Anda di halaman 1dari 22

DETEKSI DINI DAN

SURVEILANS FAKTOR
RISIKO LEPTOSPIROSIS

BALAI BESAR PENELITIAN DAN


PENGEMBANGAN VEKTOR DAN
RESERVOIR PENYAKIT
LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis : penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi


bakteri yang berbentuk spiral dari genus Leptospira yang pathogen,
yang ditularkan secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke
manusia.

Penyakit zoonosa adalah penyakit yang secara alami dapat


ditularkan dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.

Leptospirosis merupakan zoonosis yang diduga paling luas


©B2P2VRP 2021

penyebarannya di dunia.
• Dikenal sebagai:
- Penyakit urin/kencing tikus
- Weill’s disease
- Canicola fever
- Haemorrhagic jaundice

• Penyebab Leptospirosis:  Bakteri Leptospira


Bakteri Leptospira (Ordo Spirochaeta, Famili Trepanometaceae. Diameter: 0,05 µm –
0,1 µm, Panjang: 1 µm -15 µm dan lebar: 0,1 µm – 0,2 µm. Bergerak sangat aktif: maju,
mundur, atau berbelok. Leptospira memiliki flagela yang bersifat periplasmik yg
memungkinkan menembus jaringan. Bersifat aerob, temperatur pertumbuhan
optimum antara 28°C – 30°C dengan keasaman pH 7,2 – 7,6).
©B2P2VRP 2021

• Leptospirosis ringan diperkirakan mencapai 90%, 10% leptospirosis berat dengan


3 gejala
kegagalan ginjal, paru, jantung, liver  sering menimbulkan kematian.
Leptospirosis : problem kesehatan Leptospirosis: under-reported disease
di dunia
 KLB leptospirosis dilaporkan
• Kurang tersedianya alat diagnosis
meningkat (dekade terakhir) yang akurat
• Perhatian sektor kesehatan masih
 Bukan penyakit baru, sudah lama kurang
endemik di Indonesia • Secara klinis sulit di diagnosis karena:
• Infeksi ringan sulit dideteksi
 Leptospirosis adalah “under-reported
• Kesulitan dalam mendiagnosis
disease”
secara klinis
 Pengetahuan dan perhatian sektor • Didiagnosis keliru sbg penyakit
kesehatan relatif kurang demam lain  misdiagnosis !
• Dokter/klinisi belum menjadikan
 Faktor-faktor risiko semakin
leptospirosis sebagai diferensial
bertambah : pemanasan global
diagnosis
GEJALA (WHO SEARO, 2009)

A. Kasus Suspek:
- Demam akut >38°C, atau ada riwayat
demam dalam 7 hari terakhir dengan atau • Kontak dengan binatang binatang
tanpa sakit kepala, disertai : terinfeksi (sapi, kambing, anjing,
- Nyeri otot babi)
- Lemah (malaise) • Kontak dengan cairan infeksius
- Conjunctival suffusion (mata merah tanpa hewan mati terinfeksi.
eksudat), dan • Memegang/menangani specimen
- Ada riwayat terpapar lingkungan terinfeksi leptospirosis
terkontaminasi atau aktivitas berisiko • Pekerjaan berisiko: pekerja RPH,
leptospirosis dalam 2 minggu klinik hewan (dokter/perawat),
sebelumnya. petani, pembersih selokan dll
• Kontak dengan air terkontaminasi (banjir, • Kontak sumber infeksi karena
sungai, sawah/kebun) hobbi : olah raga (triathlon, renang,
arung jeram, memancing)
©B2P2VRP 2021
B. Kriteria probable: 3. Kasus + 3 gambaran
1. Kasus suspek dengan minimal 2 laboratorium:
gejala klinis berikut: a. Trombositopenia < 100.000
a. Nyeri betis sel/mm
b. Ikterus b. Lekositosis dengan neutropilia
c. Oliguri/anuria > 80%
d. Manifestasi perdarahan c. Kenaikan bilirubin total > 2 gr
e. Sesak nafas %
f. Aritmia jantung d. Pemeriksaan urine; proteinuria
g. Batuk, dengan maupun tanpa dan/atau hematuria
hemoptysis
h. Ruam kulit
2. Kasus suspek dengan RDT positif
©B2P2VRP 2021
C. Kasus konfirmasi 3. Sero konversi MAT dari negative
Kasus suspek atau kasus probable menjadi positif, atau adanya
disertai salah satu dari berikut: kenaikan titer 4 x lipat dari
1. Isolasi bakteri Leptospira dari pemeriksaan awal
specimen klinik 4. Hasil pemeriksaan tunggal MAT
2. PCR positif dengan titer 1 : 320, 1: 400 atau
lebih

DIAGNOSA BANDING:
Terdapat beberapa diagnosis banding untuk leptospirosis, yaitu: influenza,
demam dengue dan demam berdarah dengue, yellow fever, rickettsiosis,
malaria, meningitis, demam tifoid, hepatitis virus, serta toksoplasmosis.
©B2P2VRP 2021
PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO

A. PENULARAN LANGSUNG
 Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang
mengandung bakteri Leptospira
 Dari hewan ke manusia; orang yang merawat hewan
atau menangani organ tubuh hewan (RPH), pemilik
hewan peliharaan terinfeksi.
 Dari manusia ke manusia (ini sangat jarang terjadi):
melalui plasenta, air susu ibu.

B. PENULARAN TIDAK LANGSUNG


Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan dan
©B2P2VRP 2021

lumpur yang tercemar urin hewan terinfeksi.


Faktor Resiko Leptospirosis Pada Ternak
• Digembalakan
• Dipekerjakan
• Dimandikan di sungai
• Adanya tikus di kandang, sawah dan gudang
• Sumber air minum
• Kondisi kandang (kebersihan kandang, kelembapan,
suhu kandang, adanya ternak lain dalam kandang)
• Jarak kandang dan tempat pembuangan limbah,
adanya drainase, adanya pengolahan limbah,) • TERNAK
©B2P2VRP 2021
Epidemiologi Leptospirosis
©B2P2VRP 2021
SURVEILANS LEPTOSPIROSIS

Adalah proses pengamatan dan analisis secara terus menerus dan sistematis
dengan tujuan dapat melakukan tindakan penanggulangan leptospirosis yang
efektif dan efisien.

Tujuan surveilans:
 Memantau kecenderungan leptospirosis menurut orang, waktu dan tempat
 Mengetahui angka morbiditas dan mortalitas
 Mendeteksi secara dini untuk memprediksi KLB
©B2P2VRP 2021

 Perencanaan kegiatan pengendalian leptospirosis


 Penyusunan kebijakan pengendalian leptospirosis
Surveilans Kasus Leptospirosis dilakukan secara:
 Aktif: screening, pada waktu Penyelidikan Epidemiologi (PE)
 Pasif: pasien datang ke faskes, Laporan W1 dari Rumah Sakit dan
Puskesmas
Penyelidikan Epidemiologi:
Apabila dari laporan ditemukan suspek atau konfirmasi penderita leptospirosis,
maka untuk mendukung surveilans sekurang-kurangnya dikumpulkan data:
 Karakteristik penderita : umur, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal
 Gejala klinis yang muncul
 Waktu gejala klinik muncul (onset)
 Waktu didagnosis leptospirosis
 Riwayat dirawat/tidak
 Riwayat paparan faktor risiko
©B2P2VRP 2021

 Data serologi/mikrobiologi (bila laporan dari RS)

Hasil analisis secara epidemiologis yang dibutuhkan untuk penentuan


kebijakan serta perencanaan tindakan penanggulangan.
Selain surveilans rutin terhadap kasus leptospirosis, juga dilakukan Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD)  Re-emerging disease.

SKD adalah kewaspadaan penyakit beserta faktor risikonya untuk


meningkatkan sikap tanggap, kesiapsiagaan upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB secara cepat dan tepat.

Fokus SKD terutama:


o Daerah rawan banjir/sering mengalami banjir
o Daerah persawahan dan perkebunan dengan populasi tikus meningkat
o Daerah rawa/gambut
o Daerah bencana (gunung meletus, kebakaran hutan, banjir bandang)
PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO

a. Perbaikan sanitasi lingkungan, pemberian disinfektan (tanah, air)


b. Pengendalian tikus (mekanik, kimia, biologi (pemanfaatan predator)) dan
cara penanganan bangkai yang benar
c. Vaksinasi hewan piaraan (yg sering serovar canicola dan icterohaemorrhagic)
d. Hindarkan hewan ternak kencing di dekat kolam atau genangan air
e. Pengobatan (pada manusia dan hewan ternak terinfeksi)
f. Promosi kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Penggunaan APD pada
kegiatan berisiko)
©B2P2VRP 2021
Surveilans Terpadu Leptospirosis melalui Pendekatan “One Health”

'One Health' adalah upaya kolaboratif dari berbagai sektor, dengan fokus
pada manusia, hewan dan lingkungan untuk mencapai kesehatan yang
optimal. (Tingkat: kabupaten, nasional dan global)

Sektor terkait dalam pengendalian leptospirosis adalah Kemenkes (Kesmas),


Kementerian Pertanian/Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan)
dan Pemerintah Daerah (Dinas Pasar, Pekerjaan Umum dll)

Pilot project One Health di Indonesia: Kabupaten Boyolali (Jateng), Kab.


Bengkalis (Riau), Kab. Ketapang (Kalbar) dan Kab. Minahasa (Sulut).
©B2P2VRP 2021
Kegiatan Pendampingan
Pengendalian Leptospirosis di Kabupaten Kebumen
oleh B2P2VRP Salatiga, Tahun 2021

Pengukuran Lingkungan
Survei+konfirmasi
leptospirosis pada
Pemeriksaan
manusia leptospirosis pada
manusia, tikus, hewan
&lingkungan
Survei Leptospirosis METODE
pada Rodent
Ceramah Klinis
©B2P2VRP 2021

Survei Leptospirosis pada


Hewan Ternak Penyuluhan leptospirosis di
masyarakat

http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id
Hasil Pemeriksaan Laboratorium SKD Leptospirois di Kebumen Tahun 2021
Pemeriksaan Manusia
Pemeriksaan Lingkungan
Lokasi Jumlah Positif MAT
Puskesmas Gombong 7 0 Positif
Lokasi Sampel Jumlah
Puskesmas Ambal 18 0 PCR
Puskesmas
Kutowinangun 13 0 Kedungpuji Air rumah 1 1
Puskesmas Petanahan 11 0 Air Sawah 1 1
Puskesmas Prembun 14 0 Tanah Kebun 3 2
Rumah sakit (RS) Srusuhsawah Air rumah 1 1
Purbowangi 1 0
1 Wadas lintang Aliran waduk 1 1
RS Prembun
1 (Bangkinang) Total   7 (6/7)*
Tamanwinangun 9 0
Total 74 (1/74)*
©B2P2VRP 2021
Hasil Pemeriksaan Laboratorium SKD Leptospirois di Kebumen Tahun 2021
Pemeriksaan Hewan
Lokasi
Jenis
Jumlah Positif MAT Pemeriksaan Tikus
Tenak
Gombong Kambing 10 0
Puring Sapi 11 1 (Djasiman) Positif  
Lokasi Spesies Jumlah
Kutowinangun Sapi 4 0 PCR  Positif MAT
Kambing 8 0  
Kedungpuji R tanezumi 15 1
Domba 1 0
Kebumen Kambing 3 0
Buluspesantren Sapi 5 0
Kambing 2 0
Ambal Sapi 2 0
Mirit Domba 2 0
Petanahan Domba 18 0
Kambing 2 1
©B2P2VRP 2021

Rowokele Kambing 9 0
Ayah Sapi 1 1 (Bangkinang)
Total   78 (2/78) *
PROMOSI KESEHATAN DI MASYARAKAT DI DESA KEDUNGPUJI, GOMBONG

Kegiatan Penyuluhan
• Materi : penyebab, cara penularan, cara
pencegahan dan anjuran pemeriksaan
leptospirosis ke fasilitas pelayanan kesehatan
oleh Dr. Wiwik Trapsilowati M.Kes

• Peserta : kelompok Tani (Gapoktan), warga yang


bertempat tinggal di sekitar kasus leptospirosis
dan pemangku masyarakat.

• Hasil penyuluhan: Terdapat peningkatan


pemahaman peserta mengenai leptospirosis
©B2P2VRP 2021

(penyebab, penularan dan pencegahan)

http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id
Ceramah Klinis (Tata Laksana dan Epidemiologi leptospirosis)

Kegiatan ceramah klinis


• Materi : Tantangan tata laksana leptospirosis di musim
pandemic Covid-19 oleh dr. Lisa Novipuspitasari
Sp.PD dan Rekomendasi kebijakan leptospirosis
berbasis puskesmas dari B2P2VRP

• Peserta : dokter dan petugas surveilans puskesmas,


labkesda dan lintas sektor di Kabupaten Kebumen.

• Hasil kegiatan ceramah klinis: Terdapat peningkatan


pemahaman peserta terhadap tata laksana dan
epidemiologi leptospirosis
©B2P2VRP 2021

http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id
i li PENGENDALIAN LEPTOSPIROSIS PADA HEWAN DENGAN
d
t o la
c PENDEKATAN ONE HEALTH
oje o y
Pr B
o t ten
l
Pi upa Puskesmas / WAG
a b Kasus di
K manusia Dinkes/ RS (WhatsApp
(RDT-PCR) Group)

Pengambilan Keswan
Kirim ke lab sampel ternak/ (investigasi)
Rujukan hewan
kesayangan Kesmas PE
©B2P2VRP 2021

1 bulan
kemudian
Positif diobati Negatif
diambil sampel
lagi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai