Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Hemothoraks

PEMBIMBING:
dr. Doddy Prabisma, Sp.B-TKV

PENYUSUN:
Johanes Irpan Nadapdap 120100148
Astry Amelia Harahap 120100007
Khansa Salsabila 120100041
Andrew Timanta Brahmana 120100284
Woo Xin Zhe 120100420
Amelia Ervina 120100069
Adriani Sakina 120100086
Stephanie Jesslyn 120100077

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT RUJUKAN HAJI ADAM MALIK
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Hemothoraks.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Doddy
Prabisma, Sp.B-TKV selaku supervisor pembimbing dan dr. Nisril selaku dokter
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberi masukan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................ 2
Daftar Isi....................................................................................................... 3
Bab 1 Pendahuluan...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang................................................................................... 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka.............................................................................. 5
2.1. Anatomi Toraks.................................................................................. 5
2.2. Hemotoraks........................................................................................ 5
2.2.1. Definisi............................................................................................ 6
2.2.2. Etiologi............................................................................................ 6
2.2.3. Patofisiologi..................................................................................... 6
2.2.4. Manifestasi Klinis............................................................................ 8
2.2.5. Diagnosis......................................................................................... 10
2.2.5.1. Anamnesa..................................................................................... 10
2.2.5.2. Pemeriksaan Fisik......................................................................... 11
2.2.5.3. Pemeriksaan Penunjang................................................................ 11
2.2.6. Diagnosis Banding.......................................................................... 11
2.2.7. Tatalaksana...................................................................................... 12
2.2.8. Komplikasi...................................................................................... 15
2.2.9. Prognosis......................................................................................... 16
Bab 3 Status Pasien...................................................................................... 17
3.1. Status Orang Sakit.............................................................................. 17
3.2. Follow Up........................................................................................... 21
Bab 4 Diskusi dan Pembahasan.................................................................. 23
Bab 5 Kesimpulan........................................................................................ 25
Daftar Pustaka............................................................................................. 26

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hemothoraks adalah terkumpulnya darah di rongga pleura. Cairan darah
tersebut memiliki nilai hematokrit lebih besar daripada 50%.1
Menghitung frekuensi hemothoraks pada populasi umum adalah sulit.
Hemothoraks yang sangat kecil dapat dihubungkan dengan fraktur satu iga dan
dapat tidak terdeteksi atau tidak memerlukan tatalaksana. Karena kebanyakan
hemothoraks mayor berhubungan dengan trauma, estimasi kasar kejadian tersebut
dapat dipungut dari statistik trauma.1
Kira-kira 150.000 kematian terjadi dari trauma setiap tahun. Sekitar tiga
kali dari angka individu ini cacat secara permanen akibat trauma. Trauma dada
terjadi pada sekitar 60% kasus multiple-trauma; oleh sebab itu, estimasi kasar
pada kejadian hemothoraks yang berhubungan dengan trauma mencapai hingga
300.000 kasus per tahun.1

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Toraks


Rongga toraks dibatasi oleh iga-iga yang terhubung dengan bagian
belakang pada vertebra thoracalis dan di depan pada sternum. Kerangka rongga
thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12
vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang
rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulatio
dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal
sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas
clavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka
tusuk.2

Gambar 2.1 Anatomi Toraks2

5
Gambar 2.2 Arteri Toraks2 Gambar 2.3 Vena Toraks2

Gambar 2.4 Muskulus Toraks2


Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan
limfatik.Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal
kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif,
pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama-sama dengan pleura
parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit
melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-
paru normal, hanya ruang potensial yang ada.2
Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam
kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian
muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi
motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik
setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru paru selama respirasi
biasa sekitar 75%.2

6
2.2. Hemothoraks
2.2.1. Definisi
Hemothoraks adalah terkumpulnya darah di rongga pleura. Cairan darah
tersebut memiliki nilai hematokrit lebih besar daripada 50%.1

2.2.2. Etiologi
Penyebab paling banyak hemothoraks adalah trauma. Trauma tersebut
meliputi luka tumpul (blunt trauma) maupun luka tusuk (penetrating trauma).
Selain itu, emboli paru dan keganasan seperti mesothelioma ganas juga dapat
menyebabkan hemothoraks. Penyebab hemothoraks yang jarang antara lain
perdarahan diastesis, catamenial hemopneumothorax, diseksi aorta, Post Cardiac
Injury Syndrome (PCIS), Benign Asbestos Pleural Effusion (BAPE), pulmonary
arterivenous fistule, dan uremia.1,3

2.2.3. Patofisiologi
Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke area pleura (antara
pleuraviseralisdanpleuraparietalis).Biasanyadisebabkanolehtraumatumpul
atau trauma tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa
padadindingdadabagiandalamatauselaputpembungkusparu.Robekaniniakan
mengakibatkandarahmengalirkedalamronggapleura,yangakanmenyebabkan
penekananpadaparu.4
Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A.
mamariainterna.Ronggahemitoraksdapatmenampung3litercairan,sehingga
pasienhematotoraksdapatsyokberat(kegagalansirkulasi)tanpaterlihatadanya
perdarahanyangnyata,olehkarenaperdarahanmasifyangterjaditerkumpuldi
dalamronggatoraks.4
Pendarahandidalamronggapleuradapatterjadidenganhampirsemua
gangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau struktur intrathoracic.
Responfisiologisterhadapperkembanganhemothoraxdiwujudkandalam2area

7
utama: hemodinamik dan pernafasan. Tingkat respon hemodinamik ditentukan
olehjumlahdankecepatankehilangandarah.4
Perubahan hemodinamik bervariasi tergantung pada jumlah perdarahan
dankecepatankehilangandarah.Kehilangandarahhingga750mLpadaseorang
pria 70 kg seharusnya tidak menyebabkan perubahan hemodinamik yang
signifikan.Hilangnya7501500mLpadaindividuyangsamaakanmenyebabkan
gejalaawalsyok(takikardia,takipnea,danpenurunantekanandarah).4
Tandatandasignifikandarisyokdengantandatandaperfusiyangburuk
terjadidenganhilangnyavolumedarah30%ataulebih(15002000mL).Karena
rongga pleura seorang pria 70 kg dapat menampung 4 atau lebih liter darah,
perdarahandapatterjaditanpabuktieksternaldarikehilangandarah.4
Efekpendesakandariakumulasibesardarahdalamronggapleuradapat
menghambatgerakanpernapasannormal.Dalamkasustrauma,kelainanventilasi
danoksigenasibisaterjadi,terutamajikaberhubungandenganlukapadadinding
dada.Sebuahkumpulanyangcukupbesardarahmenyebabkanpasienmengalami
dyspnea dan dapat menghasilkan temuan klinis takipnea. Volume darah yang
diperlukanuntukmemproduksigejalapadaindividutertentubervariasitergantung
pada sejumlah faktor, termasuk organ cedera, tingkat keparahan cedera, dan
cadanganparudanjantungyangmendasari.4
Dispneaadalahgejalayangumumdalamkasuskasusdimanahemothorax
berkembang dengan cara yang membahayakan, seperti yang sekunder untuk
penyakit metastasis. Kehilangan darah dalam kasus tersebut tidak akut untuk
menghasilkanresponhemodinamikterlihat,dandispneaseringmenjadikeluhan
utama.4
Darahyangmasukkeronggapleuraterkena gerakandiafragma,paru
paru,danstrukturintrathoraciclainnya.Halinimenyebabkanbeberapaderajat
defibrinationdarahsehinggapembekuantidaklengkapterjadi.Dalambeberapa
jampenghentianperdarahan,lisisbekuanyangsudahadadenganenzimpleura
dimulai.4
Lisisseldarahmerahmenghasilkanpeningkatankonsentrasiproteincairan

8
pleuradanpeningkatantekananosmotikdalamronggapleura.Tekananosmotik
tinggiintrapleuralmenghasilkangradienosmotikantararuangpleuradanjaringan
sekitarnyayangmenyebabkantransudasicairankedalamronggapleura.Dengan
caraini,sebuahhemothoraxkecildantanpagejaladapatberkembangmenjadi
besardangejalaefusipleuraberdarah.4
Duakeadaanpatologisyangberhubungandengantahapselanjutnyadari
hemothorax adalah empiema dan fibrothorax. Empiema hasil dari kontaminasi
bakteripadahemothorax.Jikatidakterdeteksiatautidakditanganidenganbenar,
halinidapatmengakibatkansyokbakteremiadansepsis.4
Fibrothoraxterjadiketikadeposisifibrinberkembangdalamhemothorax
yang terorganisir dan melingkupi baik parietal dan permukaan pleura viseral.
Prosesadhesiveinimenyebabkanparuparutetappadaposisinyadanmencegah
dariberkembangsepenuhnya.4

2.2.4. Manifestasi Klinis


Hemothoraks tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di
dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri.
Kadang-kadang anemia dan syok hipovolemik merupakan keluhan dan gejala
yang pertama muncul. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat,
agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di
ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung.3
Respon tubuh degan adanya hemothoraks dimanifestasikan dalam 2 area
mayor:3
a. Respon hemodinamik
Respon hemodinamik sangat tergantung pada jumlah perdarahan
yang terjadi. Tanda-tanda shock seperti takikardi, takipnea, dan nadi yang
lemah dapat muncul pada pasien yang kehilangan 30% atau lebih volume
darah.3
Tingkat respon hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan
kecepatan hilangnnya darah. Perdarahan hingga 750 mL biasanya belum

9
mengakibatkan perubahan hemodinamik. Perdarahan 750-1500 mL akan
menyebabkan gejala-gejala awal syok (takikardi, takipneu, TD turun).
Adapun tanda dan gejala adanya hemothoraks dapat bersifat simptomatik
namun dapat juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien
dengan hemothoraks yang sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien
akan menunjukkan gejala, diantaranya:3
Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada.
Tanda-tanda syok, seperti hipotensi, nadi cepat dan lemah, pucat,
dan akral dingin. Kehilangan darah menyebabkan volume darah
menurun, cardiac output menurun, TD menurun. Kehilangan
banyak darah vasokonstriksi perifer menyebabkan pewarnaan kulit
oleh darah berkurang
Dyspnea. Adanya darah atau akumulasi cairan di dalam rongga
pleura menyebabkan pengembangan paru terhambat pertukaran
udara tidak adekuat.
Darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura meningkat,
pengembangan paru terhambat pertukaran udara tidak adekuat
kompensasi tubuh takipneu dan peningkatan usaha bernapas sesak
napas.
Hypoxemia. Hemothoraks paru sulit mengembang kerja paru
terganggu kadar O2 dalam darah menurun.
Takipneu. Akumulasi darah pada pleura hambatan pernapasan
reaksi tubuh meningkatkan usaha napas takipneu.
Anemia
Deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena. Akumulasi darah yang
banyak menekan struktur sekitar mendorong trakea ke arah
kontralateral.
Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical).
Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena.
Suara napas adalah suara yang terdenger akibat udara yang keluar
dan masuk paru saat bernapas. Adanya darah dalam rongga pleura
menyebabkan pertukaran udara tidak berjalan baik suara napas
berkurang atau hilang.

10
Dullness pada perkusi (perkusi pekak). Akumulasi darah pada
rongga pleura suara pekak saat diperkusi (Suara pekak timbul
akibat carian atau massa padat).
Adanya krepitasi saat palpasi.
b. Respon respiratorik
Akumulasi darah pada pleura dapat menggangu pergerakan napas.
Pada kasus trauma, dapat terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi,
khususnya jika terdapat injuri pada dinding dada. Akumulasi darah dalam
jumlah yang besar dapat menimbulkan dispnea.3

2.2.5. Diagnosis
2.2.5.1. Anamnesa
Pasien dengan hemothoraks biasanya mengeluhkan adanya nyeri dada,
batuk, atau sesak nafas. Nyeri dada ini bersifat pleuritik. Adapun keluhan batuk
yang bersifat nonproduktif merupakan hasil dari stimulasi terhadap reseptor pada
segmen paru yang mengalami atelektasis. Beratnya sesak nafas yang dialami
bergantung pada volume efusi yang terdapat pada pleura. Pusing dan lelah juga
dapat dikeluhkan akibat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak.1

2.2.5.2. Pemeriksaan Fisik


Pada inspeksi dapat dijumpai pergerakan dada yang asimetris dan flail
chest yaitu frakturnya dua iga atau lebih dimana dada yang mengalami flail chest
tidak akan dapat mengembang dengan sempurna saat inspirasi. Dapat dijumpai
pula adanya respiratory distress mulai dari derajat ringan hingga berat, wajah
pucat pasi, atau bahkan sianosis pada pasien.1
Pada palpasi dapat dijumpai stem fremitus yang melemah pada sisi yang
sakit dan berkurangnya ekspansi dinding dada saat inspirasi. Pada perkusi, dapat
dijumpai adanya suara beda pada lapangan paru dengan volume efusi pleura yang
banyak, akan tetapi perkusi tidak dapat memberikan hasil yang bermakna bila
volume efusi pleura hanya minimal. Pada auskultasi, dijumpai adanya suara
pernafasan yang melemah pada sisi yang sakit.1

11
2.2.5.3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis hemothoraks biasnya ditegakkan dengan thoracentesis. Cairan
efusi pada hemothoraks bersifat eksudatif sehingga pada analisa cairan pleura
akan dijumpai adanya peningkatan laktat dehidrogenase dan protein. Adanya
warna kemerahan pada cairan pleura tidaklah memberikan makna yang signifikan
terhadap diagnosis hemothoraks. Hemothoraks dapat ditegakkan bila terdapat
100.000/mm3 eritrosit.1
Pada foto thoraks dapat dijumpai adanya sudut costophrenicus yang
tumpul pada sisi yang sakit. Pergeseran mediastinum ke arah kontralateral juga
dapat terlihat apabila terjadi efusi yang banyak.1

2.2.6. Diagnosis Banding


Malignansi dapat menimbulkan manifestasi klinis seperti hemothoraks
dimana adanya cairan pleura yang disertai darah pada thoracentesis. Akan tetapi
kedua hal ini dapat dibedakan dengan analisa cairan pleura. Hematokrit cairan
pleura <1% tidak spesifik untuk menentukan malignansi atau hemothoraks.
Hematokrit cairan pleura berkisar dari 1 hingga 25% dari hematokrit pembuluh
darah tepi disebutkan konsisten dengan trauma, emboli, atau malignansi. Apabila
efusi disertai darah tanpa riwayat trauma, maka dugaan malignansi akan semakin
kuat. Akan tetapi hematokrit cairan pleura >50% dari hematokrit pembuluh darah
tepi tidaklah khas untuk malignansi.1
Efusi pleura memiliki gambaran klinis yang mirip dengan hemothoraks
dimana dijumpai adanya pengembangan dinding dada yang asimetris dimana sisi
yang sakit akan terlambat mengembang. Pada palpasi dijumpai adanya stem
fremitus yang melemah pada sisi yang sakit. Pada perkusi dijumpai suara beda.
Pada auskultasi suara pernafasan melemah atau menghilang5. Akan tetapi pada
analisa cairan pleura tidak dijumpai adanya hematokrit cairan pleura >50% seperti
pada hemothoraks.1
Seperti halnya penyakit lain yang menyebabkan penumpukan cairan pada
rongga pleura, empyema memiliki gambaran klinis yang menyerupai hemotoraks

12
dimana dapat dijumpai adanya suara beda pada perkusi dan adanya suara
pernafasan yang melemah pada auskultasi. Akan tetapi yang membedakannya
adalah dapat dijumpai adanya peningkatan suhu pada empyema dan pada
thoracentesis akan didapati pus.5

2.2.7. Tatalaksana
Tatalaksana hemothoraks sangat bergantung pada etiologinya. Pasien
dengan hemothoraks yang luas, terutama setelah trauma, dapat tidak stabil dan
membutuhkan resusitasi. Darah pada hemothoraks tidak wajib dievakuasi karena
darah umumnya direabsorpsi dari rongga pleura. Tetapi, torakostomi diindikasikan
jika perdarahan intratorakal adalah 1,5 L per hari, 100-200 ml h -1 selama 12 jam,
memerlukan transfusi darah atau menyebabkan instabilitas hemodinamik.
Drainase membantu kuantitasi perdarahan dan memperbolehkan lapisan parietal
dan visceral pleura untuk penggunaan tamponade pada area perdarahan.1

Gambar 2.5. Algoritma Tatalaksana Hemothoraks1

13
Tamponade dengan aproksimasi paru-paru dengan dinding dada setelah
drainase pleura dapat berguna, terutama dengan perdarahan dari pembuluh
bronkial atau interkosta di bawah tekanan sistemik. Hematokrit dimonitor secara
serial dan darah ditransfusikan tergantung pada derajat keparahan kehilangan
darah dan status hemodinamik. Darah dari rongga pleura pada trauma
nonpenetrating dapat di autotransfusi. Hemotoraks stabil dapat dimonitor atau
diaspirasi tergantung pada skenario klinis dan dapat memerlukan penempatan
selang hanya ketika ada nonresolusi atau kecurigaan infeksi pleura. Pada 10%
pasien trauma, akan terdapat opasifikasi hemitoraks pada 48 jam. CT scan akan
membantu menyelesaikan apakah opasifikasi adalah karena kontusio parenkim,
pembekuan darah di rongga pleura, atau fibrotoraks. Torakoskopi atau
torakostomi dapat diperlukan untuk mengontrol perdarahan pada keadaan akut.
Pada keadaan subakut, torakoskopi dilakukan ketika terdapat 500 mL pembekuan
darah atau opasifikasi sepertiga hemitoraks atau bungkus fibrin. Embolisasi
angiografis sirkulasi bronkial dan interkosta telah dapat dicapai terutama pada
pasien yang bukan merupakan kandidat bedah. Torakostomi dilakukan ketika
terdapat disrupsi bronkial, kegagalan torakoskopi untuk mengontrol perdarahan,
perdarahan terlokalisir di dekat bagian sentral paru atau pada mediastinum, atau
kegagalan torakostomi untuk mendrainase rongga pleura dan memperluas kembali
paru. Torakoskopi meniadakan keperluan torakostomi pada 60% pasien.1
Drainase yang cukup untuk hemothoraks luas adalah penting untuk
mencegah pembentukan fibrotoraks. Terapi trombolitik sudah digunakan untuk
membersihkan hemotoraks yang luas tetapi tidak boleh digunakan jika diketahui
adanya perdarahan intrapleura atau pada adanya kontraindikasi terhadap
penggunaan terapi trombolitik, seperti yang dideskripsikan pada panduan
American Heart Associations Advanced Cardiac Life Support. Mortalitas dan
lamanya waktu tinggal pada rawat intensif dan penggunaan ventilator meningkat
dengan evakuasi yang terlambat dan pembentukan fibrotoraks atau empiema.1
Jika pada foto toraks terdapat hemotoraks yang cukup luas hingga
menutupi sulkus kostofrenikus atau berhubungan dengan pneumotoraks, drainase
dengan torakostomi harus dilakukan. Pada kasus hemopneumotoraks, penggunaan

14
dua selang dapat dilakukan, dengan selang untuk drainase pneumotoraks
diletakkan pada posisi yang lebih superior dan anterior.4
Peralatan torakostomi harus tersedia di setiap instalasi gawat darurat
rumah sakit. Pada pasien dewasa, selang dada yang besar (umumnya 36-42
French) harus digunakan untuk mencapai drainase yang cukup. Selang yang lebih
kecil sering menyebabkan oklusi. Pada pasien anak, selang dada bergantung pada
ukuran anak. Pada pasien yang lebih besar dari usia 12 tahun, ukuran selang dada
yang digunakan umumnya sama dengan yang digunakan pada orang dewasa. Pada
anak yang lebih kecil, selang ukuran 24-34 French harus digunakan, tergantung
besar anak.4
Meskipun torakostomi dapat dilakukan dengan cepat, teknik steril harus
tetap digunakan. Lokasi insersi harus diinfiltrasi dengan bius lokal. Pada saat
insersi, selang torakostomi diarahkan menuju sudut kostofrenikus. Lokasi insersi
pada dinding toraks dan posisi selang pada intratoraks harus diperhatikan seperti
yang terlihat pada foto toraks. Untuk drainase yang maksimal, selang torakostomi
secara ideal diletakkan pada sela interkosta enam atau tujuh pada linea aksilaris
posterior.4
Setelah torakostomi dilakukan, foto toraks ulang harus selalu dilakukan
untuk mengidentifikasi lokasi selang, membantu menentukan kelengkapan
evakuasi hemothoraks, dan dapat memperlihatkan kelainan intratoraks lain yang
tertutup oleh hemotoraks.4
Selang dada umumnya dihubungkan dengan water seal setelah paru
reekspansi pada radiografi, drainase cairan kurang dari 50 mL dalam 24 jam, dan
tidak ada kebocoran udara residu yang signifikan. Ketika tidak terdapat kumpulan
udara atau cairan pada foto toraks ulangan, selang dilepaskan. Foto toraks harus
dilakukan setelah pencabutan selang.4

2.2.8. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa:3
Gagal nafas. Paru-paru kolaps sehingga terjadi gagal nafas dan
meninggal.

15
Fibrosis atau skar pada membran pleura.
Pneumothorax.
Pneumonia.
Septisemia.
Syok. Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh
gerakan diafragma (otot besar di dasar toraks) memungkinkan
paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam
rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan
yang mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko
infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan kematian.

2.2.9. Prognosis
Secara keseluruhan, prognosis dari hemothoraks adalah baik. Adapun
mortalitas akibat hemotoraks sangat berhubungan dengan keparahan trauma.
Meskipun begitu, kemungkinan terjadinya empyema tetap ada yaitu sekitar 5%
kasus dan fibrothoraks pada 1% kasus.4

BAB 3

16
STATUS PASIEN

3.1. STATUS ORANG SAKIT


Identitias Pasien
Nama : Lindung Doloksaribu
No. RM : 69.82.30
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 11/09/1963
Usia : 54 tahun
Alamat : Dolok Saribu Janji Matogu Uluan, Kab. Toba Samosir
Agama : Kristen Protestan
Suku : Batak
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Jumlah Anak : 2 orang
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Status Sosio-Ekonomi: Menengah ke bawah
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 54 kg
Tanggal Masuk RS : 30 Januari 2017

Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri dada
Telaah : Hal ini telah dialami oleh pasien sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tersebut timbul setelah
pasien terjatuh dari Pohon Aren dengan ketinggian 10
meter. Nyeri dirasakan di dada sebelah kanan, bersifat
menetap, dan tidak berkurang dengan istirahat. Riwayat
pasien tidak sadarkan diri setelah terjatuh dari pohon
dijumpai. Riwayat mual (-), muntah (-), kejang (-) dan
demam (-). Os sempat dirawat di RS Balige, kemudian

17
dirujuk ke RS Siantar. Setelah hari rawat ke-7 di RS
Siantar, pasien kemudian dirujuk RSUP H. Adam Malik
Medan karena kondisi pasien tidak kunjung membaik dan
adanya kecurigaan gumpalan darah di dada pasien menurut
dokter yang merawat. Riwayat mengalami kecelakaan
dijumpai pada 5 tahun yang lalu, namun pasien tidak
berobat ke rumah sakit.
Status Presens
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 30 x/menit
Suhu : 37.1oC

Status Generalisata
Kepala
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-),sklera ikterik (-/-)
refleks cahaya (+/+), pupil isokor 3 mm/ 3 mm
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Tenggorokan : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax
Paru : Inspeksi : asimetris, tampak jejas di lateral dan dorsal
di hemithoraks kanan. Flail chest (+).
Palpasi : stem fremitus sulit dinilai
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
Jantung : Batas Jantung

18
Batas Atas : Intercosta III
Batas Kiri : Intercosta V, 1 cm lateral
linea mid-clavicular sinistra
Batas Kanan : Intercosta II LPSD
Auskultasi : S1 normal, S2 normal, Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : soepel, hepar/lien/renal tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Genitalia : laki-laki, sesuai status lokalisata
Ekstremitas : Atas : oedem (-), sianosis (-)
Bawah : oedem (-), sianosis (-)

Status Lokalisata
Regio Thoraks
Inspeksi : Gerakan pernapasan asimetris dan tampak jejas di lateral dan
dorsal dextra.
Flail chest (+).
Palpasi : Stem fremitus sulit dinilai
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara pernapasan : vesikuler (+/+)
Suara tambahan :-

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (23/01/2017)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan

19
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 7,5 1318 g/dl
Eritrosit (RBC) 2,3 x106 (4,5 6,5) x106/l
Leukosit (WBC) 11000 4.00011.000 /l
Hematokrit 22 3647
Trombosit (PLT) 274 x103 150450 x103
GINJAL
Ureum 24 mg/dL 18 55 mg/dL
Kreatinin 0,58 mg/dL 0,7 1,3 mg/dL
Blood Urea Nitrogen 11 mg/dL 8 26 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 134 mEq/L 135155 mEq/L
Kalium (K) 4,3 mEq/L 3,65,5 mEq/L
Klorida (Cl) 104 mEq/L 96106 mEq/L
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa darah (sewaktu) 130 mg/dL <200

Foto Thoraks PA erect

Kardiomegali + Suspek kontusio paru kanan

EKG (29/01/2017)

Sinus ritmis

Diagnosis
(R) Hemothoraks + (R) 5th-7th posterior ribs fracture
Penatalaksanaan
1. IVFD Ringer Lactate 10 gtt/i

2. Inj. Ceftriaxone 1 ampul/12 jam

3. Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam

4. Inj. Ketorolac 1 amp/8jam

Rencana

20
1. Foto thoraks AP/Lateral

2. Cek lab

3.2. FOLLOW UP
Tanggal Subjecti Objective Assessment Plan
ve
30/01/17 Nyeri TD: 110/80 (R) - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone
pada mmHg Hemothoraks +
1 gr/ 12 jam
dada RR: 18 x/i Ribs Fracture
- Inj Ketorolac 30
kanan HR: 80 x/i
mg/ 8 jam
dan Temp: 36, - Inj Ranitidin 50
sesak 8C mg/ 12 jam
berkura
ng

31/01/17 Sesak TD: 120/80 (R) - IVFD RL 20 gtt/i


- Inj Ceftriaxone
(-) mmHg Hemothoraks +
1 gr/ 12 jam
RR: 17 x/i Ribs Fracture
- Inj Ketorolac 30
HR: 92 x/i
mg/ 8 jam
Temp: 36, - Inj Ranitidin 50
8C mg/ 12 jam
01/02/20 Sesak TD: 120/80 (R) - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone
17 (-) mmHg Hemothoraks +
1 gr/ 12 jam
RR: 18 x/i Ribs Fracture
- Inj Ketorolac 30
HR: 78 x/i
mg/ 8 jam
Temp: 36, - Inj Ranitidin 50
8C mg/ 12 jam
02/02/20 Sesak TD: 120/80 (R) - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone
17 (-) mmHg Hemothoraks +
1 gr/ 12 jam
RR: 16 x/i Ribs Fracture
- Inj Ketorolac 30
HR: 80 x/i
mg/ 8 jam

21
Temp: 36, - Inj Ranitidin 50
8C mg/ 12 jam
03/02/20 Sesak TD: 120/80 (R) - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone
17 (-) mmHg Hemothoraks +
1 gr/ 12 jam
RR: 18 x/i Ribs Fracture
- Inj Ketorolac 30
HR: 80 x/i
mg/ 8 jam
Temp: 36, - Inj Ranitidin 50
8C mg/ 12 jam

Thorax
drain :
30cc/24
jam
04/02/20 Sesak TD: 110/80 (R) - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone
17 (-) mmHg Hemothoraks +
1 gr/ 12 jam
RR: 18 x/i Ribs Fracture
- Inj Ketorolac 30
HR: 80 x/i
mg/ 8 jam
Temp: 36, - Inj Ranitidin 50
8C mg/ 12 jam
05/02/20 Sesak TD: 120/80 (R) - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone
17 (-) mmHg Hemothoraks +
1 gr/ 12 jam
RR: 18 x/i Ribs Fracture
- Inj Ketorolac 30
HR: 80 x/i
mg/ 8 jam
Temp: 36, - Inj Ranitidin 50
8C mg/ 12 jam

22
BAB 4
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Teori Kasus
Hemothoraks adalah terkumpulnya Os datang ke RSUP HAM Adam
darah di rongga pleura. Penyebab Malik dengan keluhan nyeri dada. Hal
paling banyak hemothoraks adalah ini telah dialami oleh pasien sejak 1
trauma. Trauma tersebut meliputi luka minggu sebelum masuk rumah sakit.
tumpul (blunt trauma) maupun luka Nyeri tersebut timbul setelah pasien
tusuk (penetrating trauma). terjatuh dari Pohon Aren dengan
ketinggian 10 meter. Nyeri
dirasakan di dada sebelah kanan,
bersifat menetap, dan tidak berkurang
dengan istirahat. Os sempat dirawat di
RS Balige, kemudian dirujuk ke RS
Siantar. Setelah hari rawat ke-7 di RS
Siantar, pasien kemudian dirujuk
RSUP H. Adam Malik Medan karena
kondisi pasien tidak kunjung
membaik dan adanya kecurigaan
gumpalan darah di dada pasien
menurut dokter yang merawat.
Asimptomatik didapatkan pada pasien Os datang ke RSUP HAM Adam
dengan hemothoraks yang sangat Malik dengan keluhan nyeri dada.
minimal sedangkan kebanyakan pasien
akan menunjukkan gejala, diantaranya
nyeri dada yang berkaitan dengan
trauma dinding dada.
Os datang ke RSUP HAM
Pasien dengan hemothoraks biasanya
Adam Malik dengan keluhan
mengeluhkan adanya nyeri dada,
nyeri dada.
batuk, atau sesak nafas. Inspeksi: Gerakan pernapasan

23
asimetris dan tampak jejas di
Pada inspeksi dapat dijumpai
lateral dan dorsal dextra. Flail
pergerakan dada yang asimetris dan
chest (+).
flail chest yaitu frakturnya dua iga atau Palpasi: stem fremitus sulit
lebih dimana dada yang mengalami dinilai
flail chest tidak akan dapat
mengembang dengan sempurna saat
inspirasi.

Pada palpasi dapat dijumpai stem


fremitus yang melemah pada sisi yang
sakit dan berkurangnya ekspansi
dinding dada saat inspirasi.

24
BAB 5
KESIMPULAN

Seorang laki-laki berusia 54 tahun didiagnosis dengan (R) Hemothoraks dan (R)
5th-7th posterior ribs fracture dan diberikan tatalaksana:
- IVFD Ringer Lactate 10 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 ampul/12 jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8jam

25
DAFTAR PUSTAKA

1. John, J. dan Idell, S., 2006. Hemothorax. Dalam : Textbook of Pleural


Disease, hlm. 393-397. Texas: Elsevier.
2. Netter, F. H., 2011. Atlas of Human Anatomy 5th edition. Philadelphia:
Saunders/Elsevier.
3. Mahoozi, H. R., Volmerig, J., dan Hecker, E., 2016. Modern Management
of Traumatic Hemothorax. Journal Traumatology Treatment 2016; 5(3): 1-
5.
4. Mancini M. S., 2017. Hemothorax. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview
5. BMJ Best Practice, 2016. Empyema. Available from:
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1008/diagnosis/step-
by-step.html

26

Anda mungkin juga menyukai