PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling
sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma
maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma
(HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato
Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly,
2017).
2. ETIOLOGI
a. Virus Hepatitis B
b. Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada
segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus
kiri hati
c. Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV)
atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi
peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh
empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau
lobus kiri hati
d. Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus
kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam
pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh
empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di
luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa
(vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar
dari hati (extra hepatic metastase).
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Gangguan nutrisi
c. Kehilangan kekuatan
d. Anoreksia
e. Anemia
a) Biopsi
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada
pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu
hepatoma. Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun CTscann
mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi
dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang
berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh
mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena benar jaringan
tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di
sekitar tumor.
b) Radiologi
Untuk mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan
dalam pengobatannya. Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam hati
berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah,dua buah atau lebih atau
bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau berkelompok di
dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.
c) Ultrasonografi
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang
normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen). USG conventional
hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hatidiameter 2 cm – 3 cm saja. Tapi
bila USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem
bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm – 2 cm13, namun nilai akurasi
ketepatan diagnosanya hanya 60%.
d) CT scan
CT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam
satu potongan gambar yang dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat
sebagian- sebagian saja. CTscann dapat membuat gambar kanker dalam tiga
dimensi dan empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan
hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
e) Angiografi
Angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang
kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG
bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa
memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya.
f) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI yang dilengkapi dengan perangkat lunak Magnetic
ResonanceAngiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan membuat
peta pembuluh darah kanker hati ini.
2. Dilakukan CT angiography
Membuat peta pembuluh darah kanker sehingga jelas terlihat pembuluh
darah mana yang bertanggung jawab memberikan makanan (feeding artery) yang
diperlukan kanker untuk dapat tumbuh subur. Sesudah itu barulah dilakukan
tindakan radiologi Trans Arterial Embolisasi (TAE) yaitu suatu tindakan
memasukkan suatu zat yang dapat menyumbat pembuluh darah (feeding artery)
itu sehingga menyetop suplai makanan ke sel-sel kanker dan dengan demikian
kemampua hidup (viability) dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai
menghilang.
3. Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial
Chemotherapy (TAC) dengan tujuan sebelum ditutup feeding artery lebih
dahulu kanker-nya disirami racun (chemotherapy) sehingga sel-sel kanker
yang sudah kena racun dan ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel
kanker benar-benar akan mati dan tak dapat berkembang lagi dan bila sel-
sel ini nanti terlepas pun saat operasi tak perlu dikhawatirkan, karena
sudah tak mampu lagi bertumbuh. Tindakan TAE digabung dengan
tindakan TAC yang dilakukan olehdokter spesialis radiologi disebut
tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini
juga untuk tujuan supportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat
operasi dan juga untuk mengecilkan ukuran kanker dengan demikian
memudahkan dokter ahli bedah.
4. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus diperiksakan
pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang berkompentensi
dan yang dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah benar
pinggir sayatan sudah bebas kanker. Bila benar pinggir sayatan bebas
kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang masih
tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian diberikan chemotherapy
(kemoterapi) yang bertujuan meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi
tumbuh berkembang biak.
5. Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam
bahagian onkologi (medical oncologist) ini secara intra venous
(disuntikkan melalui pmbuluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin
80 mg digabung dengan mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan
seperti ini usia harapan hidup penderita per lima tahun 90% dan per 10
tahun 80%.
TindakanNon-bedah Hati
Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada
stadium lanjut.. Termasuk dalam tindakan non-bedah ini adalah:
1) Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)
Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan
oksigen yang datangnyabersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut.
Pada kanker timbul banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak
makanan dan oksigen, dengan demikian terjadi banyak pembuluh darah
baru (neo-vascularisasi) yang merupakan cabang-cabang dari pembuluh
darah yang sudah ada disebut pembuluh darah pemberi makanan (feeding
artery) Tindakan TAE ini menyumbat feeding artery. Caranya dimasukkan
kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang seterusnya
masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan seterusnya
dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya
masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (di-
embolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke
kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke
sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati.
Bila kedua cara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar terjamin
mati dan tak berkembang lagi.Dengan dasar inilah embolisasi dan injeksi
kemoterapi intra-arterial dikembangkan dan nampaknya memberi harapan
yang lebih cerah pada penderita yang terancam maut ini. Angka harapan hidup
penderita dengan cara ini per lima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan
per sepuluh tahunnya bisa mencapai 50%.
2) Infus Sitostatika Intra-arterial
Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal
berasal dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel ganas
mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri hepatika. Bila
Vena porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel hati
normal akan terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah dimengerti
kenapa pasien cepat meninggal bila sudah ada penyumbatan vena porta ini .
Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke cabang
besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat
dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor, atau
karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien. Sitostatika yang
dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi dengan adriblastina 10-20
Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc. Atau dapat juga cisplatin
dan 5FU (5 Fluoro Uracil).
Metoda ballon occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infus
sitostatika intra-arterial, hanya kateter yang dipakai adalah double lumen
balloncatheter yang di-insert (dimasukkan) ke dalam arteri hepatika. Setelah
ballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah, sitostatika diinjeksikan
dalam keadaan ballon mengembang selama 10 – 30 menit, tujuannya adalah
memperlama kontak sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan
hidup pasien per lima tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh tahunnya 30%
dibandingkan dengan tanpa pengobatan adalah20% dan 10%.
3) Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak
semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak
mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi
pilihan satu satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan,
aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup
memberikan harapan. PEI hanya dikerjakan pada pasien stadium dini saja
dan tidak pada stadium lanjut. Sebagian besar peneliti melakukan
pengobatan dengan cara ini untuk kanker bergaris tengah sampai 5 cm,
walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis tengah kurang
dari 3 cm. Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa
tumor mengalami nekrosis yang lengkap. Sebagian besar peneliti
menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini dengan jumlah lesi
tidak lebih dari3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal
merupakan kasus yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun
kelihatannya cara ini mungkin dapat menolong tetapi tidak banyak
penelitian yang memadai dilakukan sehingga hanya dikatakan membawa
tindakan ini memberi hasil yang cukup baik.
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran
cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom
hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan
fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan
sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi. Terjadinya
gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad
19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan
sindrom hepatorenal masih belum memuaskan; masih banyak kegagalan sehingga
menimbulkan kematian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk.
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, no. registrasi
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasanya klien terlihat lemah, letih, dengan perut membesar dan sesak
nafas, penurunan BB.
2) TTV
N: >100 x/mnt
S: >37,5oC
3) Kepala dan leher
4) Thoraks
7) Breath
8) Blood
9) Brain
10) Bowel
12) Bone
1) Pola aktivitas
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat
5) Pola seksual
Biasanya klien mengalami penurunan libido
6) Pola spiritual
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019) :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologi (0077)
1) Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ekspetasi
tingkat nyeri menurun.
2) Kriteria hasil:
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Sikap protektif menurun
d) Gelisah menurun
e) Kesulitan tidur menurun
f) Frekuensi nadi membaik
3) Intervensi
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgesic Terapeutik
j) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
k) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
l) Fasilitasi istirahat dan tidur
m)Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan (0022)
1) Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ekspetasi
status cairan membaik
2) Kriteria hasil:
a) Kekuatan nasi menigkat
b) Output urin meningkat
c) Membran mukosa lembab meningkat
d) Ortopnea menurun
e) Dispnea menurun
f) Edema anasarka menurun
g) Frekuensi nadi membaik
h) Tekanan darah membaik
i) Turgor kulit membaik
j) Tekanan vena jugularis membaik
k) Hemoglobin membaik
l) Hematokrit membaik
3) Intervensi:
Manajemen hipervolemia (03114)
Observasi:
a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (ms. Ortopnea, dispnea, edema,
JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan
b) Identifikasi penyebab hipervolemia
c) Pantau status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, CI,) jika tersedia
d) Pantau asupan dan keluaran cairan
e) Pantau tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN, hematokrit,
berat jenis urin)
f) Pantau efek samping diuretik (mis. Hipotensi ortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
Terapi:
a) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
b) Batasi asupan cairan dan garam
c) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi:
a) Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/ kg/ dalam 6 jam
b) Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1kg dalm sehari
c) Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian diuretik
b) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
c) Kolaborasi memberikan terapi pengganti ginjal berkelanjutan (CRRT) jika
perlu
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas (0056)
1) Tujuan umu: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ekspetasi
toleransi aktivitas meningkat
2) Kriteria hasil:
a) Kelulah Lelah menurun
b) Frekunsi nadi membaik
3) Intervensi:
Terapi aktivitas (01026)
Observasi:
a) Identifikasi deficit tingkat aktivitas
b) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalm aktivitas tertentu
c) Identifikasi sumberdaya untuk aktivitas yang diinginkan
d) Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
e) Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu
luang
f) Monitor respon emosional, fiisk, sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik:
a) Fasilitasi focus pada kemampuan bukan deficit yang dialami
b) Sepakat komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
c) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis dan sosial
d) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
e) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
f) Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
g) Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
h) Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
i) Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
j) Berikan penguatan positif dalam aktivitas
Edukasi:
a) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
b) Ajarkan cara melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual dan
kognitif dalam menjaga fungsi dan Kesehatan
c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
d) Anjurkan keluarga untuk memberi pengutan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi:
a) Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
b) Rujukan pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
4. IMPLEMANTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan perawat
berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan
sehat maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis
tindakan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai
dan dibutuhkan pasien sesuai dengan kondisi saat ini (Desmawati, 2019).
5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan Klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan Klien.
Evaluasi keperawatan dibedakan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi Formatif adalah hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon Klien
segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan
perawat. Sedangkan evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada
catatan perkembangan. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu:
S : Data subjektif, yaitu data yang diutarakan Klien dan pandangannya terhadap
data tersebut.
O : Data objektif, yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit Klien
(meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A : Analisis, yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data objektif.
P : Perencanaan, yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatan Klien yang optimal. (liana annisa april. (2021).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Nama Inisial : Tn. M.Y.I
2. Umur : 31 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Petani
7. Suku/bangsa : Amanuban Timur
8. Status perkawinan : menikah
9. Alamat : Oeekam
10. Penanggung biaya : BPJS
2. B2 (Blood)/Kardiovaskuler
Irama jantung : S1, S2, S3, S4, teratur, tidak teratur
Nyeri dada : ya, tidak
Bunyi jantung : normal, mur-mur, gallop, lain-lain:……...
Capillary Refill Time (CRT): > 3 detik, < 3 detik
Akral : hangat, panas, dingin kering, dingin, basah
Lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4. B4 (Bladder)/Perkemihan
Kebersihan: bersih kotor, lain-lain: …………………………..
Jumlah urine: 50 cc/hari, warna urine: kuning , bau urine: tidak
Alat bantu (kateter, dll): ada, tidak ada, ukuran: tidak ada
Kandung kemih: Membesar: ya, tidak, lain-lain: ……………….
Nyeri tekan: ya, tidak, lain-lain: ……………….
Gangguan: anuria, oliguria, retensi, inkontinensia
nokturia, lain-lain:tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
5. B5 (Bowel)/Pencernaan
Nafsu makan: baik, menurun,
Mual : ya, tidak
Muntah: ya, tidak.
Porsimakan: habis, tidak,
Minum : 100 cc/hari, jenis yang diminum: air putih
Mulut : bersih, kotor, berbau
Membran mukosa: lembab, kering, stomatitis
Tenggorokan: sakit menelan/nyeri tekan, kesulitan menelan
Pembesaran tonsil, lain-lain: …………………….
Abdomen: tegang, kembung, asites, nyeri tekan,
lokasi:
x x
Peristaltik : 15 x/menit
Pembesaran hepar: ya, tidak
Pembesaran lien : ya, tidak
Buang air besar: 1 kali/hari, teratur: ya, tidak
Konsistensi: ., , warna: kecoklatan
Lain-lain : tidak ada
Balance cairan:
Intake Output
Minum : 150 cc Urine : 100 cc
Infus :500 cc IWL : 15 x 43 = 645 cc
Soup/kuah/air buah:- Muntah/diare/perdarahan:-
Obat cair lainnya (mis; albumin
Pungsi 4.500 cc
(sebutkan 50 Cc
JumlahI= 700 cc Total O 749,5
Balance cairan: Total I-Total O = 495 cc
9. Psiko-sosio-spiritual
Orang yang paling dekat: istri
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: baik
Kegiatan ibadah: pasien rajin Ke Masjid
Konsep diri:
a. Gambaran diri: pasien merasa dirinya sakit dan memerlukan
pertolongan
b. Ideal diri: pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat
berkumpul dengan anak-anak dirumah
c. Harga diri: pasien tidak merasa minder dengan kondisi penyakitnya
sekarang dan tampak selalu kooperatif terhadap dokter dan
perawat yang merawat
d. Peran diri : selama ini pasien berperan sebagai kepala keluarga
dirumahnya
e. Identitas diri : pasien mampu mengenal dirinya sebagai kepala
keluarga
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium :
F. MASALAH KEPERAWATAN
Nyeri akut
1.
Hypervolemia
2.
Intoleransi aktivitas
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian pusar menjalar sampai ke perut bagian atas , dan
nyeri pada punggung kanan, pasien tampak meringgis TTV:TD: 110/70 mmHg
N: 64x/m RR: 24x/m Suhu : 36,7 derajat celcius Spo2: 99% P : Nyeri muncul
pada saat bergerak, Q : Nyeri tumpul, R : nyeri di bagian perut kanan atas. S :
Skala nyeri 6, T : Terus menerus
2. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan ditandai dengan
pasien mengatakan merasa sesak di perut, perut tampak membesar akibat
penumpukan cairan , TTV:TD: 110/70 mmHg N: 64x/m RR: 24x/m Suhu : 36,7
derajat celcius Spo2: 99%
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan DS: Pasien
mengatakan lemas saat bergerak dan beraktivitas karena perut yang membesar,
pasien terlihat lemas dan kedua kaki bengkak KU: lemah TTV TD: 110/70 mmHg
N: 64x/m RR: 24x/m Suhu : 36,7 derajat celcius Spo2: 99%
TANGGANO DIAGNOSA TUJUAN INTERVEN
L KEPERAWATAN & GOAL OBJECTIVE KRITERIA HASIL/EVALUASI RENCA
DATA PENDUKUNG TINDAK
Terapeu
1. B
a
te
n
rm
o
u
m
u
i
n
2. C
o
li
u
y
m
e
t
n
3. F
a
is
a
ti
Edukasi
1. J
a
p
b
p
d
d
p
u
n
2. J
a
s
g
m
a
n
3. A
a
te
n
rm
o
u
m
u
i
n
Kolabor
1. K
o
p
e
a
e
Hypervolemia Setelah dilakukan Selama dalam
Selama 3X24 jam pasien SIKI LABE
berhubungan tindakan perawatankeleb menunjukan SLKI (I.03609
dengan kelebihan keperawatan ihan asupan label hipervolemia
Pemantauan
asupan cairan diharapkan cairan teratasi cairan dengan kriteria: cairan
ditandai dengan masalah resiko 1. asites (5) Observasi
pasien ketidakseimba berat badan (5) 1. m
mengatakan ngan cairan o
merasa sesak di bisa berkurang b
perut, perut b
tampak membesar 2. m
akibat o
penumpukan ju
cairan , TTV:TD: h
110/70 mmHg N: n
64x/m RR: 24x/m n
Suhu : 36,7 b
derajat celcius je
Spo2: 99% u
3. m
o
in
d
o
t
c
Terapeu
1. a
in
a
w
p
n
s
d
n
k
s
p
n
edukasi
1. je
a
tu
d
p
d
p
n
n
informasikan
hasil
pemanta
jika perlu
Intoleransi Setelah dilakukan
Selama dalam
Selama 3X24 jam pasien SIKI LABE
aktivitas tindakan perawatan menunjukan SLKI (I.05178
berhubungan keperawatan imobilitas label toleransi aktivitas
Manajemen
dengan imobilitas diharapkan teratasi dengan kriteria: energi
ditandai dengan masalah 1. Kemudahan
DS: Pasien intoleransi bisa dalam Observasi
mengatakan berkurang melakukan 1. Id
lemas saat aktivitas fi
bergerak dan sehari-hari g
beraktivitas meningkat(5) u
karena perut yang 2. Kekuatan fu
membesar, kedua tubuh bagian tu
kaki tampak bawah y
bengkak KU: meningkat (5) m
lemah TTV TD: 3. Perasaan lemah a
110/70 mmHg N: menurun (5) k
64x/m RR: 24x/m k
Suhu : 36,7 h
derajat celcius 2. M
Spo2: 99% o
k
h
fi
d
e
o
3. M
o
lo
d
k
k
m
n
s
a
m
u
a
ta
Terapeu
1. S
k
li
u
n
a
d
re
h
u
2. B
a
a
ta
d
k
y
m
n
n
Edukasi
1.
A
k
m
u
a
ta
s
b
a
2. A
a
s
g
k
g
u
m
u
i
k
h
PERENCANAAN KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN >>>>>>>>>>3 hari
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA &
TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
Nyeri akut berhubungan dengan Jam 09.20
08/02/2024 agen pencedera biologis ditandai Pengukuran TTV : TD: 90/70
dengan pasien mengatakan nyeri mmHg N: 64x/m RR: 24x/m Suhu
pada bagian pusar menjalar : 36,7 derajat celcius Spo2: 99%
sampai ke perut bagian atas , dan
nyeri pada punggung kanan, Jam 09.30 wita
pasien tampak meringgis Mengidenfikasi skala nyeri pasien
TTV:TD: 110/70 mmHg N: P : Nyeri bagian pusar
64x/m RR: 24x/m Suhu : 36,7
Q : Nyeri tumpul
derajat celcius Spo2: 99%
R : nyeri di bagian perut kanan
P : Nyeri muncul pada saat atas
bergerak S : Skala nyeri 6
Q : Nyeri tumpul T : Terus menerus
R : nyeri di bagian perut kanan Jam 09.35. wita
atas Mengidentifikasi respon nyeri non
S : Skala nyeri 6
verbal
T : Terus menerus
Pasien tampak lemah karena nyeri
yang terus menerus
Jam 09.40
Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Pasien meringis kesakitan dan
memegangi lokasi yang sakit
Jam 09.50
Menjelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
Jam 10.10
Menganjurkan pasien teknik
relaksasi napas dalam
Jam 10.15
Menganjurkan pasien teknik
dalam dengan menarik napas
dalam melalui hidung selama 4
detik ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari mulut
dengan cara menarik napas dalam
33
hingga 3 kali
Jam 12.00
Mengobservasi TTV, TD : 100/70
mmHg, S : 36,5ºC, N: 77 x/mnt,
RR: 20x/mnt, SPO2 : 97%
Jam 13.00
Melayani obat inbumin injeksi
Melayani obat Spironolactone
25mg/oral
Jam 10.35
Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah/stimulus
Jam 10. 40
Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
EVALUASI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NAMA &
34
TGL/JAM KEPERAWATAN EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN: TTD
SOAP)
Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian pusar
09/02/2024 dengan agen pencedera menjalar sampai keperut bagian atas.
biologis ditandai dengan Pengkajian Nyeri :
pasien mengatakan nyeri
pada bagian pusar menjalar P : Nyeri bertambah saat bergerak
sampai ke perut bagian Q : Nyeri tumpul
atas , dan nyeri pada R : bagian perut kanan atas
punggung kanan, pasien S : Skala nyeri 6
tampak meringgis TTV:TD: T : Terus menerus
110/70 mmHg N: 64x/m
RR: 24x/m Suhu : 36,7 O: Pasien tampak lemas, wajah pasien
derajat celcius Spo2: 99% tampak meringis kesakitan
TTV:TD: 110/70 mmHg N: 64x/m RR:
P : Nyeri muncul pada saat
24x/m Suhu : 36,7 derajat celcius Spo2:
bergerak
Q : Nyeri tumpul 99%
R : nyeri di bagian perut
kanan atas A : Masalah belum teratasi
S : Skala nyeri 6 P : Intervensi di lanjutkan dan
T : Terus menerus dipertahankan
Manajemen nyeri
1. Identifikasi lokasi,karakteristik,
durasi, frekuensi.kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat
dan meringankan nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Intoleransi aktivitas
S: pasien mengatakan lemas saat bergerak dan
berhubungan dengan beraktivitas karena perut yang membesar
imobilitas ditandai dengan
Pasien mengatakan lemas O: pasien tampak lemah dan meringgis
saat bergerak dan
beraktivitas karena perut A: masalah belum teratasi
yang membesarpasien
terlihat lemas TD: 90/70 P: intervensi di lanjutkan
mmHg N: 64x/m RR:
24x/m Suhu : 36,7 derajat SIKI label 1
celcius Spo2: 99% 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
3. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah/stimulus
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Manajemen nyeri
1. Identifikasi lokasi,karakteristik,
durasi, frekuensi.kualitas, intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
4. Identifikasi factor yang memperberat
dan meringankan nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
10. Kolaborasi pemberian analgetik
I : Jam 08.00
Pengukuran TTV : 150/90 mmHg, S: 36 N :
60, RR : 20x/mnt, SPO2 : 97%, IVFD : RL 20
tpm.
37
menerus
Jam 08.40
Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
Pasien meringis kesakitan dan memegangi
lokasi yang sakit
Jam 09.10
Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Jam 09.30
Menganjurkan pasien teknik relaksasi
Jam 09.40
Menganjurkan pasien teknik dalam dengan
menarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik ditahan selama 2 detik kemudian
keluarkan dari mulut dengan cara menarik
napas dalam hingga 3 kali
Jam 12.00
Mengobservasi TTV, TD :84/58mmHg, S :
36,1ºC, N: 68x/mnt, RR: 20x/mnt, SPO2 :
99%
Jam 12.30
Mengatur posisi yang nyaman untuk pasien
Posisi supine
Jam 13.00
Melayani drip vascon 0,1 med. Kg/BB
Melayani obat furosemide
Melayani obat proponol
Melayani obat Spironolactone
Ekstra albumin 50 cc 20% 1 botol
38
perut yang membesar, kedua kaki TTV:
pasien tampak bengkak TD: TD: 130/70 mmHg N: 64x/m RR: 20x/m
130/70 mmHg N: 64x/m RR: Suhu : 36,7 derajat celcius Spo2: 99%
20x/m Suhu : 36,7 derajat celcius
Spo2: 99%
A: masalah belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
SIKI label 1
3. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
5. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah/stimulus
6. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
I: jam 10.10
mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
pasien mengatakan merasa lemah karena perut
yang membesar dan kedua kaki yang
membengkak
jam 10 20
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Pasien mengatakan merasa lemah karena
perut yang membesar
Jam 10.20
Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Jam 10.30
I: jam 11.00
Memonitor berat badan
Pasien mengatakan berat badan pasien saat
sebelum perut membesar 42 dan setelah perut
membesar 43 kg
Jam 11.10
Kolaborasi dengan dokter untuk lakukan pungsi
Jam 12.10
Catat intake-output dan hitung balance cairan
24 jam
Intake
Minum : 150 cc
Infus : 500 cc
bat cair : 50 cc
jumlah 700 cc
Output
U urine : 100 cc
iwl : 15x43= 645 cc
Pungsi: 4.500 cc
T total 749,5
T total : 499 cc
Manajemen nyeri
I : Jam 08.00
Pengukuran TTV : 114/72 mmHg, S: 36,2 N : 81,
RR : 20x/mnt, SPO2 : 96%, IVFD : RL 20 tpm.
Jam 08.40
Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Pasien masih merasa sakit apabilah terjadi nyeri
Jam 09.10
Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Jam 09.30
Menganjurkan pasien teknik relaksasi
Jam 09.40
Menganjurkan pasien teknik dalam dengan
menarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan
dari mulut dengan cara menarik napas dalam
hingga 3 kali
Jam 12.00
Mengobservasi TTV, TD : 101/76 mmHg, S :
36ºC, N: 71 x/mnt, RR: 20x/mnt, SPO2 : 97%
Jam 12.30
Mengatur posisi yang nyaman bagi pasien
Jam 13.00
Melayani obat furosemide
Melayani obat proponol
Melayani obat Spironolactone
Ekstra albumin 50 cc 20% 1 botol
Curcuma 3x1
Intoleransi aktivitas
S: pasien mengatakan lemas saat bergerak dan
berhubungan dengan beraktivitas karena perut yang membesar
imobilitas ditandai dengan
Pasien mengatakan lemas O: pasien tampak lemah dan meringgis
saat bergerak dan
beraktivitas karena perut A: masalah belum teratasi
yang membesar, kedua
kaki pasien tampak P: intervensi di lanjutkan
bengkak TD: 90/70 mmHg
N: 64x/m RR: 24x/m Suhu SIKI label 1
42
: 36,7 derajat celcius 5. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Spo2: 99% mengakibatkan kelelahan
6. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
7. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah/stimulus
8. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
I: jam 10.10
mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
pasien mengatakan merasa lemah karena perut yang
membesar dan kedua kaki yang membengkak
jam 10 20
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Pasien mengatakan merasa lemah sudah
berkurang
Jam 10.20
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Jam 10.30
Jam 11.10
43
Catat intake-output dan hitung balance cairan 24
jam
Intake
Minum : 150 cc
Infus : 500 cc
Obat cair : 50 cc
Jumlah 700 cc
Output
Urine : 100 cc
Iwl : 15x43= 645 cc
Pungsi: 300 cc
Jumlah 1.045
Total: 345
Intoleransi aktivitas
S: pasien mengatakan lemas sudah berkurang
berhubungan dengan O: keadaan umum pasien mulai membaik
imobilitas ditandai dengan
Pasien mengatakan lemas A: masalah teratasi
saat bergerak dan beraktivitas
karena perut yang membesar, P: intervensi di lanjutkan di rumah
pasien terlihat lemas TD:
90/70 mmHg N: 64x/m RR: I : Jam 08.00
24x/m Suhu : 36,7 derajat Pengukuran TTV : 120/90 mmHg, S: 36,6ºC N
celcius Spo2: 99% : 81, RR : 20x/mnt, SPO2 : 97%,
E : KU membaik intervensi diberhentikan
45
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang ditemukan antara teori dan
kasus yaitu “ asuhan keperawatan pada Ny. D.M dengan Diabetes Melitus di ruangan Bougenvile
RSUD Mgr. Gabriel Manek SVD Atambua. Penulis mencoba membahas dari hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan dengan tinjauan teori. Pembahasan ini
disesuaikan berdasarkan tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
di terapkan pada kasus, pengkajian yang dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan data yang didapat melalui study dokumentasi keperawatan atau status klien.
Pengkajian pada Tn. M.Y.I dengan Hepatoma dilakukan pada hari kamis tanggal 08 Februari
2024. Pada teori (Hasdiana, 2017) Gangguan nutrisi, Penurunan berat badan yang baru saja terjadi,
Kehilangan kekuatan, Anoreksia, Anemia, Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan
pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Hal ini sesuai
dengan tanda dan gejala yang ditemukan pada Tn M.Y. Gangguan nutrisi, Penurunan berat badan
yang baru saja terjadi BB awal 60 kg BB sekarang 45 kg, Kehilangan kekuatan, Anoreksia,
Anemia, Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati. Pada teori
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis Hepatoma adalah pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan USG . pemeriksaan tersebut sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
dan hasilnya adalah pemeriksaan hemoglobin 3.8 g/dl, hasil USG, X-Ray dan Ct-Scan terdapat
benjolan di hati. Dalam teori dikatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya Hepatoma adalah
satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati.
1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori ditemukan 5 diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus
hanya ditemukan 4 diagnosa keperawatan. Diagnosa yang ditemukan di teori dan ada pada
kasus adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada bagian pusar menjalar sampai ke perut bagian atas , dan nyeri pada
punggung kanan, pasien tampak meringgis TTV:TD: 110/70 mmHg N: 64x/m RR: 24x/m
Suhu : 36,7 derajat celcius Spo2: 99% P : Nyeri muncul pada saat bergerak, Q : Nyeri
tumpul, R : nyeri di bagian perut kanan atas. S : Skala nyeri 6, T : Terus menerus.
46
b) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan ditandai dengan pasien
mengatakan merasa sesak di perut, perut tampak membesar akibat penumpukan cairan ,
TTV:TD: 110/70 mmHg N: 64x/m RR: 24x/m Suhu : 36,7 derajat celcius Spo2: 99%.
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan DS: Pasien
mengatakan lemas saat bergerak dan beraktivitas karena perut yang membesar, pasien
terlihat lemas dan kedua kaki bengkak KU: lemah TTV TD: 110/70 mmHg N: 64x/m RR:
24x/m Suhu : 36,7 derajat celcius Spo2: 99%.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan
1. Penerapan asuhan keperawatan Tn M.Y.I dengan Hepatoma pada umumnya sama antara
tinjauan kasus dan tinjauan pustaka .hal ini dibuktikan dalam penerapan teori pada kasus Tn
M.Y.I dengan Hepatoma. Penerapan kasus ini dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
2. Dari pengkajian pada Tn M.Y.I pada tangga 08 februari 2024 didapatkan pasien merasa sesak
napas, pasien merasa nyeri pada perut kanan atas, perut membesar, kedua kaki membengka,
badan terluhat kurus, pucat dan lemah.
3. Dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang di angkat pada Tn M.Y.I dengan Hepatoma
yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, Hipervolemia berhubungan
dengan kelebihan asupan cairan, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas.
4. intervensi yang ditetapkan untuk menggatasi masalah yang dialami Ny. Y.N dengan
a. Diagnosa pertama : Manajemn nyeri (I.08025) Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
frekuensi, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri , Identifikasi respns nyeri non verbal,
Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri, , Identifikasi kesesuaian
analgesic dengan tingkat nyeri, Monitor tanda tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesic, Monitor efektifitas analgesic.
b. Diagnosa ke dua : pemantauan cairan (I.036098) monitor berat badan, monitor
jumlah,warna,dan berat jenis urine, monitor intake dan output cairan .
c. Diagnosa ke tiga: Manajemen Energi (I.05178) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, Monitor kelelahan fisik dan emosional, Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.
5. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan berdasarkan kriteria hasil dari masing-
masing diagnosa. Hasil evaluasi pada Tn M.Y.I dari masalah keperawatan yang di angkat
pada Tn M.Y.I pada masalah nyeri akut teratasi. Pada masalah hipervolemia masalah teratasi
sebagian dan perut masih membesar, pada masalah intoleransi aktivitas tertasi sebagian karena
pasien mengatakan masih lemas keadaan umum pasien mulai membaik.
49
a. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn M.Y.I diruang Kelimutu RSUD
Prof.DR. W.Z Johannes Kupang dapat disimpulkan diatas, maka kelompok dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan peran seluruh anggota
keluarga,dengan meningkatkan pengetahuan, tindakan dan kesadaran masyarakat dalam
pencegahan Hepatoma/ Kanker hati.
2. Bagi tenaga kesehatan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan
baik secara personal maupun kelompok terkait dampak Hepatoma/ Kanker hati bagi
masyarakat.
3. Bagi mahasiswa/mahasiswi preofesi Ners selanjutnya.
Diharapkan bagi mahasiswa/mahasiswi preofesi Ners selanjutnya dapat mengembangkan
laporan kasus dengan mencari faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian Hepatoma.
Kelompok kami mengharapkan laporan kasus lanjutan nanti diharapkan dapat diperoleh
hasil laporan kasus yang lebih baik.
50
51
52
53
54
55
56