HEPATOCELULLAR CARSINOMA
Oleh :
Ardila Arsa 1210311003
Dwiva Try Rakhmawati 1210313010
Dinda Putri Sofiani 1310311185
Raihandi Putra 1310311011
Preseptor :
dr. Drajad Priyono, Sp.PD-KGH,FINASIM
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
“Hepatocelullar Carsinoma”. CRS ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
Djamil Padang.
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang membaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga
Penulis
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
dari sel epitel billier, sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari
sel masenkim. HCC merupakan salah satu tumor ganas hati primer yang sering
sebagai kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker sistem saluran
cerna setelah kanker kolorektal dan kanker lambung. Tingkat kematian (rasio
antara mortalitas dan insidensi) HCC juga sangat tinggi, di urutan kedua setelah
tingkat kekerapan HCC, yaitu tingkat kekerapan rendah (kurang dari tiga kasus);
menengah (tiga hingga sepuluh kasus); dan tinggi (lebih dari 10 kasus per 100.000
Sekitar 80% dari kasus HCC di dunia berada di Negara berkembang seperti
Asia Timur dan Asia tenggara serta Afrika Tengah (Sub-Sahara), yang dikenal
sebagai wilayah dengan prevalensi Hepatitis virus yang tinggi. Di Negara Maju
dengan tingkat kekerapan HCC rendah atau menengah, Prevalensi infeksi HCV
HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah yang endemik
infeksi HBV serta banyak terjadi transmisi HBV perinatal. Umumnya di wilayah
dengan kekerapan HCC tinggi, umur pasien HCC 10-20 tahun lebih muda
daripada umur pasien HCC di wilayah dengan angka kekerapan HCC rendah.
Pada semua populasi, kasus HCC laki-laki jauh lebih banyak (dua-empat kali
lipat) daripada kasus HCC perempuan. Di wilayah dengan angka kekerapan HCC
yang tinggi, rasio kasus laki-laki dan perempuan dapat sampai delapan berbanding
satu, masih belum jelas apakah hal ini disebabkan oleh lebih rentannya laki-laki
terhadap HCC, atau karena laki-laki lebih banyak terpajan oleh factor resiko HCC
tenggarai bahwa kekerapan HCC yang berikatan dengan HBV pada anak jelas
menurun setelah diterapkan vaksinasi HBV universal bagi anak. Umur saat
terjadinya infeksi sangat penting, karena infeksi HBV pada usia dini akan
hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel pejamu, dan aktivitas
protein spesifik –HBV berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan
sel hepatosit dari kondisi inaktif (quiescent) menjadi sel yang aktif bereplikasi
hati, atau akibat dipicu oleh ekspresi berlebihan suatu atau beberapa gen yang
berubah akibat HBV. Koinsidensi HBV dengan pajanan agen onkogenik lain
hati (HCC pada hati non sirotik). Transaktivasi beberapa promoter selular atau
viral tertentu oleh agen-X HBV (HBx) dapat mengakibatkan terjadinya HCC,
oleh HBx melampaui mekanisme protektif dari apoptosis sel. Genotipe HBV
dengan serokonversi HBeAG yang lebih awal, progresi ke sirosis hepar lebih
penting dari HCC. Prevalensi anti-HCV pada pesien HCC di Cina dan Afrika
Selatan sekitar 30% sedangkan di Eropa Selatan dan jepang 70-80%. Meta
infeksi HCV kronik dengan infeksi HBV atau dengan peminum alkohol
meliputi 20% dari kasus HCC. Pada kelompok pasien penyakit hati akibat
transfusi darah dengan anti-HCV positif, interval antara saat transfusi hingga
terjadi HCC dapat mencapai 29 tahun. Hepatokarsinogenesis akibat infeksi
HCV diduga melalui aktivitas nekroinflamasi kronik dan sirosis hati. 1,3
4. Sirosis Hati
Sirosis hati merupakan faktor resiko utama HCC di dunia dan melatar-
belakangi lebih dari 80% kasus HCC. Setiap tahun, tiga sampai lima persen
dari pasien SH akan menderita HCC, dan HCC merupakan penyebab utama
menderita HCC. Pada 60-80% dari SH makronoduler dan tiga sampai sepuluh
HCC pada SH adalah jenis kelamin laki-laki, peningkatan alfa feto protein
(AFP) serum, beratnya penyakit dan tingginya aktifitas proliferasi sel hati. 1,3
5. Obesitas
Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari 900.000 individu di
terjadinya peningkatan angka mortalitas sebesar lima kali akibat kanker hati
pada kelompok individu dengan berat badan tinggi (indeks masa tubuh: IMT
HCC. 1,3
6. Aflatoksin
Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur
AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53. 1,3
7. Diabetes Melitus
DM merupakan faktor resiko baik untuk penyakit hati kronik maupun untuk
insulin like growth factor (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial
8. Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenic, peminum berat
melalui sirosis hati alkoholik. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik
sirosis hati dan HCC pada pengidap infeksi HBV dan HCV. Sebaliknya, pada
potensi karsinogenik dari NASH. Obesitas dan diabetes jelas telah ditetapkan
sebagai faktor risiko terjadinya NASH, dan telah terlibat dalam pertumbuhan
terlibat dalam jalur sinyal sitokin dan telah terbukti dalam terjadinya HCC.
reseptor ini telah ditemukan di 61% dari pasien dengan HCC. Adiponektin
mitokondria hepatosit dengan infiltrasi lemak, dan stres oksidatif dapat terlibat
proliferasi sel, atau dapat menyebabkan mutasi sel secara langsung. Trans-4-
mutasi dari gen supresor p53. Nuclear respiratory factor-1 (Nrf1) adalah
transkripsi faktor yang penting dalam mediasi oksidatif stres. Dalam model
mengatur respon imun dan inflamasi pada beberapa tumor dan menghambat
HCC melalui sensitisasi sel hepatosit untuk spontan apoptosis. Siklus cedera
kronis ini, kematian sel, dan regenerasi melalui kompensasi seluler proliferasi
mungkin berkontribusi terhadap pengembangan HCC. C-Jun amino-terminal
Asam lemak bebas, TNF-a, dan ROS dirilis pada hiperinsulinemia dan semua
itu merupakan aktivator poten dari JNK, yang pada gilirannya merubah
baru ini, bukti telah mengungkapkan hubungan yang signifikan antara aktivasi
JNK berkelanjutan dan terjadinya HCC. JNK1 terlalu aktif di lebih dari 50%
pada sampel dengan HCC. Aktivasi berlebihan yang berkelanjutan dari JNK1
hepatosit. Dengan penelitian lebih lanjut, gen ini berpotensi dapat dijadikan
kehijauan atau hemorogik. Acap kali ditemukan thrombus tumor di dalam vena
2. Infiltrative, menyebar/menjalar
3. Multifokal
Tipe ekspansif lebih sering ditemukan pada hati nonserotik. Menurut WHO
1. Tubercular (sinusoidal)
2. Pseudoglandular (asiner)
3. Kompak (padat)
4. Sirous
lebih dari 1,5 cm adalah bahwa sebagian besar tumor terdiri semata-mata dari
karsinoma yang berdiferensiasi baik, dengan sedikit atipia selular atau struktural.
dapat terlihat di dalam nodul yang sama. Nodul kanker yang berdiameter kurang
dari satu cm seluruhnya terdiri dari jaringan kanker yang berdiferensiasi baik. Bila
diameter tumor antara 1 dan 3 cm, 40% dari nodulnya terdiri atas lebih dari 2
ataupun jauh
IIa : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan ≤ 10cm di
hati kiri dan kanan tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe
belahan hati kiri dan kanan tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar
utama vena porta atau vena kava inferior, metastasis kelenjar limfe
IIIb : Tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis
(Desen, 2008).
Penyebaran
porta atau vena cava. Dapat terjadi metastasis pada varises esofagus dan di paru.
Metastasis sistemik seperti kekelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang
terjadi, dan dapat juga sampai kemediastinum. Bila sampai ke peritoneum, dapat
menyebabkan asites hemoragik yang berarti sudah memasuki stadium terminal. 1,3
perputaran (turn-over) sel hati yang diinduksi oleh cidera (injury) dan regenerasi
kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini dapat
selular atau inaktivasi gen supresor tumor, yang mungkin bersama dengan kurang
faktor pertumbuhan dan angiogenik. Hepatitis virus kronik, alkohol dan penyakit
menjalankan peranannya terutama melalui jalur ini (cedera kronik, regenerasi, dan
sirosis), Dilaporkan bahwa HBV dan mungkin juga HCV dalam keadaan tertentu
juga berperan langsung pada pathogenesis molekular HCC. Aflatoksin dapat
menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53 dan ini menunjukkan bahwa
dengan inaktivasi gen supresor tumor. LOH atau delesi alelik adalah hilangnya
satu salinan (kopi) dari bagian tertentu genom. Pada manusia, LOH dapat terjadi
kromosom 17 atau pada lokasi di dekat gen p53. Pada kasusu HCC, lokasi
integrasi HBV DNA di dalam kromosom sangat bervariasi (acak). Oleh karena
itu, HBV mungkin berperan sebagai agen mutagenic insersional non selektif.
tumor maupun gen-gen selular penting lain. Dengan analisis southern blot,
tumor/HCC, tidak ditemukan diluar jaringan tumor. Produk gen X dari HBV,
dependent antara pajanan AFB1 dalam diet dengan mutasi pada kodon 249 dari
p53. Mutasi ini spesifik untuk HCC dan tidak memerlukan integrasi HBV
kedalam DNA tumor. Mutasi gen p53 terjadi pada sekitar 30% kasus HCC di
dunia, dengan frekuensi dan tipe mutasi yang berbeda menurut wilayah geografik
Infeksi kronik HCV dapat berjuang pada HCC setelah berlangsung puluhan
tahun dan umumnya didahului oleh terjadinya sirosis. Ini menunjukkan peranan
penting dari proses cidera hati kronik diikuti oleh regenerasi dan sirosis pada
1. Telomerase
endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast growth factor (bFGF),
tanda yang sangat jelas dan disertai gagal hati. Gejala yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri atau perasaan tak nyaman di kuadran kanan atas
keluhan nyeri dada di kuadran kanan atas; atau teraba pembengkakan lokal di
hepar patut di curigai menderita HCC. Demikian pula bila tidak terjadi perbaikan
pada asites , perdarahan varises atau pre-koma setelah diberi terapi yang adekuat;
atau pasien penyakit hati kronik dengan HbsAg atau anti HCV positif yang
keluhan rasa penuh di abdomen disertai perasaan lesu, penurunan berat badan
diare. Sesak nafas dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang menekan
diafragma, atau karena sudah adanya metastasis ke paru. Sebagian besar pasien
HCC sudah menderita sirosis hati, baik yang masih dalam stadium kompensasi,
Temuan fisik tersering pada HCC adalah hepatomegaly dengan atau tanpa
‘bruit’ hepatik, splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot. Sebagian dari
pasien yang dirujuk kerumah sakit karena perdarahan varises esofagus atau
peritonitis bacterial spontan (SBP) ternyata sudah menderita HCC. Pada suatu
laporan serial nekropsi didapatkan bahwa 50% pasien HCC telah menderita asites
hemoragik, yang jarang ditemukan pada pasien sirosis hati saja. Pada 10% hingga
hati fetal, sel yolk-sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal.
Rentang normal AFP serum adalah 0-20ng/ml. Kadar AFP meningkat pada
60% sampai 70% dari pasien HCC, dan kadar lebih dari 400 ng/mL adalah
diagnostic atau sangat sugestif untuk HCC. Nilai normal dapat ditemukan juga
pada HCC stadium lanjut. Hasil positif-palsu dapat juga ditemukan oleh
Hepatitis akut atau kronik dan pada kehamilan. Penanda tumor lain untuk
kadarnya meningkat pada hingga 91% dari pasien HCC, namun juga dapat
karsinoma. Ada beberapa lagi penanda HCC seperti AFP-L3 (suatu subfraksi
AFP), alfa-L-fucosidase serum, dll. Tapi tidak ada yang memiliki agregat
normal. Nilai normal sering ditemukan pada HCC stadium lanjut. Spesifisitas
AFP hanya 60%, artinya bila ada pasien yang diperiksa darahnya dijumpai
AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan pasien tersebut menderita HCC, sebab
AFP dapat meninggi pada keadaan sirosis hepatis, hepatitis kronis, kanker
benar pasti suatu HCC. Tindakan biopsi ini hendaknya dipandu dengan
Gambaran radiologi
Foto toraks perlu dikerjakan secara rutin dan berguna untuk melihat
Pada umumnya tumor hati yang letaknya dekat diafragma, bila mengalami
di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan ( nodule ) satu buah, dua
buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse ( merata pada seluruh hati
atau berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar
Ultrasonografi abdomen
Untuk meminimalkan kesalahan hasil pemeriksaan AFP, pasien sirosis hati
pada pasein dengan resiko tinggi USG lebih sensitif daripada AFP serum
berulang. Sensitivitas USG untuk neoplasma hati berkisar antara 70% hingga
80%. Tampilan USG yang khas untuk HCC kecil adalah gambaran Mosaik,
Doppler sangat berguna untuk membedakan HCC dari tumor hepatic lainnya.
Tumor yang berada dibagian atas-belakang lobus kanan mungkin tidak dapat
terdeteksi oleh USG. Demikian juga yang berukuran terlalu kecil dan
isoeskoik.1,3
Dengan USG hitam putih (gray scale) yang sederhana (konvensional) hati
yang normal tampak keabu-abuan dan tekstur merata (homogen). Bila ada
bervariasi pada tiap pasien, bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan
merata pada seluruh hati, ataukah satu nodul yang besar dan berkapsul atau
dengan diameter 2-3 cm, tapi bila USG konvensional dilengkapi perangkat
lunak harmonik sistem bisa mendeteksi benjolan dengan ukuran 1-2 cm,
akurasi ini disebabkan karena USG konvensional tidak dapat menilai adanya
Dengan pesatnya perkembangan teknologi kini sudah ada alat USG yang lebih
canggih, yaitu color Doppler flow imaging (CDFI), yaitu USG yang selain
tersebut, selain itu juga dapat melihat adanya portal vein tumor trombosis.
Dari hasil USG ini sudah dapat diarahkan dengan tepat tindakan pengobatan
yang akan dilakukan, apakah akan dilakukan operasi membuang sebagian hati
(reseksi hepatektomi parsial) atau tidak, apakah bisa diembolisasi atau tidak
ataukah hanya dilakukan infus kemoterapi intra arterial. Tapi bila sudah jelas
adanya tumor trombus didalam vena porta dan sudah menyumbat vena, maka
tindakan operatif dan embolisasi sudah hampir tidak berarti lagi dan satu-
hati.15
dianjurkan menjalani pemeriksaan USG setiap tiga bulan sekali. Untuk tumor
kecil pada pasien dengan risiko tinggi, USG lebih sensitif daripada AFP serum
berulang. Modalitas imaging lain seperti CT-scan, MRI dan angiografi kadang
masih tetap merupakan alat diagnostik yang paling populer dan bermanfaat.3.
diagnostic pada populasi yang beresiko untuk suatu penyakit sebelum ada
bukti bahwa penyakit tersebut sudah terjadi.Karena sebagian dari pasien HCC,
dengan atau tanpa sirosis, adalah tanpa gejala, untuk mendeteksi dini HCC
diperlukan strategi khusus terutama bagi pasien sirosis hati dengan HBsAg
atau anti-HCV positif. Berdasarkan atas lamanya waktu penggandaan
(doubling time) diameter HCC yang berkisar antara 3 sampai 12 bulan (rerata
abdomen setiap 3 hingga 6 bulan bagi pasien sirosis maupun hepatitis kronik
B atau C. Cara ini di Jepang terbukti dapat menurunkan jumlah pasien HCC
(dini). Namun hingga kini masih belum jelas apakah dengan demikian juga
1.8 Diagnosis
Untuk tumor dengan diameter lebik dari 2cm, adanya penyakit hati kronik,
hipervaskularisasi arterial dari nodul (dengan CT atau MRI) serta kadar AFP
berdiameter > 2 cm) dan diagnosis pasti diperlukan untuk menetapkan pilihan
terapi. Untuk tumor berdiameter kurang dari 2 cm, sulit menegakkan diagnosis
akibat belum matangnya vaskularisasi arterial pada nodul. Bila dengan cara
imaging dan biopsy tidak diperoleh diagnosis defenitif, sebaiknya ditindaklanjuti
ditegakkan.1,3
Dengan perkembangan teknologi yang kian canggih dan kian maju pesat,
maka berkembang pulalah cara-cara diagnosa dan terapi yang lebih menjanjikan
dewasa ini. HCC yang kecil pun sudah bisa dideteksi awal terutamanya dengan
yaitu :13
Hati Selular.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan adanya Kanker
Hati Selular.
Diagnosis HCC didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya
banyak digunakan untuk menilai status fungsional hati dan prediksi pada pasien
sirosis adalah sistem Child-Turcotte-Pugh. Namun sekarang ini, sistem staging
yang banyak digunakan dalam HCC adalah Okuda staging system dan Barcelona
Clinic Liver Cancer (BCLC) staging system. Sistem staging ini bermanfaat dalam
Tabel 1.5 American Joint Comitte Cancer (AJCC) TNM Staging for Liver
Tomors6
1.9 Penatalaksanaan
Pilihan terapi yang diberikan pada pasien HCC didasarkan pada staging
yang diperoleh dari penilaian pada pasien tersebut. Karena sirosis hati yang
HCC sangat rendah. Beberapa terapi yang digunakan dalam penanganan HCC
adalah. 1,3
1. Reseksi
jaringan hepar. Terapi ini dapat dilakukan pada pasien yang mempunyai tumor
kurang 3 cm dan fungsi hepar masih baik, idealnya tanpa adanya sirosis
karena dapat memicu timbulnya gagal hati dan menurunkan angka harapan
hidup. Oleh karena itu diperlukan kriteria seleksi pada pasien dengan sirosis.
Parameter yang dapat digunakan untuk seleksi adalah scor child pugh dan
derajat hipertensi portal atau kadar bilirubin serum dan derajat hipertensi
portal saja. Subjek dengan bilirubin normal tanpa hipertensi portal yang
2. Transplantasi
Bagi pasien HCC dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan kemungkinan
perbaikan seleksi pasien dan terapi preoperatif dengan obat antiviral dapat
Destruksi dari sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia (alkohol, asam
dan crioablation). Injek etanol perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk
tumor kecil karena efikasinya tinggi, efek sampingnya rendah serta relatif
yang lebih tinggi daripada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang lebih
besar dari 3 cm, namun tidak berpengaruh terhadap harapan hidup pasien.
4. Terapi paliatif
Beberapa jenis terapi lain untuk HCC yang tidak resektabel adalah
1. Sorafenib
cara membidik sel tumor dan sistem pendarahan tumor. Dalam uji preklinis,
Sorafenib terbukti mampu menghambat dua jenis kinase yakni profilerasi sel dan
dalam proses pertumbuhan kanker. Proses ini penting pula bagi sel normal,
sehingga terapi target dari Sorafenib juga bisa mempengaruhi beberapa sel
normal. Sorafenib sudah menjadi sistem standar untuk terapi kanker hati stadium
lanjut. Obat ini adalah satu-satunya terapi yang telah menunjukkan adanya
peningkatan survival rate bagi para penderita kanker hati hingga 47 persen.
2. Bevacizumab
yang terbukti meningkatkan harapan hidup penderita kanker pada studi fase 3.
3. Erlotinib
Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang
datangnya bersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul
banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan
merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh
dan seterusnya masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat
(di-embolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah
dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke sel-sel kanker
akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati. Sebelum dilakukan embolisasi
melalui feeding artery itu maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang
mematikan. Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar
terjamin mati dan tak berkembang lagi. Dengan dasar inilah embolisasi dan
Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal
berasal dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas
mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri hepatika. Bila Vena
porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati normal akan
terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti alasan pasien cepat
meninggal bila sudah ada penyumbatan vena porta ini. Infus sitostatika intra-
arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai kecabang besar tertutup oleh sel-sel
tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi
hati oleh karena ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidak
200 cc. Atau dapat juga cisplatin dan 5FU (5 FluoroUracil). Metoda ballon
hanya kateter yang dipakai adalah double lumen ballon catheter yang di-insert
dengan tumor.
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua
tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu
membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-
samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI
hanya dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut.
dilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun
kuratif keseluruhannya.
Gambar 3: Algoritma penanganan HCC berdasarkan staging14,15,16
1.10 Prognosis
Pada umumnya prognosis HCC adalah jelek. Tanpa pengobatan biasanya
terjadi kematian kurang dari satu tahun sejak keluhan pertama. Pada pasien HCC
stadium dini yang dilakukan pembedahan dan diikuti dengan pemberian sitostatik,
umur pasien dapat diperpanjang antara 4-6 tahun, sebaliknya HCC stadium lanjut
Identitas pasien :
Nama : Tn. A
Umur : 43 tahun
MR : 994079
Keluhan utama :
Bengkak pada perut kanan atas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Bengkak pada perut kanan atas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
Demam (-)
Batuk(-)
Nafsu makan (-) sejak 1 minggu sebelum masuk rumah saki, pasien hanya
makanan
Riwayat DM (-)
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
- Kesadaran : Composmentis
- Suhu : 36,50C
- BB : 50 kg
- TB : 160 cm
Pemeriksaan sistemik :
Kepala : Normochephal
Thorak
Paru :
- Inspeksi : pergerakan tidak simetris kanan tertinggal dari kiri, retraksi (-),
venektasi (+)
- Perkusi : kiri sonor, kanan sonor kemudian redup dari ric III kebawah
Jantung :
Abdomen :
- Palpasi : hepar teraba 5 jari dari arcus costarum, 6 jari dari prosessus
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : bising usus (+) normal, brui positif di perut kanan atas
Anus :
RT : (-)
Mukosa : licin
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik, udem (-), refleks fisiologis (++/+
Hb : 13,3gr/dl
Ht : 39 %
GDS : 85 mg/dl
Ur / Cr : 53 / 1,0
HBsAG : reaktif
DIAGNOSIS KERJA :
- Hepatoma
- Hepatitis B Kronis
DIAGNOSIS BANDING :
- Abses hepar
TERAPI
- Istirahat, diet DH II
- O2 3 l/i
PEMERIKSAAN ANJURAN :
- Rontgen thoraks
- Usg Abdomen
- Biopsi
BAB 3
DISKUSI
keluhan bengkak pada perut kanan atas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Bengkak pada perut kanan atas dengan nyeri yang hilang timbul. Perut
terasa cepat penuh apabila diisi makanan. Pasein sering mual dan nafsu makan
menurun sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien hanya makan 3-4
sendok makan/kali. Penurunan berat badan (+) sekitar 7 kg sejak 1 bulan yang
lalu. BAK seperti teh pekat namun BAB warna dan konsistensi normal. Pasien
juga mengeluh sesak nafas terus menerus, tidak dipengaruhi aktifitas, cuaca, dan
makanan. Pasien merokok satu bungkus sehari, sejak 20 tahun yang lalu.
jari dari arcus costarum, 6 jari dari prosessus xipoideus konsistensi keras, pinggir
tumpul, permukaan tidak rata dengan perkusi pekak. Dari auskultasi ditemukan
globulin menurun (Alb / Glob : 3,0 / 4,0), SGOT meningkat (SGOT / SGPT :
279 / 30), HbsAG reaktif, anti HCV non reaktif, dan rapid test positif.
dan efusi pleura dekstra dengan diagnosa banding abses hepar. Pasien diberikan
terapi Istirahat, diet DH II, O2 3 l/I, Triofuin:NaCl 0,9% 1:1, 8 jam / kolf,
Lactulac syr 3xCTH II (PO), Balance cairan, dan Paracetamol 3x500 mg (po).
Pemeriksaan lebih lanjut yang dianjurkan adalah Rontgen thoraks, Usg Abdomen
dan biopsi.
pasien merasakan bengkak pada perut kanan atas dengan nyeri yang hilang timbul.
Perut terasa cepat penuh apabila diisi makanan. Pasein sering mual dan nafsu makan
menurun sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien hanya makan 3-4
sendok makan/kali. Penurunan berat badan (+) sekitar 7 kg sejak 1 bulan yang lalu
dan BAK seperti teh pekat. Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan SGOT
yaitu :13
satu kriteria empat atau lima.13 Oleh karena itu, rencana diagnostik untuk masalah
Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak / biasa. Protein
diberikan 1 g/Kg berat badan dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi
total) dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi,
zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya
retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam.
DAFTAR PUSTAKA
3. Budihusodo U. Karsinoma hati dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Aru W,
Bambang S, Idrus A, Marcellus S, Siti S editor. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007: 455-9
5. Axelrod DA. Hepatocellular carcinoma. Emedicine. 2012. [ cited 2017 Oct 31].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/197319
8. El-serag HB, Marero JA, Rudolph J, Reddy KR. Diagnosis and treatment of
hepatocellular carcinoma. Gastroenterology. 2008; 134: 1752-1763.
11. Hamid NA. Update to risk factors for hepatocellular carcinoma. Int J. Med.
Med. Sci. 2009; 1 (3): 038-043Blum HE. Hepatocellular carcinoma. Theraphy
and prevention. World J. gastroenterol. 2005; 11 (47): 7391-7400
12. Starley BQ, Calcagno CJ, Harrison SA. Nonalcoholic fatty liver disease and
hepatocellular carcinoma: a weight connection. Hepatology. 2010. [ cited 2017
Oct31].Availablefrom:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/hep.23594/pdf
13. Rasyid A. pentingnya peranan radiologi dalam deteksi dini dan pengobatan
kanker hati primer. USU press.2006
14. Soresi M, Maglirisi C, Campgna P. alphafetoprotein in diagnosis of
hepatocellular carcinoma. Anticancer Research. 2003.
15. Richard LB, Mark S, Peterson. Screening the cirrhotic liver for hepatocellular
carcinoma with CT and MRI imaging opportunities and pitfalls RSNA. 2001
16. Ryder SD. Guidelines for the diagnosis and treatment of hepatocellular
carcinoma (HCC) in adults. 2003.
17. Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 60th ed. Sugiharto L,Hartanto
H, Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi
Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jajarta: EGC. 2006
18. Putz R., Pabst R. Sobotta: Atlas Anatomi . 22 nd ed. Suvono J.Sugiharto L.
Novrianti A. Liena, Penerjemah. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22.
Jakarta: EGC, 2007