Anda di halaman 1dari 28

Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSAL Dr.

Mintohardjo
Fakultas Kedokteran Triksakti

Referat

LEPTOSPIROSIS

Kinanty Sindiana
030.012.142

Penguji:
Dr. Paulus Sp. PD
Pendahuluan
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme pathogen yang di kenal dengan nama Leptospira
interogans.

Penyakit ini pertama kali dikemukakan oleh Weil pada tahun 1886.

Dalam 90% kasus, leptospirosis hanya menyebabkan gejala flu ringan, dan
seringkali tidak spesifik. Sehingga sulit untuk dilakukan konfirmasi diagnosa
tanpa uji laboratorium.

Data dari Kemenkes menyebutkan bahwa hingga tahun 2014 tercatat 435
kasus dengan 62 kematian yang terjadi pada provinsi Jawa Tengah dan DKI
Jakarta.
Definisi
Leptosiprosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang disebabkan
mikroorganisme genus Leptospira interogans.

Nama lain penyakit ini :


a. swamp fever
b. mud fever
c. infectious jaundice
d. cane cutter fever
e. field fever
f. dll

Leptospirosis berat disebut Weil disease.


Epidemiologi
Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, disemua benua kecuali benua
antartika, namun terbanyak di daerah tropis.
Epidemiologi

Leptospirosis mengenai paling kurang 160 spesies mamalia. Tikus


merupakan vektor yang utama dari L. icterohaemorrhagica.

International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagai negara


dengan insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk
mortilitas. Tahun 2002 dilaporkkan lebih dari 100 kasus dengan 20
kematian, dan tahun 2014 tercatat 435 kasus dengan 62 kematian.

Laki-laki (52,1%) > perempuan (47,9%)


Etiologi

Oleh genus leptospira, family treponemataceae, suatu mikroorganisme


spirochaeta.

Leptospira interrogans dibagi menjadi beberapa serogroup yang tersering seperti


:
L. icterohaemorrhagica tikus
L. canicola anjing
L. panona sapi & babi
Etiologi

Membentuk
suatu kait

P : 5-15 m

Berbelit,
tipis, L : 0,1-0,2
fleksibel, m
spiral halus
Penularan
Penularan
Faktor resiko tertular leptospirosis

Kelompok Kelompok Kelompok


pekerjaan aktivitas lingkungan
Petani & peternak Berenang di sungai Anjing piaraan
Tukang pototng Bersampan Ternak
hewan Kemping Genangan air hujan
Penangkap/penjerat Berburu Lingkungan tikus
hewan Kegiatan di hutan Banjir
Dokter/mantri
hewan
Penebang kayu
Pekerja kayu
Pekerja selokan
Pekerja perkebunan
Patogenesis
Respon
imunologi Multiplikasi
ikterik
selular & akan
humoral terdeteksi
dalam darah
dan CSS

darah

Kerusakan PD
kecil

Vaskulitits +
kebocoran &
Menghambat ekstravasasi
sirkulasi mikro & sel
Organ peningkatan hipovolemi
utama yang permeabilitas a
terinfeksi kapiler
Patologi
Etiologi: organisme
L. Interrogans Kontak pd kulit, selaput
L. lendir, luka erosi dgn
air, tanah & lumpur dr Msk darah
Icterohaemorhagi air kemih binatang & alirannya
ae yang terinfeksi
L. Canicola leptospira endotoksin
L. pamona
Jantu
Ginjal Hati Otot Mata PD SSP
ng
Necrosis
sentilob Peruba Penebal
Interstis
Intersti ular han an
ial
sial fokal local meninge
edema Masuk
nefritis dgn nekrotis ns &
dgn ke dlm
dgn infiltrasi , vaskulit peningk
infiltrasi ruang
infiltras sel vakuoli is atan sel
limfosit
sel anterio
i sel sasi & mononu
lokal & mononu r
monon kehilan clear
prolifera clear &
uclear gan arachnoi
si sel plasma
striata d
Manifestasi klinis
Sering Jarang
Demam, menggigil, sakit Pneumonitis, hemoptoe,
kepala, meningismus, delirium, perdarahan, diare,
anoreksia, myalgia, edema, spleenomegali,
conjuctival suffusion, mual, arthralgia, gagal ginjal,
muntah, nyeri abdomen, periferal neuritis,
icterus, hepatomegaly, ruam pankreatitis, parotitis,
kulit, fotofobia. epididimytis, hematemesis,
asites, miokarditis.
Manifestasi klinis

Masa inkubasi +- 7-14 hari Fase leptospiremia


- berlangsung secara tiba-tiba dgn gejala awal
- 4-9 hari
Fase imun
- setelah demam 7 hari bebas demam 1-3
hari demam kembali.
- peningkatan titer antibody
- tanda patognomonis (conjunctival
suffusion & icterus)
Manifestasi klinis

Leptospirosis Gambaran klinis Spesimen Laboratorium


Leptospirosis anikterik (80- Demam, myalgia, Darah dan LCS
90%) conjunctival suffusion, nyeri
Fase leptospiremia abdomen, muntah, nyeri
kepala

Fase imun Meningitis, demam Urin


Leptospirosis ikterik (5- Demam tinggi, icterus, Darah, LCS, dan urin
10%) perdarahan, gagal ginjal
Fase leptospiremia & Fase
imun (sering menjadi satu
atau tumpang tindih)
Manifestasi klinis
Diagnosis
Anamnesis
- kelompok risiko tinggi
- keluhan sesuai gejala klinis
Pemeriksaan fisik
- suhu badan meningkat
- bradikardi relative
- nyeri tekan pada otot (terutama m. gastrocnemius)
- ruam pada kulit
- tanda ikterik
- conjunctival suffusion
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
- darah lengkap (leukositosis/n, neutrofilia, LED meningkat)
- urinalisis (proteinuria, leukosituria)
- kimia darah: - hepatomegaly (bilirubin darah & transaminase
meningkat)
- komplikasi pada ginjal (BUN, ur/cr meningkat)
- kultur dari spesimen darah & LCS
- serologi (MAT & MSAT)
- pemeriksaan IgM ELISA
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis banding

Leptospirosis ringan Leptospirosis berat


Influenza Malaria
Malaria Demam tifoid
Infeksi virus Hepatitis viral
Komplikasi
1. Gagal ginjal akut
- oliguria
- non-oliguria
2. Perdarahan paru
3. Liver failure
4. Perdarahan gastrointestinal
5. Shock
- hipovolemia
- hiperviskositas koagulasi
6. Miokarditis
7. Enchefalopathy
Penatalaksanaan

Pengobatan dan kemoprofilaksis leptospirosis


- Pengobatan suportif (siptomatik)
- Pemberian antibiotic (4 hari setelah onset)

Indikasi Regimen Dosis


- Leptospirosi ringan Doksisiklin 2x100 mg
(anikterik) Ampisilin 4x500-750 mg
Amoksisilin 4x500 mg
- Leptospirosis Penisilin G 1,5 juta unit/6 jam (i.v)
sedang/berat Ampisilin 1 gr/6 jam (i.v)
(ikterik-weil Amoksisilin 1 gr/6 jam (i.v)
disease) Doksisiklin 20 mg/minggu
- kemoprofilaksis
Prognosis

Keadaan umum

Usia
Mempengaruhi
prognosis.
Kematian dapat terjadi
Virulensi leptospira sebagai komplikasi
faktor pemberat.

Kekebalan tubuh

Ada/tidaknya penyerta
(icterus)
Pencegahan
Tujuannya ialah : Mencegah penularan
terutama pada orang
dengan resiko tinggi

Sumber Jalur Pejamu


infeksi penularan manusia

Upaya isolasi, Apd, mencuci


mengurangi luka, mandi,
populasi, membangun Menumbuhkan
meniadakan kesadaran, sikap
akses, jaga hygiene, waspada,
mencegah desinfektan, melakukan
(vaksinasi, menurunkan upaya edukasi
buang PH, beri
Kesimpulan

Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan


leptospira.

Ditularkan dari hewan ke manusia.

Penyakit ini sering ditularkan melalui air kencing tikus.

Gejala klinis yang timbul mulai dari ringan sampai berat bahkan
kematian, bila terlambat mendapat pengobatan.

Diagnosis dini yang tepat dan penatalaksanaan yang cepat akan


mencegah perjalanan penyakit menjadi berat.

Pencegahan dini terhadap mereka yang terpapar diharapkan dapat


melindungi mereka dari serangan leptospirosis.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Zein U. Leptospirosis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku
ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2014. h.2807-11.
2. 2. Wibisono E, Susilo A, Nainggolan L. Leptospirosis. Dalam: Tanto C, Liwang F, Hanifati S,
Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
3. NHS Choices. Leptospirosis. Available at :
http://www.nhs.uk/Conditions/Leptospirosis/Pages/Introduction.aspx. Accesed August, 9 2016.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes tetap waspadai leptospirosis pasca
banjir. Available at :
http://www.depkes.go.id/article/print/15022400001/meski-belum-ada-laporan-kemenkes-tetap-was
padai-leptospirosis-pasca-banjir.html
. Accesed August, 9 2016.
5. European centre for disease prevention and control. Leptospirosis. Available at :
http://ecdc.europa.eu/en/healthtopics/leptospirosis/Pages/Factsheet.aspx. Accesed August, 9
2016.
6. Palaniappan RU, Ramanujam S, Chang YF. Leptospirosis: Pathogenesis, Immunity, and
Diagnosis. Curr Opin Infect Dis: 2007. h.284-92.
7. Gompf SG, McKenzie JG, Velez AP. Leptospirosis. 2016. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/220563-overview#a5. Accesed at August, 9 2016.
8. Ditjen PPM & PL RSPI Prof. DR. Sulianti Saroso. Pedoman Tatalaksana Kasus dan
Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2011.
9. Sion ML, et al. Acute Renal Failure caused by Leptospirosis and Hantavirus infection in an
Urban Hospital. Eur J of Int Med 2002;13:264-8.
Daftar pustaka
10. Niwattayakul K, Homvijitkul J, Khow O, Sitprija V. Leptospirosis in northeastern Thailand:
hypotention and complications. Southest Asean J Trop Med Pub Health 2002:33;155-60.
11. Gasem MH, Redhono D, Suharti C. Anicteric leptospirosis can be misdiagnosed as
dengue infection. Buku Abstrak Konas VIII. Malang: PETRI. 2002.
12. Speelman P. Leptospirosis. Dalam: Longo DL, Fauci AS, Kapser DL, Hauser SL, Jameson
JL, Loscalzo J. Harrisons principles of internal medicine. Edisi 18. NewYork: Mc-Graw Hill.
2012.
13. Lestariningsih. Gagal Ginjal Akut pada leptospirosis. Kumpulan makalah symposium
leptospirosis. Semarang: Badan penerbit universitas Diponegoro. 2002.
14. World Health Organization. International leptospirosis society. Human leptospirosis
guidance for diagnosis, surveillance and control. Geneva:WHO. 2003.
15. Setiadi B, Setiawan A, Effendi D, Hadinegoro SRS. Leptospirosis. Sari Pediatri. Vol 3. No
3. 2001:163-7.
16. Chauhan V, Manesh DM, Panda P, Mokta J, Thakur S. Profile of Leptospirosis in Sub-
Himalayan Region of North India. J of the Association of Physicians of India 2010:58.
17. Soeroso S, Giriputro S, Pulungsih SP, et al. Dalam: Soetanto T, Soeroso S, Ningsih S.
Pedoman Tatalaksana Kasus dan Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah
Sakit. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehat Lingkungan.
Departemen Kesehatan RI.2003:1-45.
18. Putra AM, Gasem MH. Keterlibatan Multiorgan pada Penderita Leptospirosis berat.
Semarang: Universitas Diponegoro. 2008.
19. Shakinah S. Leptospira dan Penyakit Weils. MEDICINUS. Vol. 8. No. 2. Universitas
Padjajaran:2015.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai