Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

A. Definisi
Benigna Prostat hiperplasia adalah bertambah besarnya ukuran prostat biasanya diiringi dengan
bertambahnya usia pada laki laki, membesarnya prostat menyebabkan fungsi uretra pars prostatika menjadi
terganggu, menimbulkan gangguan pada saluran keluar kandung kemih (Iskandar, 2009). Benigna prostat
hiperplasia adalah terjadinya pelebaran pada prostat yang menimbulkan penyempitan saluran kencing dan
tekanan di bawah kandung kemih dan menyebabkan gejala-gejala seperti sering kencing dan retensi urin
(Aulawi, 2014).

B. Pathway
C. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar
prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah
proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
- Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar
prostat mengalami hiperplasi
- Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang
mengakibatkan hiperplasi stroma.
- Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth
factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
- Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat
- Teori sel stem
- Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit

D. Tanda dan Gejala


Menurut Aulawi (2014) tanda gejala yang muncul pada pasien penderita Benigna Prostat Hiperplasia
adalah :
- Kesulitan mengawali aliran urine karena adanya tekanan pada uretra dan leher kandung kemih.
- Kekuatan aliran urine yang melemah.
- Aliran urine keluar yang tidak lancar.
- Keluarnya urine bercampur darah.

E. Komplikasi
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita
harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan
herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah
keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis
(Sjamsuhidajat, 2005).

F. Penatalaksanaan
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien. Jika pasien
masuk RS dengan kondisi darurat  karena ia tidak dapat berkemih maka kateterisasi segera dilakukan. Pada
kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi
dibuat ke dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.

G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
Nyeri akut b.d agen cedera Setelah dilakukan asuhan - Kaji secara menyeluruh
biologis keperawatan selama ….x 24 jam, tentang nyeri, meliputi: lokasi,
Definisi : Sensori dan klien dapat: karakteristik, waktu kejadian,
pengalaman emosional yang tidak Mengontol nyeri lama, frekuensi, kualitas,
menyenangkan yang timbul dari Definisi : tindakan seseorang intensitas/beratnya nyeri, dan
kerusakan jaringan aktual atau untuk mengontrol nyeri faktor-faktor pencetus
potensial, muncul tiba-tiba atau Indikator: - Observasi isyarat-isyarat non
lambat dengan intensitas ringan - Mengenal faktor-faktor verbal dari ketidaknyamanan,
sampai berat dengan akhir yang penyebab khususnya dalam
bisa diantisipasi atau diduga dan - Mengenal onset/waktu ketidakmampuan untuk
berlangsung kurang dari 6 bulan. kejadian nyeri komunikasi secara efektif
- Tindakan pertolongan non- - Berikan analgetik sesuai
analgetik dengan anjuran
- Menggunakan analgetik - Gunakan komunkasi terapeutik
- Melaporkan gejala-gejala agar klien dapat
kepada tim kesehatan (dokter, mengekspresikan nyeri
perawat) - Tentukan dampak dari ekspresi
- Nyeri terkontrol nyeri terhadap kualitas hidup:
pola tidur, nafsu makan,
aktifitas mood, hubungan,
pekerjaan, tanggungjawab
peran
Ansietas b.d fisik Setelah dilakukan asuhan - Tenangkan pasien
Definisi : Perasaan gelisah yang keperawatan selama......x24 jam - Jelaskan seluruh prosedurt
tak jelas dari ketidaknyamanan pasien menunjukan dapat : tindakan kepada pasien dan
atau ketakutan yang disertai Mengontrol cemas: perasaan yang mungkin
respon autonom (sumner tidak Definisi : Tindakan seseorang muncul pada saat melakukan
spesifik atau tidak diketahui oleh untuk mengurangi perasaan tindakan
individu); perasaan keprihatinan tertekan/terbebani dan ketegangan - Berusaha memahami keadaan
disebabkan dari antisipasi dari sumber yang tidak dapat pasien
terhadap bahaya. Sinyal ini diidentifikasi - Berikan informasi tentang
merupakan peringatan adanya Indikator : diagnosa, prognosis dan
ancaman yang akan datang dan - Monitor intensitas cemas tindakan
memungkinkan individu untuk - Meghilangkan penyebab cemas - Mendampingi pasien untuk
mengambil langkah untuk - Menurunkan stimulus mengurangi kecemasan dan
menyetujui terhadap tindakan. lingkungan ketika cemas meningkatkan kenyamanan
- Mencari informasi untuk - Dorong pasien untuk
menurunkan cemas menyampaikan tentang isi
- Gunakan strategi koping efektif perasaannya
- Melaporkan kepada perawat - Kaji tingkat kecemasan
penurunan lama cemas - Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Ciptakan hubungan saling
percaya
- Bantu pasien menjelaskan
keadaan yang bisa
menimbulkan kecemasan
- Bantu pasien untuk
mengungkapkan hal hal yang
membuat cemas
- Ajarkan pasien teknik relaksasi
- Berikan obat obat yang
mengurangi cemas

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Y. (2009). Pustaka Kesehatan Populer Saluran Pencernaan. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: salemba Medika.

Nanda. (2012). Panduan Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Jakarta: EGC.

Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika. 10

Sujianti, T. (2010). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan : Hubungan Frekuensi Seksual Terhadap Kejadian
BPH di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. 6 : 42-47.

Banjarmasin, November 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik,

(............................................ ) (............................................. )

Anda mungkin juga menyukai