PENDERITA LUPUS
Penyaji
: dr. Achnes Pangaribuan
Pembimbing : dr. Gede Kambayana, Sp.PD-KR
Dept. Of Rheumato-Immunology FK UNUD RSUP SANGLAH - Denpasar
PENDAHULUAN
SLE merupakan penyakit inflamasi autoimun
kronis dengan etiologi yang belum diketahui
serta manifestasi klinis, perjalanan penyakit &
prognosis yang sangat beragam.
Terutama menyerang wanita usia reproduksi
Terdapat
beberapa
faktor
yang
diduga
mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap
SLE, diantaranya: faktor genetik, lingkungan dan
hormonal.
Akumulasi
lemak
tubuh
menyebabkan
peningkatan kadar sitokin proinflamasi, yang
dapat menyebabkan eksaserbasi dari inflamasi dan
meningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus,
Aspek-aspek
tersebut menunjukkan
hipertensi, dan penyakit jantung koroner.
Glikolisis (A), siklus Krebs (B), oksidasi asam lemak (C), amino acid
pools (D), biosintesis lipid (E), biosintesis asam lemak esensial (F),
biosintesis eicosanoid (G) methyl group interchange pathways (H) dan
pembentukan glutathione (I)
PLoS One.
KALORI
Pembatasan kalori dalam diet memperbaiki progresifitas
penyakit autoimun. Beberapa penelitian pada hewan coba telah
menunjukkan bahwa pembatasan energi sekitar 30%-40%
memperlambat onset glomerulonefritis pada tikus percobaan,
dengan menghambat perkembangan sindrom limfoproliferatif.
Restriksi kalori menghambat penurunan limfosit T CD4 + dan
CD8+, meningkatan sitokin Th1 (IL-2 dan interferon- [IFN-])
pada tikus.
The National Academy of Sciences menganjurkan asupan
sebesar 1.800-2.000 kalori/hari pada dewasa eutrofik, dan
2.200-2.500 kalori/hari pada orang dewasa dengan aktivitas fisik
minimal.
PROTEIN
Asupan protein yang tinggi berhubungan dengan
progresifitas kerusakan ginjal pada pasien maupun hewan
coba autoimun.
Tikus dengan diet protein moderat memiliki kekebalan dan
perlambatan terhadap progresifitas penyakit autoimun
dibandingkan dengan tikus dengan diet protein normal.
Pada penelitian tersebut, diet dengan restriksi terhadap
asam amino fenilalanin dan tirosin memberikan manfaat
yang signifikan pada tikus percobaan.
ISOFLAVON
Banyak ditemukan pada jenis makanan berbasis kedelai.
Strukturnya mirip dengan yang 17-estradiol (E2), yang memiliki
efek estrogenik.
Hong et al. menunjukkan bahwa suplementasi dengan isoflavon
meningkatkan kelangsungan hidup model murine SLE dengan
menghambat
produksi
autoantibodi
(anti-dsDNA
dan
anticardiolipin), dan mengurangi sekresi IFN-. Penulis
melaporkan bahwa isoflavon memiliki efek anti inflamasi dan
efek antioksidan. 1
Zhao et al. melaporkan bahwa diet tinggi kedelai dapat
memperburuk kerusakan ginjal, mengurangi creatinin clereance,
yang meningkatkan perburukan penyakit glomerular pada tikus
percobaan. 2
L-canavanin
Asam amino non-protein ini banyak ditemukan pada biji-bijian
(kacang kedelai, bawang merah, dan kecambah) yang
merupakan homolog alami L-arginine dengan aktivitas
antimetabolik. Defisiensi L-canavanin dapat mengakibatkan
apoptosis sel dalam kondisi defisiensi arginin. L-canavanin
bertindak sebagai supresi terhadap induksi sel T yang mengatur
sintesis antibodi dan proliferasi limfosit.
Hong et al. menyimpulkan bahwa suplementasi dengan ekstrak
etilasetat dari kecambah dalam model murine untuk SLE
terbukti
mengurangi
secara
signifikan
sekresi
IFN-,
mengurangi risiko inflamasi dan aktivasi mediator respon imun.
Namun, beberapa studi pada manusia dan monyet
cynomolgus
sehat
menunjukkan
bahwa
asupan
kecambah dapat menginduksi sindrom autoimun seperti
lupus, dengan peningkatan titer antibodi antinuclear,
anti-dsDNA,
dan
penurunan
komplemen,
serta
menghambat remisi
Sumber makanan dengan kandungan Lcanavanin yang tinggi juga kaya akan
serat
sehingga
dapat
mencegah
hiperkolesterolemia dan aterosklerosis.
Meskipun temuan telah menyarankan
bahwa makanan dengan kandungan Lcanavanin
(kecambah)
tidak
boleh
dikonsumsi pada SLE, perlu dicatat bahwa
memasak
dan
autoklaf
menghancurkan
efek
yang
tidak
menguntungkan
tanpa
merusak
fungsinya sebagai penurun lipid.
Taurin
Asam amino bebas intraseluler terutama, yang
disintesis melalui metionin dan sistein. Banyak
terdapat dalam makanan seperti telur, daging,
tiram, dan cumi-cumi.
Taurin mempunyai peranan penting sebagai
pengatur respon imun, mengurangi stres oksidatif,
sitokin inflamasi, dan apoptosis, serta mengurangi
kadar serum lipid pada tikus.
Huang et al. menyatakan bahwa suplementasi
taurin pada tikus yang diberi diet tinggi kolesterol
dapat mengurangi risiko penyakit jantung dengan
dosis 10 gram/kg berat badan dalam diet hewan
LIPID
Asupan tinggi lemak tak jenuh ganda dapat
mengurangi risiko terjadinya Diabetes Mellitus (DM),
sedangkan diet lemak trans meningkatkan risiko DM
Halen et al. telah menunjukkan bahwa diet tinggi
lipid
menginduksi
aterosklerosis
pada
tikus,
sebaliknya pembatasan lipid mengurangi ekspresi
kompleks
imun
pada
glomerulonefritis
dan
memperpanjang rentang hidup pada tikus percobaan.
Selain itu lipid dapat mengubah keseimbangan
antara sel Th1 dan Th2, mendukung perkembangan
fenomena autoimun
-6
PUFA
dapat
memperburuk
SLE
DHA secara signifikan mengurangi titer serum
dengan
menginduksi
di
anti-dsDNA,
deposit
IgG ginjal dan mengurangi
kadar IL-18
pada tikus percobaan
mediator
inflamasi.
Halade GV et al. telah melaporkan peningkatan
yang signifikan dalam rentang hidup tikus
percobaan dengan pemberian suplementasi
DHA dan EPA melalui peranannya dalam
menghambat sekresi TNF dan IL-2.
VITAMIN
Metabolit vitamin A, seperti asam retinoat, memiliki
peran antineoplastik, regulasi, proliferasi dan
diferensiasi sel. Vitamin A juga memiliki efek terapi
pada beberapa model binatang penyakit ginjal, seperti
lupus nephritis.
Kinoshitak et al. telah menunjukkan bahwa pasien yang
diobati dengan retinoid memperbaiki proteinuria,
menurunkan titer anti-dsDNA dan komplemen tanpa efek
samping, yang menunjukkan bahwa retinoid merupakan
pengobatan yang menjanjikan untuk lupus nefritis
Dosis 100.000 IU vitamin A selama dua minggu telah
terbukti meningkatkan efek perlindungan terhadap
respon sitotoksisitas sel antibodi-dependent, aktivitas sel
Natural Killer, dan IL-2.
Patient Education
Natural and Fresh Food
Sugested maximum Daily Intakes: 24002600 calories (men); 1600 calories
(women)
Foods low in calories and saturated fats;
and foods high in antioxidants, fiber,
calcium, vitamin D, and Omega 3 fatty
acids.
Protein : 63 gram (men) / 50 gram
(women)
Fat : 30% total calories (65 gram),
FAT
Red meat is high in cholesterol and saturated fat. Try to limit
to once a week if you can.
Look for lean meats around 99%.
Remove skin from poultry because that is where the most
saturated fat is.
Cut fat off from red meat.
Broil and grill vs. pan fried with oil, deep fried, and breading.
It is important to incorporate fish into your diet around 3-4
times a week.
Practice portion control - meat should not take up of your
plate, it should be more like
Best Bets:
Chicken breast, lean beef, wild salmon, herring,
mackerel, sardines, anchovies, rainbow trout, tuna
(canned light), crab, oysters, tilapia, cod, pacific oysters
KESIMPULAN
Mengingat semua aspek yang menguntungkan dan
merugikan dari nutrisi, adalah bijaksana untuk
menyatakan bahwa diet yang memadai untuk
pengobatan
SLE
terutama
ditujukan
untuk
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan
aterosklerosis, selain mengurangi faktor peradangan
dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.
Nutrisi seimbang dan bergizi untuk menjaga berat
badan ideal, dengan kontrol kalori yang efektif untuk
menghindari resistensi insulin, meningkatkan HDL-C
dan
mengurangi
tingkat
trigliserida
sangat
bermanfaat pada penderita SLE sebagai terapi
suportif.
Suksma