Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DIABETES MELLITUS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pembimbing:

Popy Siti Aisyah, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Lestari Nur Hidayah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS

A. Definisi Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat rusaknya

sekresi insulin ataupun kerja insulin (Brunner & Suddarth, 2014).

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan hiperglikemia yang disebabkan

oleh menurunnya kevepatan insulin oleh sel – sel beta pulau langerhans dan

pankreas (Guyton, 2012).

B. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)

1. Insulin Dependent Diabtes Mellitus (IDDM)

IDDM yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel – sel langerhans yang

berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, prediposisi,

pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada usia muda).

Kelainan ini terjadi karena rusaknya imunitas (kekebalanb tubuh) yang kemudia

merusak sel –sel langerhans di pankreas. Keinan ini akan mengakibatkan dampak

menurunnya produksi insulin (Riyadi, 2008).

2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

NIDDM yaitu diabetes mellitus resisten, lebih sering terjadi pada orang dewasa,

tetapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan.

NIDDM ini sering juga disebut DM tipe 2 yang merupakan jenis DM yang tidak

tergantung insulin.
3. Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)

Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kali selama kehamilan dan

mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. f actor risiko terjadinya GDM adalah

usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes

gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormone yang

mempunya efek metabolic terhadap toleransi glukosa,maka kehamilan adalah suatu

keadaan diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai predisposisi diabetes secara

genetic mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis

diabetes pada tingkehamilan. Menurut kriteria ini, GDM terjadi apabila dua atu

lebih dari nilai berikut ini di temukan atau dilampaui sesudah pemberian 75 glukosa

oral: puasa, 105mg/dl, 1 jam, 190mg/dl, 2 jam, 165mg dl; 3 jam, 145mg,dl.

Pengenalan diabetes seperti ini penting karena penderita berisiko tinggi terhadap

morbiditas dan mortalitas pernatal dan memepunyai frekuensi kematian janin viable

yang lebih tinggi. Kebanyakan perempuan hamil harus menjalani penapisan untuk

diabetes selama usisa kehamilan 24 hingga 28 minggu (Sylvia, 2006).

4. Tipe Khusus Lain

a) Kelainan genetik dalam sel beta. Diabetes subtype ini memiliki prevalensi

familiar yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali

obesitas dan resisten terhadap insulin.

b) Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom resistensi insulin

berat dan akantosis negrikans.

c) Penyakit endokrin seperti Syndrome Cushing dan akromegali.

d) Obat –obatan yang bersifat toksik terhadap sel – sel beta dan infeksi.
C. Etiologi Diabetes Mellitus

1) DM tipe I

Diabetes yang bergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel – sel β

pankreas yang disebabkan oleh :

a) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu presdiposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I

b) Faktor imunologi (autoimun)

c) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun

yang menimbulkan ekstruksi sel β

2. DM tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel β resistensi insulin. Faktor resiko yang

berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan

keluarga.

D. Tanda dan Gelaja Diabtes Mellitus

Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada pasien DM yaitu (Kowalak, 2014):

1) Poliuria dan polydipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi

akibat kadar glukosa serum yang tinggi.

2) Anoreksia (sering terjadi) atau polifagia (kadang-kadang terjadi).

3) Penurunan berat badan (biasanya sebesar 10% hingga 30% ; penyandang

diabetes tipe 1 secara khas tidak memiliki lemak pada tubuhnya saat diagnosis
ditegakkan) karena tidak terdapat metabolism karbohidrat, lemak, dan protein

yang normal sebgai akibat fungsi insulin yang rusak atau tidak ada.

4) Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenga yang berkurang, dan gangguan

pada kinerja sekolah serta pekerjaan; semua ini disebabkan oleh kadar glukosa

intrasel yang rendah.

5) Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhny, rasa gatal pada kulit.

E. Patofisiologi

Pada individu yang secara genetik rentan terhadap diabetes tipe I, kejadian

pemicu, yakni kemungkinan infeksi virus, akn menimbulkan produksi autoantibodi

terhadap sel –sel β pankreas. Dekstruksi sel β yang diakibatkan menyebabkan

penurunan sekresi indulin dan akhirnya kekurangan hormon insulin. Defsiensi

insulin mengakibatkan keadaan hiperglikemia, peningkanan lipolisis dan

ketabolisme protein.

Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu

atau lebih faktor berikut ini kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak

tepat di dalam hati, atau penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer. Faktor

genetik merupakan hal yang signifikan dan awitan diabetes dipercepat oleh obesitas

serta gaya hidup sedentari (sering duduk) stress tambahan dapat menjadi faktor

penting. Diabetes gestasional terjadi ketika seorang wanita yang sebelumnya tidak

di diagnosis sebagai penyandanf diabetes memperlihatkan intoleransi selama

kehamilannya. Hal ini dapat terjadi jika hormon – hormon plasenta melawan baik

kerja insulin sehingga timbul resistensi insulin. Diabetes kehamilan merupakan


faktor risiko yang signifikan bagi terjadinya diabetes melitus tipe 2 di kemudian

hari.

F. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi diabetes mellitus meliputi :

1) Penyakit mikrovaskuler, termasuk retinopati, nefropati, dan neuropati

2) Dislipidemia

3) Penyakit makrovaskuler, termasuk penyakit arter koroner, arteri perifer, dan

arteri selebri

4) Ketoasidosis diabetik

5) Sindrom hiperosmoler hiperglikemik nonkerotik

6) Kenaikan berat badan yang berlebihan

7) Ulserasi kulit

8) Gagal ginjal kronis

G. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus

1) Kadar glukosa darah

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah


DM Belum pasti DM
Sewaktu

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)


Kadar Glukosa Darah
DM Belum pasti DM
Puasa

Plasma vena >120 110-120

>110 90-110
Darah Kapiler

2) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali

pemeriksaan :

a) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudia sesuda

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl)

3) Pemeriksaan laboraturium DM

4) Pemeriksaan saring

Pemeriksaan saring pada DM adalah :

a) GDP, GDS

b) Tes glukosa urin

5) Pemeriksaan diagnostik

a) Pemeriksaan diagnostik pada DM adalah, GDP, GDS, GD2PP, Glukosa jam ke-

2 TTGO

6) Tes monitoring terapi

a) GDP : plasma vena, darah kapiler

b) GD2PP : plasma vena

c) A1c : darah vena, darah kapiler


7) Pemeriksaan untuk mendeteksi komplikasi

a) Mikroalbuminuria

b) Ureum, kreatinin, asam urat

c) Kolestrerol total

d) Kolesterol LDL

e) Kolesterol HDL

f) Trigeliserida

H. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

1) Pemantauan kadar glukosa darah

2) Diet

Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori

dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari sebagai contoh, pada pasien obesitas,

dapat ditentukan diet hingga berat badan pasien turun hingga kekisaran kekisaran

optimal untuk pasien tersebut. Sebaliknya, pada pasien muda dengan diabetes tipe

1, berat badannya dapat menrun selama keadaan dekompensasi. Pasien ini harus

menerima kalori yang cukup mengembalikan berat badan mereka ke keadaan

semula dan untuk pertumbuhan. Diet disesuaikan dengan keadaan penderita prinsip

umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan

diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes, diarahkan untuk

mencapai tujuan berikut ini :

a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan mineral)

b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai


c) Memenuhi kebutuhan energy

d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan

kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.

e) Menurunkan makan pada penderita DM

f) Kebutuhan kalori

Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori total untuk

mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar

glukosa darah. Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan

presentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, Ada 2 tipe

karbohidrat yang utama, yaitu :

- Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)

- Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula) Jumlah kalori

diperhitungkan sebagai berikut :

BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat, diperlukan 25 kkal/kg

BB ideal kemudian diperhitungkan pula aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 –

20 %, kerja sedangditambah 30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat

sekali ditambah 20 – 30 %). Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3

ditambah 400 kal dan laktasi ditambah 600 kal.

g) Karbohidrat

Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks

(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk,

sereal dan pasta / mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.

karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan
dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada

dikonsumsi secara terpisah.

h) Lemak

Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg/hr untuk

membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang

berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan

kematian pada penderita diabetes.

i) Protein

Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan bijibijian yang

utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh. (Brunner

& Suddarth, 2002)

3) Latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik

Latihan fisik akan mempermudah transfor kadar glukosa ke dalam sel-sel dan

meningkatkan kepekaan terhadap insulin (Sylvia, 2006).

4) Obat berkhasiat hipoglemik

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang

teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan

pemakaian obat berkhasiat hipoglemin (oral/suntikan).

I. Rencana Asuhan Keperawatan pada Kasus Diabetes Mellitus

Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor intake dan 1. Untuk mengetahui
cairan berhubungan keperawatan selama x24 output keseimbangan
dengan kegagalan jam masalah kekurangan cairan pasien
mekanisme regulasi cairan dapat terpenuhi 2. Monitor status 2. Mengetahui
dengan criteria hasil: hidrasi adanya tanda –
1. Tekanan darah, nadi tanda dehidrasi
dalam batas normal : untuk mencegah
T : 120/90 mmhg terjadinya syok
N : 90x/m hipovolemik
2. Mempertahankan urin 3. Berikan cairan 3. Dengan
output sesuai dengan infus RL memberikan
usia dan BB cairan dapat
mengganti cairan
yang hilang
4. Ajukan pasien 4. Mempertahankan
untuk cairan pasien
meningkatkan
asupan oral
5. Lakukan 5. Memonitor output
pemasangan cairan pasien
cateter urin
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama x24 aktivitas perkembangan
jam masalah keperawatan keadaan umum
dapat berkurang dengan pasien
criteria hasil: 2. Bantu klien untuk 2. Untuk membantu
1. Pasien dapat mengidentifikasi pasien dalam
melakukan aktivitas aktivitas yang beraktivitas
kembali mampu dilakukan
2. Bisa beradaptasi 3. Anjurkan 3. Untuk
dengan aktivitas keluarga untuk memudahkan
3. Kelelahan berkurang membantu pasien aktivitas yang
4. Kadar gula darah dalam membantu tidak bisa
sewaktu dalam rentang aktivitas dilakukan oleh
normal < 140 mg/dl pasien
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat 1. penurunan berat
ketidakseimbangan keperawatan diharapkan badan bdan
nutrisi kurang dari nutrisi pasien terpenuhi menunjukkan
kebutuhan dengan kriteria hasil : tidak kuatnya
1. Peningkatan berat badan nutrisi pasien.
2. turgor kulit baik, 2. Auskultasi bising 2. Hiperglikemia
mengkonsumsi makanan usus dan
sesuai program (diet). ketidakseimbang
an cairan dan
elektrolit
menyebabkan
penurunan
mortilitas usus
apabila terjadi
penurunan yang
berlangsung
lama dapat
mengakibatkan
neuropati syaraf
otonom yang
berhubungan
dengan sistem
pencernaan.
3. Berikan 3. Pemberian
makanan lunak makanan oral
atau cair dan lunak
berfungsi untuk
merefoemasi
fungsi usus.

4 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Mengidentifikasi 1. Untuk


keperawatan selama 1x24 perilaku dan factor mengurangi
jam, pasien mampu yang resiko jatuh
mengatasinya dengan mempengaruhi
kriteria hasil : resiko jatuh
1. Perilaku pencegahan 2. Mengidentifikasi 2. Untuk
jatuh : karakteristik mengurangi
Tindakan individu atau lingkungan yang resiko jatuh
pemberi asuhan untuk meningkatkan terhadap
menimimalkan factor potensi untuk jatuh lingkungan
resiko yang dapat memicu 3. Kaji tingkat energy
jatuh diingkungan individu yang di miliki 3. Energy yang
2. Tidak ada kejadian klien besar dapat
jatuh memberikan
keseimbangan
pada tubuh saat
4. Berikan terapi istirahat
ringan untuk 4. Salah satu terapi
mempertahankan ringan adalah
keseimbangan menggerakan
bola mata jika
sudah terbiasa di
lakukan, pusing
akan berkurang
5 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor glukosa 1. Untuk
ketidakstabilan keperawatan selama 1x24 darah mengetahui
kadar gula darah jam dapat berkurang a. Bagaimana glukosa dalam
dengan criteria hasil: gaya hidup tubuh pasien.
 Kadar glula darah pasien
normal : kurang dari b. Pasien harus
140 mampu
mengecek gula
darah sendiri
2. Berikan cairan 2. Untuk
dextrose menstabilakan
kadar gula darah
3. Berikan insulin 3. Untuk
drip 5 IU/menit ke menstabilkan
dalam Nacl glukosa dalam
darah
4. Anjurkan pasien 4. Berdasarkan
untuk latihan jurnal penelitian
jasmani seperti Ruben, Rottie
senam kaki dan Karundeng
diabetes (2016), senam
kaki diabetes
dapat
mempengaruhi
perubahan kadar
gula
5. Lakukan promosi 5. Untuk memberi
kesehatan pengetahun
mengenai kepada keluarga
makananan yang pasien supaya
mengandung tidak
kadar glukosa memperparah
tinggi dan rendah penyakitnya.
Patofisiologi Diabetes Melitus

Factor imunologi Factor lingkungan


Factor genetik

Virus atau toksin


Individu yang memiliki Respon autoimun tertentu
Antigen HLA abnormal
Infeksi pada tubuh

Reaksi antibodi Pankreas


Memicu proses autoimun

Destruksi sel β pada pulau langerhans

Kegagalan sel β memproduksi insulin

Produksi insulin menurun

Lipolysis meningkat Penurunan Glikolisis Produksi glukosa oleh hati Glukosa plasma
meningkat
( pemecahan
Oksidasi lemak glukosa)
Sel β pancreas gagal
merespon stimulus
Hiperglikemi
Badan keton dalam darah insulinogenik

Glukosa tidak dapat diserap tubuh Dibutuhkan


Keton uria

asidosis

Koma diabetic

Terjadi glukogenesis Sel tubuh kekurangan bahan bakar

Tanpa insulin
glukosa tidak dapat Makan terus Pemecahan glikogen
diserap tubuh menerus menjadi glukosa

Glukosa menumpuk Peningkatan asupan Peleburan lemak dan


dalam darah makanan protein

Ketidakseimbangan Kadar Glukosa darah


polifagi Glukosa tidak dapat
Kadar Glukosa meningkat
diserap tubuh
Darah
Ginjal
Glukosa masuk ke
darah

Ketidakseimbangan
Glukosa menarik Ginjal tidak dapat
Nutrisi kurang dari BB menurun
air mengabsorbsi glukosa
kebutuhan

Osmotic diuretik Glukosa masuk ke Kelemahan


urin

poliuria
glikosuria Intoleransi aktivitas

Kekurangan Elektrolit tubuh


volume banyak hilang lewat Kerusakan
cairan urin glomerulus ginjal

Merangsang haus Nefropati


Resiko GGK
Minum terus
Kegagalan
sirkulasi perifer Mata
Ureum dan
kreatinin
Volume darah meningkat
Polidipsi
menurun

Sindrom uremia Glukosa dalam


Kerusakan pembuluh
Kerusakan darah tertimbun di
kapiler mata
pembuluh darah lensa mata
perifer
Urea keluar
Suplai nutrisi , bersama keringat Gangguan persepri Suplai oksigen , nutrisi
Oksigen dan sensori menurun
leukosit terganggu
Keringat dingin

Hipoksia jaringan Komplikasi Iskemik pada mata


mikrovaskular

- Akral dingin Retinopati


- Gelisah
- Rasa baal
- Penurunan
kesadaran
Kebutaan

luka

Resiko jatuh
Sulit sembuh

Iskemik jaringan

Infeksi gangren

Komplikasi
makrovaskular
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Guyton A. C., Hall J.E. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku kedokteran EGC.H
Kowalak. (2011). Buku ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Rachmawati, Ova. (2010)
Riyadi S. & Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ruben, G., Julia, V., Michael, K. (2016). Pengaruh Senan Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabtes Melitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Enemawira.eJournal Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai