Anda di halaman 1dari 24

PNEUMONIA

Hans Pangestu Simarmata 203307020012

Amalia Fajar 203307020013

Nursahfitri 203307020014

Pembimbing :
Pembimbing : dr. Zaher Piavani, Sp.Rad

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi RSU Royal Prima Medan 2021


DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Menurut PDPI
Pneumonia merupakan suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit).
ETIOLOGI
Bakteri
• Gram(+) : Streptococcus pneumonia(pnemokokus), S. Piogenes, S. Aureus.
• Gram(-) : Klebsiella pneumonia, Legionella, Haemophilus Influenza

Virus
• Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial adenovirus, chicken-pox
(cacar air), Rhino virus, Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Hanta virus.

Fungi
• Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetas dermatitidis, Histoplasma
Kapsulatum.
Aspirasi
• Makanan, Cairan amonion dan benda asing
KLASIFIKASI
Berdasarkan Kuman Berdasarkan Klinis Berdasarkan Lokasi
Penyebab: dan Epidemiologi: Infeksi:

Pneumonia Pneumonia Pneumonia


Bakterial/Tipikal Komuniti Lobaris

Pneumonia Pneuomonia Bronko


Atipikal Nasokomial Pneumonia

Pneumonia Penuomonia
Pneumonia Virus
Aspirasi Interstisial

Pneumonia pada
Pneumonia Jamur penderita
Immunocompromised
PATOGENESIS
Mekanisme pertahanan paru

Cara mikroorganisme mencapai infeksi Respon


permukaan paru:
inflamasi
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan

• Inokulasi langsung
Pneumonia Nosokomial di Indonesia

• Penyebaran melalui pembuluh darah Edema


• Inhalasi bahan aerosol
seluruh
• Kolonisasi dipermukaan mukosa Alveolar
alveoli
Sekresi
purulen
Infeksi virus, mikroorganisme Saluran napas bawah
atipikal, mikrobakteria atau jamur Inokulasi leukositosis

Kebocoran
kapiler
Kolonisasi di saluran napas
aspirasi
atas
PATOLOGI

1. Zona luar : alveoli yang terisi dengan bakteri dan cairan


edema
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan
beberapa eksudasi sel darah merah
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi
fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak
4. Zona resolusi E : daerah tempat terjadi resolusi dengan
banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
makrofag Pneumonia Nosokomial di Indonesia
DIAGNOSIS
Gejala Klinis

• Anamnesis : Demam (melebihi 40°C), menggigil, batuk dengan dahak


mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri
dada.
Pemeriksaan fisik
• Temuan tergantung dari luas lesi di paru.
• I : dada bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas
• P : fremitus dapat mengeras
• Pi : redup
• A : suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki
basah halus, yang kemudian menjadi rnki basah kasar pada stadium resolusi.

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


Pneumonia Nosokomial di Indonesia
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang

• Gambaran radiologis
• foto thorax (PA/lateral) pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis
• Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan “air
bronchogrm” (terperangkapnya udara pada bronkus karena tidadany pertukarn
udara pada alveolus)
• Perselubungan/konsolidasi homogogen atau inhomogen sesuai dengan lobus
atau segment paru secara anatomis
• Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
• Pada permulaan sernig terlihat vaskuler.
• Volume paru tidak berubh.
• Sering kali terjadi komplikasi efusi pleura.

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


Pneumonia Nosokomial di Indonesia
Pneumonia Lobaris

• Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikut sertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.
Air bronchogram
Pneumonia Bronchopneumonia
Gambaran konsolidasi pada paru Bercak infiltrate dan air bronchogramnya negatif
Pneumonia Interstitial (focal diffuse)

• Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial peribronkial. Tampak bayangan
udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak merata.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboraturium

• Peningkatan jumlah leukosit lebih dari 10.000/ul kadang mencapai 30.000/ul,


serta terjadi peningkatan LED.
• Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksan dahak, kultur darah
dan serologi.
• Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
• Analisi gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia. Pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


Pneumonia Nosokomial di Indonesia
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding Gejala Gambaran Radiologi

Pneumonia COVID-19 Demam,


Batuk kering
Sulit bernapas atau sesak
Nyeri otot dan tenggorokan
Lemas,
Diare
Anosmia

Bronkitis Batuk dapat berupa batuk kering


atau berdahak.
Lemas,
Demam,
Sesak napas.
Sakit tenggorokan,
Sakit kepala,
Hidung tersumbat dan Badan
terasa pegal-pegal.
Tuberculosis Paru (TB) batuk lama yang produktif (durasi
lebih dari 3 minggu),
nyeri dada
demam,
menggigil,
keringat malam, lemas,
hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan
DIAGNOSIS BANDING
Chronic Obstructive Pulmonary Sesak napas, Batuk berdahak
Disease (COPD) yang tidak kunjung sembuh,
Mengi, Dada terasa sesak atau
mengganjal, Mudah terkena
batuk pilek atau ISPA, Tubuh
terasa lemas atau tidak
bertenaga
Berat badan turun, Kaki,
pergelangan kaki, atau tungkai
membengkak

Abses paru Batuk


Nyeri dada,
Sesak napas,
Kehilangan berat badan,
Lemas
Demam tinggi,
Napas berbau,

Bronkiektasis Batuk Infeksi saluran


pernapasan yang kambuhan.
Sesak napas.
Mengi atau bengek.
Nyeri dada.
Berat badan turun.
Penatalaksaan Community Acquired Pneumonia (CAP)
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya.
• Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah.
• Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi
dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S. pneumoniae yang resisten penisilin.

Yang termasuk dalam faktor modifikasis adalah: (ATS 2001)


Penatalaksaan Community Acquired Pneumonia (CAP)
Rawat Jalan a. Sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya
• Makrolid
• Doxicilin
b. Ada komorbid (penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, alkhol, keganasan, asplenia, obat
immunospresi, antibiotik 3 bulan sebelumnya)
• Fluoroquinolon respirasi (moxifloxacin, gemifloxacin/ levofloxacin 750 mg)
• β lactam + makrolid
Rawat inap tidak di ICU a. Tanpa faktor modifikasi :
• Golongan betalaktam + anti bektalaktamase IV , atau
• Sefalosporin G2, G3 IV, atau
• Fluorokuinolon respirasi iv
b. Dengan faktor modifkasi:
• Selalosporin G2. G3 IV . Atau
• Fluorokuinolon respirasi IV
c. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik ditambah makrolid baru Tidak ada
factor
Rawat inap di ICU a. β lactam (cefotaxim, ceftriaxon, atau ampicilin sulbaktam) + azitromisin atau floroquinolon respirasi
b. Curiga Infeksi pseudomonas
• β lactam antipseudomonas (piperasilin-tazobactam, cefepime, imipenem atau merpenem) +
ciprofloxasin atau levofloxacin (750 mg) atau
• β lactam antipseudomonas + aminoglikosid dan azitromisin atau
• β lactam antipseudomonas + aminoglikosid dan floroquinolon antipneumococal (untuk pasien alergi
penisilin ganti β lactam dengan asteronam.
c. Tidak ada faktor resiko pseudomonas :
• Sefalosporin G3 IV non pseudomonas + makroid
d. Ada factor resiko CA-MRSA :
• Tambahkan vancomysin/linezolid
Penatalaksaan Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)

Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial ialah :


1. Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik yang harus mampu mencakup
sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang mungkin sebagai penyebab, perhitungkan pola
resistensi setempat
2. Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan dosis dan cara pemberian
yang adekuat untuk menjamin efektiviti yang maksimal. Pemberian terapi emperis harus intravena
dengan sulih terapi pada pasien yang terseleksi, dengan respons klinis dan fungsi saluran cerna yang
baik.
3. Pemberian antibiotik harus dipertimbangkan setelah ada hasil kultur yang berasal dari saluran napas
bawah dan ada perbaikan respons klinis.
4. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan terinfeksi kuman MDR
5. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan klinis memburuk
6. apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi pemberian antibiotik berdasarkan data
mikrobial

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


Pneumonia Nosokomial di Indonesia
Penatalaksaan Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


Pneumonia Nosokomial di Indonesia
Penatalaksaan Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)
Tabel 3. Dosis antibiotik intravena awal secara empirik untuk HAP dan VAP pada
pasien dengan onset lanjut atau terdapat faktor risiko patogen MDR
(mengacu pada ATS/IDSA 2004)

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


Pneumonia Nosokomial di Indonesia
PENCEGAHAN
• Pola hidup sehat termasuk tidak merokok
• Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang
efektivitinya.Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk
golongan risiko tinggi misalnya:
1. usia lanjut,
2. penyakit kronik,
3. Diabetes
4. Penyakit jantung koroner
5. PPOK
6. HIV

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


Pneumonia Nosokomial di Indonesia
KOMPLIKASI

1 Efusi Pleura

2 Abses Paru

3 Bakterinemia (Sepsis)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai