelitia ini menjelaskan dimana untuk mengurangi

tingkat/skala nyeri dengan terapi SEFT dan mobilisasi dini. Pada penelitian ini

dimana terapi SEFT dan mobilisasi dapat menurunkan skala/tingkat nyeri pada

pasien pasca bedah dengan general anestesi.

Pada jurnal ketujuh, menunjukkan sebagian besar responden mengalami

proses penyembuhan luka yang baik dengan mobilisasi dini terlaksana, yaitu

sebanyak 14 orang (82,4%) dan sebagian kecilnya adalah responden dengan

26
mobilisasi dini tidak terlaksana yang mengalami proses peyembuhan luka yang

baik, yaitu sebanyak 3 responden (17,6%). Hasil dari uji statistik nilai p = 0,003

ini lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mobilisasi dini

dengan proses penyembuhan luka pasca laparatomi.

Pada jurnal kedelapan mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka

post op hernia inguinal. Dalam penelitian tersebut dimana dengan diberikan

intervensi mobilisasi dini lakukan selama 4 hari, namun tidak dijelaskan berapa

kali dan durasi waktunya untuk dilakukan intervensi tersebut.

Jurnal kesembilan, pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan

penyembuhan luka dan fungsi pernafasan pasien post operasi abdomen antara

kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini sesuai prosedur (kontrol) dengan

kelompok yang melakukan mobilisasi dini sesuai prosedur perlakuan untuk bedah

mayor dengan p = 0.000. tidak terdapat perbedaan pada fungsi pernafasan pasien

post operasi abdomen antara kelompok kontrol dengan perlakuan untuk bedah

minor dengan p= 0,067 dan terdapat perbedaan bermakna penyembuhan luka

pasien post operasi abdomen antara kelompok kontrol dengan perlakuan untuk

bedah minor dengan p= 0,000.

Kesimpulan dari 9 jurnal yang telah di telaah oleh penulis menyatakan bahwa

terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan perstaltik usus, terhadap

penurunan nyeri dan penyembuhan luka post operasi laparatomi, Menurut Kiik

(2013) Menyebutkan adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu

pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi abdomen. Pemulihan

27
peristaltik usus yang lebih cepat oleh adanya kegiatan mobilisasi dini disebabkan

oleh kegiatan latihan (mobilisasi) tersebut pada sistem kardiovaskuler, pernafasan,

metabolisme. Latihan menyebabkan peningkatan curah jantung dan meningkatkan

aliran balik vena. Peningkatan pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca

operasi menunjukan bahwa pada pasien yang melakukan mobilisasi dini rata rata

meningkat (Sumani, Wahyuningsih & windartik, 2019). Penelitian tentang

mobilisasi dini terhadap perubahan peristaltik usus pada pasien post op herniotomi

oleh Sumani, Wahyuningsih & windartik (2019), diberikan intervensi hampir

seluruhnya peristaltik usus pasien post op dengan hasil 1-5 x/menit sebanyak 20

responden (80%), dan setelah diberikan perlakuan mobilisasi rata-rata mengalami

peristaltik usus dengan hasil 6-10 x/menit sebanyak 12 responden (76,0%). Hasil

uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai ρ value (0,000) ada pengaruh

mobilisasi dini tehadap perubahan peristaltik usus pada pasien post op

herniotomy.

Penelitian Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Klien

Post Operasi Apendektomi di Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember

oleh Pristahayuningtyas, Murtaqib & Siswoyo (2016) Mobilisasi dini dilakukan

1x24 jam selama ± 45 menit, dalam 6-8 jam pertama post operasi apendektomi

yang terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama menggerakkan ekstremitas

klien dengan menekuk dan meluruskannya, masing-masing diulang 3 kali,

setiap pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua melakukan miring

kanan dan miring kiri, masing-masing selama 15 menit. Hasil uji statistik

dependent t-test, didapatkan hasil uji bivariat dependent t-test atau paired t-test

28
dengan p value = 0,000 yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara skala

nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri setelah dilakukan

mobilisasi dini. Penurunan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi juga di

pengaruhi karena mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi

nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah

operasi, mengurangi aktivitas mediator kimiawi seperti histamin, bradikinin,

protaglandin, asetilkolin, subtansi P, leukotrien, dan kalium dalam proses

peradangan yang meningkatkan respon nyeri menuju syaraf pusat. Pergerakan

fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur dengan menggerakan tangan dan kaki

yang bisa di tekuk dan di luruskan, mengontraksikan otot-otot dalam keadaan

statis maupun dinamis termasuk pergerakan badan lainnya, miring kiri atau miring

kanan (Ganong, 2008. hlm.147 & Sharewood, 2011 hlm.211).

Penelitian Hubungan Mobilisasi Dini dengan Proses penyembuhan luka pada

pasien pasca laparatomi di Bangsal Bedah Pria dan Wanita RSUP Dr. M Djamil

Padang oleh Wira Ditya, Arsih Zahari dan Afri Wardi (2016) hasil dari nilai p =

0,003 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka pasca

laparatomi. Sejalan dengan penelitian dengan Mobilisasi dini dapat

mempersingkat masa pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti

prapembedahan. Hal ini tentu akan mengurangi waktu rawat inap di rumah sakit,

menekan biaya perawatan, mengurangi stress psikis oleh yusuf (2013).

Penyembuhan luka juga bisa dipengaruhi adanya gerakan dari luar (mobilisasi

dini). Hal ini disesuaikan dengan teori jika dilakukan mobilisasi dini pada post

29
operasi hernia inguinalis dapat mempercepat penyembuhan luka, dimana dengan

sirkulasi darah yang adekuat akan menjamin tersedianya suplai oksigen dan

nutrisi yang dibuthkan untuk proses penyembuhan luka. Selain itu, aliran darah

yang adekuat juga berfungsi untuk membuang zat sisa, toksin, bakteri (Garrion,

2004). Pengaruh mobilisasi setelah pasca operasi laparatomi sangat besar

manfaatnya dalam proses penyembuhan luka, karena mobilisasi dapat

meningkatkan sirkulasi di daerah insisi sehingga akan meningkatkan transfortasi

zat-zat esensial yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Noer, 2010).

30
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari kesembilan jurnal yang telah di telaah oleh penulis dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan perstaltik

usus, terhadap penurunan nyeri dan penyembuhan luka post operasi

laparatomi, Menurut Kiik (2013) Menyebutkan adanya pengaruh mobilisasi

dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi

abdomen. Salah satu jurnal ini juga dapat diterapkan dirumah sakit dan

dimasyarakat karena tidak membutuhkan alat dan bisa dilakukan dengan

dibimbing oleh keluarga, tenaga kesehatan maupun dilakukan sendiri.

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Latihan mobilisasi dini dapat digunakan sebagai referensi tambahan

terhadap peningkatan peristaltik usus, penurunan nyeri, dan penyembuhan

luka pada pasien post operasi.

2. Bagi Rumah Sakit

Latihan mobilisasi dini dapat digunakan sebagai alternative selain

terapi farmakologis ole semua petugas kesehatan terutama perawat di

rumah sakit untuk mengatasi peningkatan peristaltik usus, penurunan nyeri

dan penyembuhan luka pada pasien post operasi.

31
3. Bagi Perawat

Perawat diharapkan dapat mengaplikasikan latihan mobilisasi dini

secara komprehensif pada pasien post operasi, tidak hanya menggunakan

terapi farmakologis namun bias menggunakan non farmakologis.

32
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat and Wim de jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed.
Kusumayanti. 2013. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lamanya perawatan pada
pasien pasca operasi laparatomi di instalasi Rawat Inap BRSU Tabanan. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Christina, S & Kristanti. 2011. Mobilisasi Dini Berhubungan denga Peningkatan
Kesembuhan Luka pada pasien post operasi sectio caesaria.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC
Mubarak, W & Indeawati. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Buku 2. Jakarta :
Salemba Medika
Doenges, M & Geissler, A. 2000. Rencana Keperawatan, Pedoman Umum Perencanaan &
Pendokumentasian Perawatan Pasien (edisi 3). Jakarta : EGC
Yanti. 2010. Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses, praktik
volume 2, Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai