Anda di halaman 1dari 10

1. Bagaimana pemeriksaan fisik pada pasien pneumonia?

Pada penderita pneumonia, pemeriksaan fisik yang bisa ditemukan yaitu:


a. Keadaan umum
: Tampak sakit sedang, terlihat sesak atau batukbatuk
b. Kesadaran
: Bisa sampai somnolen
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Bisa normal atau hipotensi
Nadi
: Meningkat
Suhu
: Meningkat
Laju napas
: Meningkat
d. Kepala
: Tidak ada kelainan
e. Mata
: Tidak ada kelainan
f. Hidung
: Jika sangat sesak bisa ditemukan napas cuping
g. Leher
h. Cor

hidung
: tidak ada kelaian JVP dan kelenjar getah bening
: Tidak ada kelainan jantung jika pada pasien tidak
memiliki penyakit jantung

i. Pulmo
Inspeksi

: Pengembangan dinding dada yang sakit tertinggal


daripada

sisi

yang

sehat.

Kadang

terdapat

Palpasi

penggunaan otot bantu napas dan retraksi


: Fremitus taktil mengeras pada sisi yang sakit

Perkusi
Auskultasi

karena ada area konsolidasi


: terdengar redup pada sisi yang sakit
: suara nafas bronkovesikuler sampai bronkial.
Dapat disertai ronki basah halus, dan bisa menjadi

j. Abdomen
k. Ekstremitas

ronki basah kasar pada stadium resolusi.


: Tidak terdapat kelainan
: Tidak terdapat kelainan.

2. Apakah gambaran radiologis pada pneumonia?


Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara
lain:
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anatomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.

Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru


mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada
atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ;
batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan
dengan jantung atau di lobus medius kanan.
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang
paling akhir terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air

Bronchogram

Sign

(terperangkapnya udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara


pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya
penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering
menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat
mengenai beberapa lobus

Foto Thorax

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu


segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya
ditemukan pada pneumonia jenis ini.
CT Scan

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai
ke perifer.
3. Apa perbedaan pneumonia dan bronkopneumonia?
Perbedaan pneumonia dan bronkopneumonia berdasarkan:
1. Lokasi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah
peradangan

pada

parenkim

paru

yang

melibatkan

bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercakbercak (patchy distribution). Konsolidasi bercak berpusat
disekitar bronkus yang mengalami peradangan multifokal dan
biasanya bilateral. Konsolidasi pneumonia yang tersebar
(patchy)

ini

biasanya

mengikuti

suatu

bronkitis

atau

bronkiolitis.
Pneumonia dapat dibagi menjadi 3 menurut lokasinya, yakni
pneumonia lobaris, pneumonia lobularis dan pneumonia
interstisial. Pada pneumonia lobaris proses peradangan terjadi
pada lobus paru yang bisa disebabkan oleh obstruksi bronkus
misalnya pada aspirasi benda asing. Pneumonia interstisial
terjadi terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial
dinding

bronkus

dan

peribronkil.

Peradangan

dapat

ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema

dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial


prebronkial.
2. Pemeriksaan radiologis
Bronkopneumonia
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan
halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini
sering terlihat pada lobus bawah
Foto Thorax

Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir


bronkiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada
gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas
kiri dan lobus bawah kiri.
CT Scan

Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan,


namun tidak menjalar sampai perifer.

Pneumonia
Foto Thorax

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi


pada satu segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun
lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang
tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia
jenis ini.

CT Scan

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus


atas kiri sampai ke perifer.
4. Apakah PKTB dan TB paru post primer? Bagaimana mekanisme
penularan masing-masing?
TUBERKULOSIS PRIMER

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan


bersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang
pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang
primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di
hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks
primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
(restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang
Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh
adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat
penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang
bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan
maupun ke paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke
dalam usus
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian
penyebaran ini sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh,
jumlah dan virulensi basil. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti

yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan


cukup

gawat

seperti

tuberkulosis

milier,

meningitis

tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga


dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,
misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :

Sembuh

dengan

meninggalkan

sekuele

(misalnya

pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat


ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
Meninggal Semua kejadian diatas adalah perjalanan
tuberkulosis primer.

TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun
kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam
yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis
menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber
penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang
umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik
kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan
sebagai berikut :
1.

Diresopsi

kembali,

dan

sembuh

kembali

dengan

tidak

meninggalkan cacat
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran,
dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat
juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan

keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan


keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan
keju

keluar. Kaviti

awalnya

berdinding

tipis,

kemudian

dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :


Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang
pneumonik baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola
perjalanan seperti yang disebutkan diatas
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated),
dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi
dan menjadi kaviti lagi
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan
membungkus diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir
sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga
kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

Anda mungkin juga menyukai