Anda di halaman 1dari 36

REFERAT

LEPTOSPIROSIS
Oleh :
Hans Pangestu Simarmata 203307020012
Amalia Fajar 203307020013
Nursahitri 203307020014
Al Annisa Fadhila Ainy 203307020055
Elza Fahliza Ismar 203307020079

Pembimbing :
dr. Dewi Murni Sartika, Sp. PD

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSU Royal Prima Medan 2021
Defenisi Leptospirosis

Leptospirosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang disebabkan


01 mikroorganisme genus leptos pira interogans.

Nama lain penyakit ini :


● Swamp fever
● Mud fever
● Infection jaundice
● Cane cutter fever
● Field fever
Epidemiologi
LEPTOSPIROSIS TERSEBAR DI SELURUH DUNIA DISEMUA BENUA
KECUALI BENUA ANTARTIKA, NAMUN TERBANYAK DI DAERAH TROPIS

02
 Leptospirosis mengenai paling kurang 160 spesies mamalia.
Tikus merupakan vektor yang utama

03  Indonesia merupakan negara dengan insidens leptospirosis tinggi.


Indonesia menempati peringkat ketiga untuk mortalitas akibat
leptospirosis menurut international leptospirosis society.
Infeksi ini tersebar di berbagai wilayah
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, NTB.
Insiden ini meningkat beramaan dengan
banjir.
04
— Laki-laki (52,1%)
— Perempuan (47,9%)
Orang yang rentan terkena leptospirosis

05 VENUS MARS
Mercury is the Venus has a beautiful Despite being red,
smallest planet name Mars is a cold place

JUPITER SATURN NEPTUNE


It’s the biggest planet Saturn is the ringed Neptune is the
of them all one and a gas giant farthest planet
Etiologi

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili


treponemataceae, suatu mikroorganisme sprochaeata.

06 Genus leptospira terdiri atas dua spesies

1. L. Interrogans yang patogen (menginfeksi


manusia)
2. L. Biflexa yang hidup bebas (non patogen)
Morfologi Bakteri
Bakteri Leptospira

 Ordo : Spirochaeta
 Family : Trepanometaceae
 Bentuk : Benang spiral panjang 5-15µm lebar 0,1-
0,2µm
07  Ujung : Seperti kait, lentur, tipis, fleksibel
 Gerak : Aktif, berputar sepanjang sumbunya, maju,
mundur, melengkung.

 Dapat hidup di air tawar


 Mengalami kematian 2 hari suhu 32°C, pada suhu 60°C
mati dalam waktu 10 menit.
 Leptospira dapat diwarnai dengan
karbolfuchsin.

 Bakteri ini bersifat aerob obligat


dengan pertumbuhan optimal suhu
08 28-30°C dalam pH 7,2-8,0.
09

L. Interrogans yang sering menginfeksi


manusia adalah

o L. Ichterohaemorrhagiae – Tikus
o L. Canicola – Anjing
o L. Pomona – Sapi dan Babi
o Leptospira di Indonesia terutama disebarkan oleh tikus yang melepaskan bakteri
melalui urin ke lingkungan. Reservoir yang tahan terhadap infeksi ini adalah
tikus got (rattus novegicus) kebun/ladaleleng (rattus exulans).
10

MERCURY VENUS
It’s the closest planet to the Venus has a beautiful name
Sun and the smallest one in and is the second planet from
the Solar System the Sun
Cara Penularan
 1. Penularan Langsung :

• Melalui darah, Urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman Leptospira masuk
kedalam tubuh pejamu
• Dari hewan ke manusia merupakan penyakit akibat pekerjaan, terjadi pada orang yang
merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan misalnya pekerja potong hewan, atau
seseorang yang tertular dari hewan peliharaanya
11 • Dari manusia ke manusia meskipun jarang dapat terjadi melalui hubungan seksual pada masa
konvalesen atau dari ibu penderita Leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air susu
ibu

2. Penularan tidak lansung

• Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar
urin hewan.
Patofisiologi

12
Manifestasi Klinis
2 Sindrom Klinis
13
Leptospirosis ringan atau non-ikterik 85-90%
● Flu-like atau demam akut
● Sebagian besar kasus di salah-diagnosis sbg penyakit demam lain
● Pasien mungkin tidak berobat

Leptospirosis berat atau ikterik 5-15%


Weil’s disease (Sindrom Weil)  CFR is 5-30%
Komplikasi pada organ tertentu: perdarahan paru  CFR~60%

Ikterus, perdarahan dan gagal ginjal adalah


Indikator utama Leptospirosis berat
Perjalanan klinis : 2 stadium
Icteric Leptospirosis
Anicteric Leptospirosis
(Weil's Syndrome)
First Stage Second Stage
First Stage Second Stage 3-7 days 10-30 days
3-7 days 0 days - 1 month (SEPTICEMIC) (IMMUNE)
(SEPTICEMIC) (IMMUNE)

Fever

14 Myalgia
Headache
Meningitis
Uveitis Jaundice
Abdominal Rash Hemorrhage
Important pain Renal failure
Clinical Vomiting Myocarditis
Findings Conjunctival
suffusion

Leptospires
Present
Blood Blood

CSF CSF

Urine Urine
Feigin et al. 1975
15
Diagnosa
• Identitas
• Keluhan : Demam(> 39 0C), Sakit kepala tiba-tiba , malaise,
muntah, batuk dengan atau tanpa darah , diare.
• Riwayat kontak dengan lingkungan yang terkontaminasiI
Anamnesa Leptospira.

• Vital Sign
• Inspeksi : Congjungtival suffusion, Ikterik, Rash.
16 • Palpasi : Nyeri Otot( M. Gastrocnemicus),Nyeri Abdomen
Pemeriksaan dan Epistaxis .
FISIK
Pemeriksaan Penunjang
1. Isolasi Organisme

 Darah : Diidentifikasi Pemeriksaan mikroskop


17 lapangan gelap/ kultur pada media setengah padat
( Mis. Fletcher’s EMJH) . Diambil sebelum hari ke
10.
 Urin : Diisolasi Pemeriksaan mikroskop lapangan
gelap setelah hari ke 10.

2. Pemeriksaan PCR
Metode PCR sensitive dan spesifik.
Positif : awal perjalanan penyakit dan dapat mendeteksi
DNA. Metode ini spesifik genus tapi tidak spesifik
serovar.
Pemeriksaan Penunjang
3. Serologi

 Pemeriksaan MAT (microscopic agglutination test) ((GOLD STANDAR))


Positif setelah hari ke 7-10, puncaknya pada minggu 3-4 dan tetap ada dalam titer
yang tinggi sampai beberapa tahun.
18
 ELISA IgM
Positif hari ke 2.
You can replace the image on
19 the screen with your own work.
Just delete this one, add yours
and center it properly o Rapid Diagnostic Test (RDT)
20 RDT (Rapid diagnostic test = Tes diagnosis cepat)
Diagnosis cepat tidak sama dengan diagnosis dini.
21
03.
ANALYSIS

You can enter a subtitle here if


you need it
KRITERIA FAINE (WHO) UNTUK DIAGNOSIS LEPTOSPIROSIS

VENUS JUPITER MARS

22 MERCURY 0.06 0.38 0.38

NEPTUNE 0.11 0.63 0.38

SATURN 95.2 9.4 1.16


Defenisi Kasus

1. Kasus Suspect

 Demam akut dengan atau tanpa nyeri kepala, disertai:


 Nyeri otot
 Lemah/malaise dan/atau
 Conjuctival suffusion dan
 Ada riwayat kontak dg lingkungan yang terkontaminasi
Leptospira
23
Contoh riwayat kontak dengan lingkungan yang
terkontaminasi bakteri Leptospira

 Berjalan di daerah banjir atau genangan air.


 Bertempat tinggal di daerah rawan banjir.
 Higiene perseorangan kurang (tidak cuci tangan, tanpa APD dsb).
 Luka terbuka / tidak diobati (termasuk kulit pecah2).
 Banyak tikus dirumah atau lingkungan tempat tinggal/bekerja.
24
 Rekreasi dalam air, olah raga air, lomba tri juang/triathlon).
 Kontak dg tanah di daerah endemik spt berkebun, bertani dll.
 Pekerjaan sebagai faktor risiko terpajan Leptospira.
2. Kasus Probable

Unit Pelayanan Kesehatan (tanpa fasilitas Lab)


Kasus Suspect disertai minimal dua dari gejala dibawah ini:
25 - nyeri betis
- batuk dengan/tanpa batuk darah
- sesak nafas
- ikterus
- manifestasi perdarahan (ptekie, mimisan, hematemesis dll)
- iritasi meningeal
- anuria-oliguria dan/atau proteinuria
- aritmia jantung
Catatan: Kasus probable yang mengarah ke klinis berat segera dirujuk ke
RS (ada dr.SpPD/SpA, plus fasilitas perawatan dialisis & ICU)

Ikterus, gagal ginjal, perdarahan


adalah indikator klinis Leptospirosis berat
2. Kasus Probable
Unit Pelayanan Kesehatan (dengan fasilitas Lab)
Kasus Suspect dg IgM positif berdasarkan tes diagnostik cepat (RDT)

dengan / atau
26 Minimal 3 dari kriteria laboratorium dibawah ini:
1. proteinuria, piuria, hematuria
2. lekositosis dg relatif neutrofilia (>80%), limfopenia
3. trombosit < 100.000 sel/mm
4. bilirubin > 2mg%; peningkatan ringan SGPT/SGOT
peningkatan amilase atau CPK

*) Jika ada akses rujukan ke Lab referensi Leptospirosis


3. Kasus Confirmed (diagnosis pasti)

Kasus Suspect atau Probable dengan salah satu


dibawah ini :

 Isolasi bakteri Leptospira dari sampel klinis (darah,urine)


 PCR positif
 Serokonversi MAT dari negatif positif atau adanya kenaikan titer 4x dari
27
pemeriksaan awal
 Titer MAT ≥ 320 (400) pada satu sampel
Diagnosa Banding
Leptospirosis ringan Leptospirosis berat

Demam Dengue/DBD Sepsis berat

Malaria tanpa komplikasi Malaria falciparum berat

rickettsiosis Hanta virus dengan gagal ginjal

Demam tifoid Demam tifoid dengan komplikasi


28

influenza

Infeksi hanta virus


Penatalaksanaan
Leptospirosis ringan Doksisiklin 2X100 mg selama 7 hari

3X500mg/hari pada orang


29 Amoksisilin dewasa
Atau 10-20mg/kgBB per8 jam
pada anak selama 7 hari

4x500mg selama 7 hari

Ampicilin

Leptospirosis sedang- Penicilin G 1,5 juta unit/6 jam (IV)


berat Ampicilin 1 gr/6 jam (IV)
Ceftriaxone 2 gr/hari (IV)
kemoprofilaksis Doksisiklin 200mg/minggu
azitromisin 250mg/minguu atau 2x seminggu
Kontraindikasi doksisiklin : ibu hamil, pada anak, ada kontraindikasi doksisiklin Amoksisilin , bila alergi
Amoksisilin dapat diberikan Makrolid.
Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal ginjal, pendarahan organ (paru, saluran cerna,
saluran kemih, serebral) syok dan gangguan neorologi.
30
Sistem Runjukan
Apabila menunjukan gejala Leptospirosis berat, harus dirawat/dirujuk di Rumah sakit yang memiliki
fasilitas ruang perawatan intensif, dialisis dll Untuk menangani komplikasi gagal ginjal, ARDS, dan
pendarahan paru.
Profilaksis
Saat ini belum ada kebijakan dari Kemenkes perihal tata cara profilaksis, mengingat Leptospirosis apabila
cepat dalam diagnosis relatif mudah disembuhkan dengan antibiotik.
PENCEGAHAN

31
PENCEGAHAN

Sekunder : Orang yang sudah


sakit leptospirosis, dicegah agar
orang tersebut terhindar dari
komplikasi yang nantinya dapat
menyebabkan kematian.

32

Pengobatan Suportif
leptospirosis ringan, (simptomatik)
sedang-berat
Komplikasi
Weil’s Disease atau leptospirosis berat, yang ditandai dengan munculnya
gejala berikut (setelah 4-9 hari):
33 1. Gagal ginjal akut :
Terjadinya gagal ginjal aku pada leptospirosis melalui 3 mekanisme
 Invasi atau nefrotoksik langsung dari leptospira
 Reaksi immunologi
 Reaksi non spesifik terhadap infeksi seperti
infeksi yang lain Iskemia ginjal
2. Perdarahan paru
3. Failure liver
4. Syok
5. Miokarditis
6. Ensefalopati
Prognosis

● Keadaan umum
● Usia Mempengaruhi prognosis, kematian dapat terjadi sebagai
34 ● Virulensi Leptospira komplikasi faktor pemberat
● Kekebalan Tubuh
● Ada/tidaknya penyerta (Ikterus)

Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka kematian 5 % pada umur
di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut menjadi 30-40 % Faktor-faktor sebagai indikator prognosis
mortalitas, yaitu : Leptospirosis yang terjadi pada masa kehamilan menyebabkan mortalitas janin yang
tinggi.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai