Anda di halaman 1dari 40

Laporan Kasus

BRONKOPNEUMONIA

Raissa Almira (2111901036)


Zulfan Rasyidi (2111901058)

Pembimbing :
dr. Evalazny Lubis, Sp.Rad
BAB I
PENDAHULUAN
• Infeksi saluran pernafasan bagian bawah masih terus menjadi
masalah kesehatan utama
• Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka
kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia
• Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di
masyarakat atau di dalam rumah sakit atau pusat perawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi & Fisiologi Paru

• Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi)  unit paru (lung unit) yang
terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sokus alveolaris
• Bila ditinjau dari traktus respiratorius, maka yang berfungsi sebagai konduksi trakea, bronkus
utama, bronkus lobaris, bronkus segmental,  bronkus subsegmental, bronkus terminalis,
bronkiolus, dan bronkiolus nonrespiratorius
• Organ yang bertindak sebagai respirasi bronkiolus respiratorius, bronkiolus terminalis, duktus
alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli
Anatomi & Fisiologi Paru

• Percabangan trakea sampai kepada sakus alveolaris dapat


diklasifikasikan sebagai berikut bronkus utama sebagai
percabangan utama, bronkus lobaris sebagai percabangan ke-2,
bronkus segmental sebagai percabangan ket-3, bronkus
subsegmental sebagai percabangan ke-4, hingga sampai bagian
yang ke-16 sebagai bagian yang berperan sebagai konduksi
• Sedangkan, bagian percabangan yang ke-17 sampai ke-19
yang merupakan percabangan bronkiolus respiratorius dan
percabangan yang ke-20 sampai ke-22 yang merupakan
percabangan duktus alveolaris dan sakus alveolaris adalah
percabangan terakhir yang seluruhnya merupakan bagian respirasi
BRONKOPNEUMONI
A
Definisi
 Infeksi pada parenkim paru yang terbatas
pada alveoli kemudian menyebar secara
berdekatan ke bronkus distal terminalis

Etiologi
Hampir semua organisme dapat menyebabkan
bronkopneumonia, penyebab yang sering adalah
stafilokokus, streptokokus, H. influenza, Proteus sp
dan Pseudomonas aeruginosa.
Patogenesis
• Masuknya kuman melalui inhalasi, aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung
• Sehingga terjadi infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlubang- lubang
cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk ke dalam alveoli
dengan demikian alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel
• Infeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus
• Kadang-kadang seluruh lobus bahkan seluruh paru menjadi padat (consolidated) yang berarti bahwa
paru terisi cairan dan sisa-sisa sel
• Streptococcus  pneumoniae akan menyebar dari alveolus ke alveolus melalui pori dari Kohn
• Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan reaksi radang edema dari seluruh
alveolus disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN
Klasifikasi

Berdasarkan klinis dan Predileksi infeksi


epidemiologis
• Pneumonia lobaris terjadi pada satu lobus
• Pneumonia komuniti (community-acquired
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik
pneumonia)
kanan maupun kiri
• Pneumonia nosocomial (hospital-
acquired pneumonia/nosocomial • Pneumonia bronkopneumonia yang

pneumonia) ditandai bercak-bercak  infeksi pada berbagai


• Pneumonia aspirasi. tempat di paru, bisa kanan maupun kiri

• Pneumonia pada immunocompromised • Pneumonia interstisial


Manifestasi klinis

Onset demam akut atau sub akut, batuk


dengan atau tanpa produksi, dan sesak
nafas

Hasil pemeriksaan fisik yang sering


dijumpai meliputi demam atau
hipotermia, takipneu, takikardi.
Pemeriksaan dada sering terdapat suara
nafas yang berubah dan terdapat ronkhi
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik

Pasien datang dengan gejala demam, batuk dan  Inspeksi Pernafasan cuping hidung (+),

sesak nafas sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi


sela iga
 Palpasi Fremitus taktil yang meningkat
pada sisi yang sakit.
 Perkusi Sonor memendek sampai beda
 Auskultas Suara pernafasan mengeras
(vesikuler mengeras) disertai ronki basah
gelembung halus sampai sedang
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang Secara umum gambaran foto toraks
terdiri dari:
• Pemeriksaan radiologi
 Infiltrat interstitial, peningkatan
 Biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks
corakan bronkovaskular, peribronchial
posisi A P . Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya cuffing , dan hiperaerasi.
dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik   Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru

distres pernapasan seperti takipnea, batuk dan ronki, dengan air bronchogram. konsolidasi dapat
mengenai satu lobus disebut dengan
dengan atau tanpa suara napas yang melemah
pneumonia lobaris, atau terlibat sebagai lesi
tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk
sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan
menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai
round pneumonia. `
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan radiologi
Bronkopneumonia, ditandai dengan
gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial

Bronkopneumonia pada lobus posterior


Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan radiologi

Pneumonia lobaris Bronkopneumonia note the diffuse, patchy appearance


Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan radiologi

Pneumonia lobaris Bronkopneumonia note the diffuse, patchy appearance


Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan radiologi

Patchy appearance pada bronkopneumonia Bronkopneumonia pada anak usia 5 tahun 


Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan laboratorium • Pemeriksaan bakteriologis

Leukositosis umumnya menandai Bahan berasal dari sputum, darah,

adanya infeksi bakteri, infeksi rendah atau aspirasi nasotrakeal, torakosentesis,

normal dapat disebabkan oleh infeksi bronkoskopi, atau biopsy. Kultur

virus atau pada infeksi berat hingga kuman merupakan pemeriksaan utama

tidak  terjadi respon leukosit pra terapi dan bermanfaat untuk


evaluasi terapi selanjutnya
Diagnosis banding
1. Pneumonia
Gambaran radiologis foto thorax pada pneumonia secara umum antara lain
- Perselubungan padat homogen
- Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
- Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak tampak deviasi
trachea/septum/fissura atau seperti pada atelektasis
- Air Bronchogram sign (+)  bayangan udara yang terdapat di dalam percabangan bronkus yang
dikelilingi oleh bayangan opak rongga udara yang akan tampak jelas jika udara tersebut tergantikan oleh
cairan/eksudat akibat proses inflamasi
- Sillhoute sign (+)  suatu tanda adanya dua bayangan benda (objek) yang berada dalam satu bidang
seakan tumpang tindih. Tanda ini bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru; jika batas lesi
dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan
Diagnosis banding
1. Pneumonia

Air bronchogram sign Sillhoute sign


Diagnosis banding

2. Tuberkulosis Paru (TB Paru)


Penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Basil tuberkel
ini menyebabkan reaksi jaringan pada paru,
antara lain:
• Daerah yang terinfeksi diserang oleh
makrofag
• Daerah lesi dikelilingi oleh jaringan fibrotik
untuk membentuk “tuberkel” TB Paru
Tatalaksana
• Pilihan empiris antibiotik untuk pasien bronkopneumonia yang
tidak  memerlukan perawatan intensive biasanya berespon
terhadap beta laktam generasi ke tiga (seperti ceftriakson
atau cefotaxime) dengan atau tanpa macrolid
(claritromisin atau azitromicin
• Jika ada kecurigaan infeksi H. influenza atau
fluoroquinolon (dengan peningkatan kemampuan membunuh
S. pneumoniae) Antibiotic alternative antara lain cefuraxime
dengan atau tanpa macrolid atau azitromicin saja. Pilihan
antibiotic dapat tunggal atau kombinasi
Komplikasi

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari


penyebaran bakteri dalam rongga thorak (seperti efusi
pleura, empiema dan pericarditis atau
penyebaran bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis
supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang
dari penyebaran infeksi hematologi
Prognosis

• Hasil pengobatan biasanya bagus


• Tingkat mortalitas lebih tinggi pada penderita
manula
• Mortalitas keseluruhan sebesar 5% namun meningkat
sampai 20% pada penderita yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan 50% pada yang
membutuhkan perawatan intensif
• Setelah perbaikan, khususnya pada perokok, harus
dilakukan pemeriksaan foto thoraks ulang untuk
memastikan dan menyingkirkan penyakit yang
mendasari pada paru, termasuk kanker paru
BAB III
ILUSTRASI PASIEN
 

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 49 Tahun
Alamat : Jl. Stadion
Agama : Islam
 
 
2. Anamnesis
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan batuk sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan sering batuk-batuk yang kadang disertai dahak berwarna
putih kekuningan sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk dirasakan
setiap hari terus menerus. Batuk bertambah berat biasanya pada bangun tidur. Batuk kadang
diikuti dengan sesak nafas. Pasien tidak mengeluhkan demam dan pilek.
 
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien tidak memiliki riwayat keluhan seperti ini sebelumnya
 Pasien tidak memiliki riwayat batuk lama sebelumnya
 Pasien tidak memiliki riwayat asma sebelunya
 Pasien tidak memiliki riwayat trauma sebelumnya
 Pasien tidak memiliki riwaya hipertensi dan DM

Riwayat Pengobatan :
Pasien belum ada berobat sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien tidak ada mengeluhkan hal yang sama, (-) DM, (-) hipertensi
Riwayat Pekerjaan, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan :
 Teman terdekat tidak ada yang memiliki keluhan serupa
 Pasien tidak merokok namun sebagian anggota keluarga pasien adalah perokok

 
 
3. Pemeriksaan Tanda Vital
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Denyut Nadi : 62 kali/menit
 Suhu Tubuh : 36,50c
 Frekuensi Nafas : 28 kali/menit
4. Pemeriksaan Thorak
Jantung
Paru  Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat di ICS V
 Inspeksi : Statis midclavicularis sinistra
(normochest, massa (-))  Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis
Dinamis (gerakan dinding sinistra
dada simetris kanan dan kiri)  Perkusi :
 Palpasi : Fremitus taktil kanan kiri sama o Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
 Perkusi : Sonor pada lapang paru o Batas kanan : ICS IV sternalis dextra
 Auskultasi : wheezing (-/-), ronki (+/+) o Batas kiri : ICS V midclavicularis sinistra
 Auskultasi : S1S2 reguler,. Murmur(-)
5. Diagnosis
Bronkopneumonia

6. Diagnosis Banding
• Penumonia
• TB Paru
 
 

7. Tindakan Diagnostik 8. Tindakan Terapi

Darah lengkap - Infus RL 30 tpm

Hemoglobin :12.7gr/dl - Inj. ceftriaxone 2x1g


- Ambroxol 2x1 tab
Leukosit :9.700mm3
 
Jumlah trombosit :324000/ul
Eritrosit :3530000/mm3
Ureum :20mg/dl
Kreatinin :1,2mg/dl
9. Pencitraan
Hasil

- Foto thorax proyeksi AP, posisi supine, simetris, inspirasi


cukup

- Tampak lesi opak inhomogen, bentuk amorf, batas tidak


tegas, tepi ireguler, air bronchogram (+) dan infiltrate (+)
- Sinus costophrenicus bilateral lancip
- Diafragma bilateral licin, tak mendatar
- CTR <0,5 (besar cor dalam batas normal)
- Sisterna tulang yang tervisualisasi intak
Pembahasan

Pada laporan kasus ini, dari anamnesis didapatkan Ny. N berusia 49 tahun datang
dengan keluhan sering batuk-batuk yang kadang disertai dahak berwarna putih
kekuningan sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk dirasakan setiap hari
terus menerus. Batuk bertambah berat biasanya pada bangun tidur. Batuk kadang
diikuti dengan sesak nafas. Pasien tidak mengeluhkan demam dan pilek. Pasien tidak
memiliki riwayat keluhan seperti ini sebelumnya Pasien tidak memiliki riwayat batuk lama,
asma, trauma, hipertensi dan DM sebelumnya. Teman terdekat tidak ada yang memiliki
keluhan serupa. Pasien tidak merokok namun sebagian anggota keluarga pasien adalah
perokok. Dari anamnesa tidak ditemukan gejala TB sehingga diagnosa TB bisa
disingkirkan
Pembahasan

Pada pemeriksaan fisik, tanda vital nadi, dan tekanan darah normal, respirasi meningkat
dan suhu meningkat, Pada pemeriksaan fisis thorax, bunyi pernapasan menurun di hemithorax
kiri. Pada pemeriksaan auskultasi thorax didapatkan bunyi tambahan rhonki pada kedua paru

Pada pemeriksaan radiologi pencitraan tampak lesi opak inhomogen, bentuk amorf
karena penyebarannya melalui canal of lambert (penyebaran melalui bronkus – ke alveolus),
biasanya lesi terdapat di kedua lapang paru, batas tidak tegas, tepi ireguler, air bronchogram
(+) dan infiltrate (+), sedangkan yang membedakannya dengan gambaran radiologi pada
pneumonia adalah adanya perselubungan padat homogen karena penyebaran melalui pores
of kohn (dari segmen), dan biasa menyebar dari lobus 1 ke lobus lainnya
Pembahasan

Dari semua pemeriksaan yang dilakukan, dapat


ditarik kesimpulan diagnosa pada pasien ialah
bronkopneumonia
Kesimpulan

Bronkopneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru yang


terbatas pada alveoli kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus distal
terminalis. Gejala dan tanda pada penderita bronkopneumonia dapat mengalami
onset demam akut atau sub akut, batuk dengan atau tanpa produksi, dan sesak nafas
.

Gambaran radiologi foto thorax pada bronkopneumonia, ditandai dengan


gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial
Kesimpulan

Penanganan bronkopneumonia terdiri dari terapi medikamentosa


berupa pemberian antibiotik dan terapi supportif. Hasil pengobatan biasanya
bagus, namun tingkat mortalitas lebih tinggi pada penderita manula

Telah dilaporkan Ny. N berusia 49 tahun dengan diagnosa bronkopneumonia. Hal ini
terlihat pada gambaran radiologi foto thorak dengan adanya lesi opak inhomogen,
bentuk amorf, batas tidak tegas, tepi ireguler, air bronchogram (+) dan infiltrate (+)
Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai