BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KARSINOMA HEPATOSELULAR
II.1 Definisi Hepatoma (Karsinoma Hepatocelullar/HCC)
Hepatoma (Karsinoma Hepatocelullar/HCC) adalah tumor ganas hati
primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan karsinoma
fibrolamelar dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati lainya, kolangiokarsinoma
(Cholangiocarsinoma =CC) dan sistoadenokarsinoma berasal dari sel epitel
billier, sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel
masenkim. HCC merupakan salah satu tumor ganas hati primer yang sering
ditemukan yang berasal dari sel hepatosit. 1,3
II.2 Epidemiologi Hepatoma
HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta
menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan
sebagai kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker system saluran
cerna setelah kanker kolorectal dan kanker lambung. Tingkat kematian (rasio
antara mortalitas dan insidensi) HCC juga sangat tinggi, di urutan kedua setelah
kanker pancreas. Secara geofrafis, di dunia terdapat tiga kelompok wilayah
tingkat kekerapan HCC, yaitu tingkat kekerapan rendah (kurang dari tiga
kasus); menengah (tiga hingga sepuluh kasus); dan tinggi (lebih dari 10 kasus
per 100.000 penduduk). Tingkat kekerapan tertinggi terletak di Asia Timur dan
Tenggara setelah Afrika Tengah, Sedangkan yang terendah di Eropa Utara,
Amerika Tengah, Australia dan Selandia Baru.1,3,4
Angka insidens
Laki-laki
Perempuan
14,97
5,51
14,44
24,21
4,95
6,16
13,51
6,02
12,98
2,68
2,07
6,16
35,46
12,66
18,35
5,70
Asia Tenggara
2,77
1,45
Asia Tengah Selatan
5,60
2,04
Asia Barat
Kepulauan pasifik
12,98
6,38
Eropa
5,80
2,55
Eropa Timur
2,61
1,39
Eropa Utara
9,84
3,45
Eropa Selatan
5,85
1,61
Eropa Barat
Amerika
7,58
4,17
Karibea
2,06
1,64
Amerika Tengah
4,80
3,68
Amerika Selatan
4,11
1,68
Amerika Serikat &kanada
Australia dan Selandia Baru
3,60
1,19
Sumber: Bosch Fx, Ribes J, Borres J. Epidemiologi of primary liver
cancer. Semin Liver Dis 1999;19:271-286.
II.3 Etiologi Hepatoma1,3
1. Virus Hepatitis B (HBV)
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan HCC terbukti kuat, baik
secara epidemiologi, klinis maupun eksperimental. Sebagian besar
wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka kekerapan HCC
yang tinggi. Juga di tenggarai bahwa kekerapan HCC yang berikatan
dengan HBV pada anak jelas menurun setelah diterapkan vaksinasi HBV
universal bagi anak. Umur saat terjadinya infeksi sangat penting, karena
infeksi HBV pada usia dini akan menyebabkan terjadinya presistensi
(kronisitas). Karsinogenesitas HBV mungkin terjadi melalui proses
inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA
ke dalam DNA sel pejamu, dan aktivitas protein spesifik HBV
berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan sel hepatosit dari
kondisi inaktif (quiescent) menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan
10
polipeptida
11
kurang
Nrf1
menunjukkan
steatosis,
apoptosis,
nekrosis,
inflamasi dan
12
kematian
hepatosit,
kompensasi
proliferasi,
dan
akhirnya
Puri et al.
bukti telah
13
14
yang adekuat; atau pasien penyakit hati kronik dengan HbsAg atau anti HCV
positif yang mengalami perburukan kondisi mendadak. Juga harus diwaspadai
bila ada keluhan rasa penuh di abdomen disertai perasaan lesu, penurunan berat
badan dengan atau tanpa demam. 1,3
Keluhan gastrointestinal lain adalah anoreksia, kembung, konstipasi dan
diare. Sesak nafas dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang menekan
diafragma, atau karena sudah adanya metastasis ke paru. Sebagian besar pasien
HCC sudah menderita sirosis hati, baik yang masih dalam stadium kompensasi,
maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise,
anoreksia, penurunan berat badan dan ikterus. 1,3
Temuan fisik tersering pada HCC adalah hepatomegali dengan atau tanpa
bruit hepatik, splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot. Sebagian
dari pasien yang dirujuk kerumah sakit karena perdarahan varises esofagus atau
peritonitis bacterial spontan (SBP) ternyata sudah menderita HCC. Pada suatu
laporan serial nekropsi didapatkan bahwa 50% pasien HCC telah menderita
asites hemoragik, yang jarang ditemukan pada pasien sirosis hati saja. Pada
10% hingga 40% pasien dapat ditemukan hiperkolesterolemia akibat dari
berkurangnya produksi enzim beta-hidroksimetilglutaril koenzim-A reduktase,
karena tiadanya kontrol umpan balik yang normal pada sel hepatoma.1,3
II.5 Pemeriksaan Penunjang1,3
Penanda tumor
Alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein serum normal yang disintesis oleh
sel hati fetal, sel yolk-sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal
fetal. Rentang normal AFP serum adalah 0-20ng/ml. Kadar AFP meningkat
pada 60% sampai 70% dari pasien HCC, dan kadar lebih dari 400 ng/mL
adalah diagnostic atau sangat sugestif untuk HCC. Nilai normal dapat
15
ditemukan juga pada HCC stadium lanjut. Hasil positif-palsu dapat juga
ditemukan oleh Hepatitis akut atau kronik dan pada kehamilan. Penanda
tumor lain untuk HCC adalah des-gamma carboxy prothrombin (DCP) atau
PIVKA-2, yang kadarnya meningkat pada hingga 91% dari pasien HCC,
namun juga dapat meningkat pada defisiensi Vitamin K, hepatitis kronik
aktif atau metastasis karsinoma. Ada beberapa lagi penanda HCC seperti
AFP-L3 (suatu subfraksi AFP), alfa-L-fucosidase serum, dll. Tapi tidak ada
yang memiliki agregat sensitivitas & spesifisitas melebihi AFP, AFP-L3 dan
PIVKA-2.3
Sensitivitas alphafenoprotein (AFP) untuk mendiagnosis pasien HCC
adalah 60-70%, artinya hanya 60-70% pasien dengan HCC yang
mengalami peningkatan AFP, sedangkan pada 30-40% penderita memiliki
nilai AFP normal. Nilai normal sering ditemukan pada HCC stadium lanjut.
Spesifisitas AFP hanya 60%, artinya bila ada pasien yang diperiksa
darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan pasien tersebut
menderita HCC, sebab AFP dapat meninggi pada keadaan sirosis hepatis,
hepatitis kronis, kanker testis, dan terratoma.14
Aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
Aspirasi jarum halus terutama ditujukan untuk menilai apakah lesi yang
ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu
benar pasti suatu HCC. Tindakan biopsi ini hendaknya dipandu dengan
menggunakan peralatan ultrasonografi atau CT scan fluoroscopy sehingga
16
Pada umumnya tumor hati yang letaknya dekat diafragma, bila mengalami
pembesaran akan mendesak diafragma. Kanker hepatoselular ini bisa
dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan ( nodule ) satu
buah, dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse ( merata
pada seluruh hati atau berkelompok di dalam hati kanan atau kiri
17
merata pada seluruh hati, ataukah satu nodul yang besar dan berkapsul atau
tidak berkapsul. USG konvensional hanya dapat memperlihatkan benjolan
dengan diameter 2-3 cm, tapi bila USG konvensional dilengkapi perangkat
lunak harmonik sistem bisa mendeteksi benjolan dengan ukuran 1-2 cm,
namun nilai akurasi ketepatan diagnosisnya hanya 60%. Rendahnya nilai
akurasi ini disebabkan karena USG konvensional tidak dapat menilai
adanya neovaskuler. Neovaskuler merupakan ciri khas kanker yaitu
pembuluh darah yang terbentuk sejalan dengan pertumbuhan kanker yang
gunanya untuk menghantarkan oksigen dan makanan ke sel kanker tersebut.
Semakin banyak neovakuler maka semakin ganas kankernya. Walaupun
USG color sudah dapat memberikan warna dan mampu memperlihatkan
neovaskuler disekeliling nodul, tetapi belum dapat memastikan keberadaan
neovaskuler. Dengan pesatnya perkembangan teknologi kini sudah ada alat
USG yang lebih canggih, yaitu color Doppler flow imaging (CDFI), yaitu
USG yang selain mampu memperlihatkan neovaskuler disekitar sel kanker,
juga dapat memperlihatkan kecepatan dan arah aliran darah di dalam
neovaskuler tersebut, selain itu juga dapat melihat adanya portal vein tumor
trombosis. Dari hasil USG ini sudah dapat diarahkan dengan tepat tindakan
pengobatan yang akan dilakukan, apakah akan dilakukan operasi
membuang sebagian hati (reseksi hepatektomi parsial) atau tidak, apakah
bisa diembolisasi atau tidak ataukah hanya dilakukan infus kemoterapi intra
arterial. Tapi bila sudah jelas adanya tumor trombus didalam vena porta dan
sudah menyumbat vena, maka tindakan operatif dan embolisasi sudah
18
Table.2.2
Kriteria
diagnostic
HCC
menurut
Barcelona
EASL
Conference.1
Kriteria sito histologis
Kriteria non-Invasif (khusus untuk pasien sirosis hati):
Kriteria radiologis: koinsidensi 2 cara imaging (USG/CTspiral/MRI/angiografi)
Lesi fokal >2cm dengan hipervaskularisasi arterial
Kriteria kombinasi : satu cara imaging dengan kadar AFP serum:
Lesi fokal > 2 cm dengan hipervaskularisasi arterial
Kadar AFP serum 400ng/mL
Kriteria diagnosis HCC menurut PPHI ( Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia ),
yaitu :13
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
19
20
Tabel 2.3. sistem BCLC (Barcelona Clinic Liver Cancer) staging HCC6
21
Tabel 2.4. American Joint Comitte Cancer (AJCC) TNM Staging for Liver
Tomors6
22
II.7
Penatalaksanaan
Pilihan terapi yang diberikan pada pasien HCC didasarkan pada staging
yang diperoleh dari penilaian pada pasien tersebut. Karena sirosis hati yang
melatarbelakanginya serta tingginya kekerapan multinodularitas, resektabilitas
HCC sangat rendah. Beberapa terapi yang digunakan dalam penanganan HCC
adalah. 1,3
23
1. Reseksi
Tujuan terapi reseksi hepatik yaitu menghilangkan keseluruhan tumor dari
jaringan hepar. Terapi ini dapat dilakukan pada pasien yang mempunyai tumor
kurang 3 cm dan fungsi hepar masih baik, idealnya tanpa adanya sirosis
karena dapat memicu timbulnya gagal hati dan menurunkan angka harapan
hidup. Oleh karena itu diperlukan kriteria seleksi pada pasien dengan sirosis.
Parameter yang dapat digunakan untuk seleksi adalah scor child pugh dan
derajat hipertensi portal atau kadar bilirubin serum dan derajat hipertensi
portal saja. Subjek dengan bilirubin normal tanpa hipertensi portal yang
bermakna, harapan hidup 5 tahunnya dapat mencapai 70%. Kontraindikasi
tindakan ini adalah adanya metastasis ekstrahepatik, HCC difus atau
multifokal, sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat
mempengaruhi ketahanan pasien selama menjalani proses operasi reseksi. 1,3
2. Transplantasi
Bagi pasien HCC dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan kemungkinan
untuk menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim hati yang mengalami
disfungsi. Dilaporkan angka harapan hidup 3 tahun mencapai 80%, bahkan
perbaikan seleksi pasien dan terapi preoperatif dengan obat antiviral dapat
dicapai angka harapan hidup 5 tahun sebesar 92%.1,3
3. Ablasi
Destruksi dari sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia (alkohol, asam
asetat) atau dengan modifikasi suhunya (radiofrequency, microwave, laser, dan
crioablation). Injek etanol perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk
tumor kecil karena efikasinya tinggi, efek sampingnya rendah serta relatif
murah. Radiofrequency ablation (RFA) menunjukkan angka keberhasilan yang
24
lebih tinggi daripada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang lebih
besar dari 3 cm, namun tidak berpengaruh terhadap harapan hidup pasien.
Guna mencegah terjadinya rekurensi dari tumor, pemberian asam poliprenoik
(polypreoic acid) selama 12 bulan dilaporkan dapat menurunkan angka
rekurensi secara bermakna. 1,3
4. Terapi paliatif
Sebagian pasien HCC didiagnosis pada stadium menengah sampai lanjut
(intermediate-advanced stage) yang tidak ada terapi standarnya. Berdasarkan
metaanalisis,
pada
stadium
embolization/chemoembolization)
ini
saja
hanya
yang
TAE/TACE
(transarterial
menunjukkan
penurunan
25
26
a.
Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke perifer. Anemia gravis adalah anemia
berat dengan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan
umumnya melalui transfusi.15,16,17
b. Etiologi
Anemia hanyalah suatu kumpulan gejalan yang disebabkan oleh
bermacam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena hal
berikut:15,16
1) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2) Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
c.
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik dari anemia dapat digolongkan menjadi:15,16
1) Manifestasi klinik umum anemia
Disebut juga sebagai sindrom anemia yang dapat muncul pada setiap kasus
anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 g/dl).
Sindrom anemia ini terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, tinnitus, mata
berkunang-kunang, kaki dingin, sesak napas dan dispepsia.
Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada
konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan dibawah kuku.
2) Manifestasi klinik penyakit penyakit dasar
Manifestasi klinik yang tibul akibat penyakit dasar yang menyebabkan
ANEMIA
anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut.
d. Penegakkan Diagnosis
Hapusan darah tepi dan indeks eritrosit
Algoritma pendekatan diagnosis anemia :
(MCV, MCH, MCHC)
MCV, MCH, MCHC
N
Anemia mikrositik
Anemia
Anemia
normokromik
27
II.2. Trombositopenia
Dalam evaluasi trombositopenia, langkah awal yang penting adalah melihat
kembali apusan darah tepi untuk menyingkirkan pseudotrombositopenia, terutama
pada pasien tanpa penyebab trombositopenia yang jelas. Pseudotrombositopenia
adalah suatu artefak in vitro yang dihasilkan oleh aglutinasi trombosit melalui
antibodiantibodi (umumnya IgG, tetapi juga IgM dan IgA) saat kandungan
kalsium berkurang akibat penampungan darah dalam ethylenediamine tetraacetic
28
(EDTA); oleh karena itu apusan darah untuk menghitung jumlah trombosit
hendaknya dari darah yang ditampung dalam sodium citrate (tabung dengan tutup
biru), heparin (tabung dengan tutup hijau), atau idealnya dari darah segar tanpa
antikoagulan.18
Anamnesis dan pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan darah rutin/lengkap,
dan penilaian ulang apusan darah tepi merupakan komponen penting dalam
evaluasi awal pasien trombositopenia. Apakah pasien sedang menjalani terapi
tertentu. Pada kelainan-kelainan bawaan yang jarang, berkurangnya produksi
trombosit umumnya disebabkan oleh kelainan sumsum tulang yang juga
mempengaruhi produksi sel darah merah dan/atau sel darah putih. Mielodisplasia
dapat bermanifestasi sebagai trombositopenia saja, oleh karena itu, sumsum
tulang
harus diperiksa pada pasien-pasien usia di atas 60 tahun dengan trombositopenia
saja.18
Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran limpa, penyakit hepar kronik,
dan kelainan-kelainan yang mendasari lainnya. Splenomegali ringan sampai
sedang mungkin sulit ditemukan akibat bentuk tubuh dan/atau obesitas tetapi
dapat dengan mudah diketahui dengan ultrasonografi abdomen. Jumlah trombosit
5000-10.000/L
dibutuhkan
untuk
mempertahankan
integritas
vaskuler
29
30