HEPATOCELLULAR CARCINOMA
1.2 Etiologi
a. Virus Hepatitis B
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya hepatoma
terbukti kuat, baik secara epidemiologis, klinis maupun eksperimental. Umur saat
terjadinya infeksi merupakan faktor resiko penting karena infeksi HBV
pada usia dini berakibat akan terjadinya kronisitas. Karsinogenitas HBV
terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik,
peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNAke dalam DNA sel
penjamu, dan aktifitas protein spesifik-HBV berinteraksi dengangen hati.
Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel yang
aktif bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati. Infeksi HBV
dengan pajanan agen onkogenik sepertiaflatoksin dapat menyebabkan
terjadinya hepatoma tanpa melalui sirosis hati.
b. Virus Hepatitis C
Di wilayah dengan tingkat infeksi HBV rendah, HCV merupakan faktor
resiko penting dari hepatoma. Sekitar 5-30% orang dengan infeksi HCV akan
berkembang menjadi penyakit hati kronis. Resiko karsinoma hepatoseluler
pada pasiendengan HCV sekitar 5% dan muncul 30 tahun setelah infeksi.
Penggunaan alkohol oleh pasien dengan HCV kronis lebih beresiko terkena
karsinoma hepatoseluler
c. Sirosis Hati
Sirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma di dunia dan melatar belakangi
lebih dari 80% kasus hepatoma. Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat
dikaitkan dengan alkohol, infeksi hepatitis C, dan infeksi hepatitis B.
Setiap tahun, 3-5% dari pasien dengan sirosis hati akan menderita
hepatoma. Hepatoma merupakan penyebab utama kematian pada sirosis
hati.
d. Aflatoksin
Aflatoksin B1 (AFB1) meruapakan mikotoksin yang diproduksi
oleh jamur Aspergillus. Aflatoksin B1 ditemukan di seluruh dunia dan
terutama banyakberhubungan dengan makanan berjamur. Pertumbuhan jamur
yang menghasilkan aflatoksin berkembang subur pada suhu 13°C,
terutama pada makanan yang menghasilkan protein. Salah satu mekanisme
hepato karsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada
gen supresor tumor p53.
e. Obesitas
Suatu penelitian pada lebih dari 900.000 individu di Amerika Serikat
diketahui bahwa terjadinya peningkatan angka mortalitas sebesar 5x akibat kanker
pada kelompok individu dengan berat badan tertinggi (IMT 35-40 kg/m²)
dibandingkan dengan kelompok individu yang IMT-nya normal. Obesitas
merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disesease
(NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat
berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian berlanjut menjadi hepatoma.
f. Diabetes Mellitus
DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth
factors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker. Indikasi
kuatnya aasosiasi antara DM dan hepatoma terlihat dari banyak penelitian.
g. Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat
alkohol (>50-70 g/hari atau > 6-7 botol per hari) selama lebih dari 10 tahun
meningkatkanrisiko karsinoma hepatoseluler 5 kali lipat. Hanya sedikit
bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme juga
meningkatkan resiko terjadinyasirosis hati dan hepatoma pada pengidap
infeksi HBV atau HVC. Sebaliknya, pada sirosis alkoholik terjadinya HCC
juga meningkat bermakna pada pasien dengan HBsAg positif atau anti-HCV
positif. Ini menunjukkan adanya peran sinergistik alkohol terhadap infeksi
HBV maupun infeksi HCV.
1.3 Tanda gejala
a. Gangguan nutrisi
b. Penurunan berat badan yang baru saja terjadi
c. Kehilangan kekuatand.
d. Anoreksiae.
e. Anemiaf.
f. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta
permukaan yang teraba ireguler pada palpasi.
1.4 Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yangdisebabkan
oleh alkoholik dan post nekrotik. Pada penderita sirosishati yang disertai
pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih
dari 50 % kematian akibat kanker.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebarantumor
yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. Stadium hepatoma :
a. Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cmb.
b. Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada
segment Iatau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri
hatic.
c. Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV)
atau kelobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi
peripheral ke sistempembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary
duct) tetapi hanyaterbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hatid.
d. Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan
dan lobuskiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah
hati (intrahepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor
denganinvasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti
pembuluhdarah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya
metastasekeluar dari hati (extra hepatic metastase).
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran
cernabagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom
hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik,
kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi
ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan; masih banyak
kegagalan sehingga menimbulkan kematian.
1.7 Penatalaksanaan
Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi duayaitu tindakan non-bedah dan tindakan
bedah.
a. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi
Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah yaitu
reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga
reseksidaerah sekitarnya. Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan
membuang seluruh kanker dan tidak akan menyisakan lagi jaringan
kanker pada penderita, karena bila tersisatentu kankernya akan tumbuh
lagi jadi besar, untuk itu sebelum menyayat kanker dokter ini harus tahu
pasti batas antara kanker dan jaringan yang sehat.Radiologilah satu-
satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti batas itu yaitu dengan
pemeriksaan CT angiography yang dapat memperjelas batas kanker
dan jaringan sehat sehingga ahli bedah tahu menentukan di mana harus
dibuat sayatan.Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu sebelum
dioperasi. Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah
kanker sehingga jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab
memberikanmakanan (feeding artery) yang diperlukan kanker untuk dapat
tumbuh subur. Sesudah itu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans
Arterial Embolisasi (TAE) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat
yang dapat menyumbat pembuluh darah (feedingartery) itu sehingga
menyetop suplai makanan ke sel-sel kanker dan dengan
demikiankemampua hidup (viability) dari sel-sel kanker akan sangat
menurun sampai menghilang. Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu
tindakan Trans Arterial Chemotherapy(TAC) dengan tujuan sebelum
ditutup feeding artery lebih dahulu kanker-nya disiramiracun
(chemotherapy) sehingga sel-sel kanker yang sudah kena racun dan
ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar akan
mati dan tak dapat berkembang lagi dan bila sel-sel ini nanti terlepas pun
saat operasi tak perlu dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi
bertumbuh. Tindakan TAE digabung dengan tindakan TAC yang
dilakukan oleh dokter spesialis radiologi disebut tindakanTrans Arterial
Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini juga untuk
tujuansupportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat operasi dan juga untuk
mengecilkanukuran kanker dengan demikian memudahkan dokter ahli
bedah.Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus
diperiksakan pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang
berkompentensi dan yang dapatmenentukan dan memberikan kata pasti apakah
benar pinggir sayatan sudah bebaskanker. Bila benar pinggir sayatan bebas
kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang masih
tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian diberikan chemotherapy
(kemoterapi) yang bertujuan meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi
tumbuh berkembang biak. Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis
penyakit dalam bahagian onkologi (medical oncologist) ini secara intra
venous (disuntikkan melalui pmbuluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin
80 mg digabung dengan mitomycine C 10mg. Dengan cara pengobatan seperti ini
usia harapan hidup penderita per lima tahun90% dan per 10 tahun 80%.
b. TindakanNon-bedah Hati
Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada stadium
lanjut.. yang termasuk dalam tindakan non-bedah ini adalah:
1) Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)
Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang
datangnyabersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada
kanker timbul banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak makanan dan
oksigen, dengan demikian terjadi banyak pembuluh darah baru (neo-
vascularisasi) yang merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah yang
sudah ada disebut pembuluh darah pemberi makanan (feeding artery)
Tindakan TAE inimenyumbat feeding artery.Caranya dimasukkan kateter
melalui pembuluh darah di paha (arterifemoralis) yang seterusnya masuk ke
pembuluh nadi besar di perut (aortaabdominalis) dan seterusnya
dimasukkan ke pembuluh darah hati (arteryhepatica) dan seterusnya
masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding arteryini disumbat (di-
embolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehinggaaliran darah
ke kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan
danoksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan
mati. Apalagi sebelum dilakukan embolisasi dilakukan tindakan trans
arterialchemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi melalui
feeding artery itumaka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang
mematikan.Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel kanker benar-
benar terjaminmati dan tak berkembang lagi.Dengan dasar inilah embolisasi dan
injeksikemoterapi intra-arterial dikembangkan dan nampaknya memberi
harapanyang lebih cerah pada penderita yang terancam maut ini. Angka
harapan hiduppenderita dengan cara ini per lima tahunnya bisa mencapai sampai
70% danper sepuluh tahunnya bisa mencapai 50%.
2) Infus Sitostatika Intra-arterial
Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke
cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien
tidak dapatdilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan
donor, atau karenapasien menolak atau karena ketidakmampuan
pasien. Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 –20 Mg kombinasi
dengan adriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 –200
cc. Atau dapat juga cisplatin dan5FU (5 Fluoro Uracil). Metoda ballon
occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infussitostatika
intra-arterial, hanya kateter yang dipakai adalah double
lumenballoncatheter yang di-insert (dimasukkan) ke dalam arteri
hepatika. Setelahballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah,
sitostatika diinjeksikan dalam keadaan ballon mengembang selama 10 –30
menit, tujuannya adalah memperlama kontak sitostatika dengan tumor.
Dengan cara ini maka harapanhidup pasien per lima tahunnya menjadi 40% dan
per sepuluh tahunnya 30%dibandingkan dengan tanpa pengobatan adalah20% dan
10%.
3) Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak
semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak
mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan
satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan,
aman, efek sampingringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan
harapan. PEI hanyadikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak pada
stadium lanjut.Sebagian besar peneliti melakukan pengobatan dengan cara ini
untuk kanker bergaris tengah sampai 5 cm, walaupun pengobatan paling optimal
dikerjakanpada garis tengah kurang dari 3 cm. Pemeriksaan
histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa tumor mengalami nekrosis
yang lengkap. Sebagian besar peneliti menyuntikkan etanol perkutan
pada kasus kanker inidengan jumlah lesi tidak lebih dari 3 buah nodule,
meskipun dilaporkan bahwalesi tunggal merupakan kasus yang paling optimal
dalam pengobatan.Walaupun kelihatannya cara ini mungkin dapat
menolong tetapi tidak banyak penelitian yang memadai dilakukan sehingga
hanya dikatakan membawa tindakan ini memberi hasil yang cukup baik.
4) Terapi Non-bedah Lanilla
Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan
hanyadilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans Arterial
Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation ataupun
Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukan lagi. Di antaranya yaitu
terapi Radio Frequency Ablation Therapy (RFA), Proton Beam
Therapy, Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3DCRT),
Cryosurgery yang kesemuanya ini bersifat palliatif (membantu) bukan
kuratif (menyembuhkan) keseluruhannya.
5) Tindakan Transplantasi Hati
Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis
hatidan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh
hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena
porta (thrombus vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih
baik lagi dari transplantasi hati. Transplantasi hati adalah tindakan
pemasangan organ hatidari orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini
ditempuh bila langkah lain seperti operasi dan tindakan radiologi seperti
yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong pasien. Akan tetapi,
langkah menuju transplantasi hati tidak mudah, pasalnya ketersediaan
hati untuk di-transplantasikan sangat sulit diperoleh seiring kesepakatan
global yang melarang jual beli organ tubuh.Selain itu, biaya transplantasi
tergolong sangat mahal. Dan pula sebelum proses transplantasi harus
dilakukan serangkaian pemeriksaan seperti tes jaringan tubuh dan
darah yang tujuannya memastikan adanya kesamaan/kecocokan tipe
jaringan tubuh pendonor dan pasien agar tidakterjadi penolakan terhadap hati
baru. Penolakan bisa berupa penggerogotanhati oleh zat-zat dalam darah
yang akan menimbulkan kerusakan permanendan mempercepat kematian
penderita. Seiring keberhasilan tindakan transplantasi hati, usia pasien
setidaknya akan lebih panjang lima tahun.
1.8 Pathway
Integrasi DNA virus Infeksi sel hati Mutasi Gen nabolic, androgen
ke DNA sel yangberlebihan,Bah
ankontrasepsi
oral,Penimbunan
Peningkatan inflamasi zat besi
poliferasi hepatosit
Sirosis Hepatik
Hepatoma
Anoreksia Asites
Nyeri Akut
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan Hepatocellular Carcinoma
2.1 Pengkajian
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, no. registrasi
2.1.1 Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama: klien biasanya mengeluh mual, muntah, nyeri perut
kanan atas, pembesaran perut, berak hitam
2) Riwayat penyakit sekarang: biasanya klien awalnya mengalami mual,
nyeriperut kanan atas, berak hitam, kemudian perut klien membesar
dan sesak nafas.
3) Riwayat penyakit dahulu: biasanya klien pernah mengalami
penyakit hepatitis B atau C atau D. Dan mengalami sirosis hepatic
4) Riwayat penyakit keluarga: biasanya salah satu atau lebih keluarga
klienmenderita penyakit hepatitis B atau C atau D. Biasanya ibu
klien menderita hepatitis B atau C atau D yang diturunkan kepada anaknya
pada waktu hamil.
5) Riwayat imunisasi: biasanya klien tidak diimunisasi untuk penyakit hepatitis B
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus
1) Keadaan umumBiasanya klien terlihat lemah, letih, dengan perut membesar dan
sesak nafas, penurunan BB
2) TTV
TD: >120/80 mmHg
N: >100 x/mnt
RR: <16 x/mnt
S: >37,5ºC
3) Kepala dan leher Biasanya terjadi pernafasan cuping hidung, ikterus,
muntah
4) ThoraksBiasanya terjadi retraksi dada dikarenakan kesulitas
bernafas, penggunaan otot-otot bantu pernafasan
5) Abdomen Biasanya terjadi pembesaran hati (hepatomegali),
permukaan hati terasa kasar, asites, nyeri perut bagian kanan atas
dengan skala 7-10, splenomegali
6) Ekstremitas Biasanya terjadi gatal-gatal, kelemahan otot
7) Breath Biasanya klien mengalami sesak nafas
8) Blood Biasanya klien anemi dikarenakan adanya perdarahan
9) Brain Jika sudah metastase akan terjadi enselofaty hepatik
10) Bowel Biasanya klien mengalami anoreksia, mual, muntah, melena,
bahkan mungkinterjadi hematomesis. Terjadi penurunan BB, turgor
kulit lebih dari 2 detik,rambut kering, mukosa oral kering, penurunan
serum albumin.
11) Blader Biasanya klien mengeluarkan urin berwarna seperti teh pekat
12) Bone Jika terjadi metastase ke tulang akan terjadi nyeri tulang
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidak seimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
(00002)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
NOC
Nutritional status
Nutritional status : food and fluid intake
Nutritional status : nutrient intake
Weigth control
Kriteria Hasil
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Intervensi Rasional
NIC Label >> Nutrition NIC Label >> Nutrition
management management
1. Membantu memilih
alternatif pemenuhan
nutrisi yang adekuat.
2. Dengan menimbang berat
badan dapat memantau
peningkatan dan
penrunan status gizi.
https://www.scribd.com/doc/118076636/Lp-Hepatoma
herdman, T. Heather. (2016). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017. (Edisi 10). Jakarta : EGC.
Nurarif, Huda. A. & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis& Nanda (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediaction
Publishing.
(................................................................. (......................................................)
)