Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS
oleh menurunnya kevepatan insulin oleh sel – sel beta pulau langerhans dan
IDDM yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel – sel langerhans yang
pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada usia muda).
Kelainan ini terjadi karena rusaknya imunitas (kekebalanb tubuh) yang kemudia
merusak sel –sel langerhans di pankreas. Keinan ini akan mengakibatkan dampak
NIDDM yaitu diabetes mellitus resisten, lebih sering terjadi pada orang dewasa,
tetapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan.
NIDDM ini sering juga disebut DM tipe 2 yang merupakan jenis DM yang tidak
tergantung insulin.
3. Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)
usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes
diabetes pada tingkehamilan. Menurut kriteria ini, GDM terjadi apabila dua atu
lebih dari nilai berikut ini di temukan atau dilampaui sesudah pemberian 75 glukosa
oral: puasa, 105mg/dl, 1 jam, 190mg/dl, 2 jam, 165mg dl; 3 jam, 145mg,dl.
Pengenalan diabetes seperti ini penting karena penderita berisiko tinggi terhadap
morbiditas dan mortalitas pernatal dan memepunyai frekuensi kematian janin viable
yang lebih tinggi. Kebanyakan perempuan hamil harus menjalani penapisan untuk
a) Kelainan genetik dalam sel beta. Diabetes subtype ini memiliki prevalensi
familiar yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali
d) Obat –obatan yang bersifat toksik terhadap sel – sel beta dan infeksi.
C. Etiologi Diabetes Mellitus
1) DM tipe I
a) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
c) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel β resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan
keluarga.
Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada pasien DM yaitu (Kowalak, 2014):
1) Poliuria dan polydipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi
diabetes tipe 1 secara khas tidak memiliki lemak pada tubuhnya saat diagnosis
ditegakkan) karena tidak terdapat metabolism karbohidrat, lemak, dan protein
yang normal sebgai akibat fungsi insulin yang rusak atau tidak ada.
4) Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenga yang berkurang, dan gangguan
pada kinerja sekolah serta pekerjaan; semua ini disebabkan oleh kadar glukosa
5) Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhny, rasa gatal pada kulit.
E. Patofisiologi
Pada individu yang secara genetik rentan terhadap diabetes tipe I, kejadian
ketabolisme protein.
Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu
atau lebih faktor berikut ini kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak
tepat di dalam hati, atau penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer. Faktor
genetik merupakan hal yang signifikan dan awitan diabetes dipercepat oleh obesitas
serta gaya hidup sedentari (sering duduk) stress tambahan dapat menjadi faktor
penting. Diabetes gestasional terjadi ketika seorang wanita yang sebelumnya tidak
kehamilannya. Hal ini dapat terjadi jika hormon – hormon plasenta melawan baik
hari.
2) Dislipidemia
arteri selebri
4) Ketoasidosis diabetik
7) Ulserasi kulit
>110 90-110
Darah Kapiler
pemeriksaan :
3) Pemeriksaan laboraturium DM
4) Pemeriksaan saring
a) GDP, GDS
5) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan diagnostik pada DM adalah, GDP, GDS, GD2PP, Glukosa jam ke-
2 TTGO
a) Mikroalbuminuria
c) Kolestrerol total
d) Kolesterol LDL
e) Kolesterol HDL
f) Trigeliserida
2) Diet
Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori
dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari sebagai contoh, pada pasien obesitas,
dapat ditentukan diet hingga berat badan pasien turun hingga kekisaran kekisaran
optimal untuk pasien tersebut. Sebaliknya, pada pasien muda dengan diabetes tipe
1, berat badannya dapat menrun selama keadaan dekompensasi. Pasien ini harus
semula dan untuk pertumbuhan. Diet disesuaikan dengan keadaan penderita prinsip
umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.
f) Kebutuhan kalori
Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori total untuk
mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar
presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, Ada 2 tipe
- Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula) Jumlah kalori
g) Karbohidrat
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk,
sereal dan pasta / mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.
karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan
dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada
h) Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg/hr untuk
membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang
i) Protein
utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh. (Brunner
Latihan fisik akan mempermudah transfor kadar glukosa ke dalam sel-sel dan
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake dan 1. Untuk mengetahui
cairan berhubungan keperawatan selama x24 output keseimbangan
dengan kegagalan jam masalah kekurangan cairan pasien
mekanisme regulasi cairan dapat terpenuhi 2. Monitor status 2. Mengetahui
dengan criteria hasil: hidrasi adanya tanda –
1. Tekanan darah, nadi tanda dehidrasi
dalam batas normal : untuk mencegah
T : 120/90 mmhg terjadinya syok
N : 90x/m hipovolemik
2. Mempertahankan urin 3. Berikan cairan 3. Dengan
output sesuai dengan infus RL memberikan
usia dan BB cairan dapat
mengganti cairan
yang hilang
4. Ajukan pasien 4. Mempertahankan
untuk cairan pasien
meningkatkan
asupan oral
5. Lakukan 5. Memonitor output
pemasangan cairan pasien
cateter urin
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama x24 aktivitas perkembangan
jam masalah keperawatan keadaan umum
dapat berkurang dengan pasien
criteria hasil: 2. Bantu klien untuk 2. Untuk membantu
1. Pasien dapat mengidentifikasi pasien dalam
melakukan aktivitas aktivitas yang beraktivitas
kembali mampu dilakukan
2. Bisa beradaptasi 3. Anjurkan 3. Untuk
dengan aktivitas keluarga untuk memudahkan
3. Kelelahan berkurang membantu pasien aktivitas yang
4. Kadar gula darah dalam membantu tidak bisa
sewaktu dalam rentang aktivitas dilakukan oleh
normal < 140 mg/dl pasien
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat 1. penurunan berat
ketidakseimbangan keperawatan diharapkan badan bdan
nutrisi kurang dari nutrisi pasien terpenuhi menunjukkan
kebutuhan dengan kriteria hasil : tidak kuatnya
1. Peningkatan berat badan nutrisi pasien.
2. turgor kulit baik, 2. Auskultasi bising 2. Hiperglikemia
mengkonsumsi makanan usus dan
sesuai program (diet). ketidakseimbang
an cairan dan
elektrolit
menyebabkan
penurunan
mortilitas usus
apabila terjadi
penurunan yang
berlangsung
lama dapat
mengakibatkan
neuropati syaraf
otonom yang
berhubungan
dengan sistem
pencernaan.
3. Berikan 3. Pemberian
makanan lunak makanan oral
atau cair dan lunak
berfungsi untuk
merefoemasi
fungsi usus.
Lipolysis meningkat Penurunan Glikolisis Produksi glukosa oleh hati Glukosa plasma
meningkat
( pemecahan
Oksidasi lemak glukosa)
Sel β pancreas gagal
merespon stimulus
Hiperglikemi
Badan keton dalam darah insulinogenik
asidosis
Koma diabetic
Tanpa insulin
glukosa tidak dapat Makan terus Pemecahan glikogen
diserap tubuh menerus menjadi glukosa
Ketidakseimbangan
Glukosa menarik Ginjal tidak dapat
Nutrisi kurang dari BB menurun
air mengabsorbsi glukosa
kebutuhan
poliuria
glikosuria Intoleransi aktivitas
luka
Resiko jatuh
Sulit sembuh
Iskemik jaringan
Infeksi gangren
Komplikasi
makrovaskular
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Guyton A. C., Hall J.E. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku kedokteran EGC.H
Kowalak. (2011). Buku ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Rachmawati, Ova. (2010)
Riyadi S. & Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ruben, G., Julia, V., Michael, K. (2016). Pengaruh Senan Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabtes Melitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Enemawira.eJournal Keperawatan.