Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU

Disusun Oleh :

IRGZI AULIA HAQ

NIM. 2019205201069

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2021
LEMBAR KONSULTASI PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2021 DI RUMAH SAKIT
UMUM MUHAMMADIYAH METRO

Nama : Irgzi Aulia Haq


Pembimbing Akademik : Ns. Tri Wijayanto, M.Kep,Sp.KMB
Pembimbing Lahan : Hasim Malik, Amd.Kep
Judul LP : Tuberkulosis Paru

No Hari/Tanggal Keterangan Paraf


1. TUBERKULOSIS PARU

A.Definisi

Tuberkulosis atau TB adalah penyakit Infekstus yang terutama menyerang parenkim


paru. Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh ba
krobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian
bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon
(Hood Alsagaff, 1995: 73).

Batuk darah (hemoptisis)adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal
dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk carah akan
berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan tuka
dengan cepat terjadi (Hood Alsagaff, 1995, hal 301).

B. Penyebab atau Faktor-Faktor Resiko

Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melatut udara. Individu terinfe
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Drogle yang
besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup les Individu yang
rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah:

 Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif


 Individu Imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam
terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV)
 Pengguna obat-obat IV dan Alkoholik
 Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan; etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa mud antara
yang berusia 15 sampai 44 tahun) Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah
ada sebelumnya (misalnya:diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi,
bypass gastrektomi atau yeyunoileal)
 Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika
Latin, Karibia)
 Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya: fasilitas perawatan jangka panjang.
institusi psikiatrik, penjara)
 Individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh
 Petugas kesehatan. .
 Risiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di
udara.
C. Patofisiologi

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan
di rongga hidung dan dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg, 1981 dikutip dari Price,
1995). Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di
bagian atas tobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekusit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit ganti oleh makrofag. Alveol
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan
jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakter terus difagosit atau berkembang biak
di dalam sel. Basit juga menyebar melalui kelenjar Umte regional. Makrofag yang mengalami
Infitrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh timfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentral test memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kasoosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dan sel epitelold dan fibroblas menlimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk Jaringan parut yang akhirnya
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-pan disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Gohn yang mengalami
perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan
radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah
atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan brenkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen).
Organisme yang lolos dari kelenjar limfe. akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang
lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bita fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem
vaskuler ke organ-organ tubuh.
PATHWAY

M. Tuberkulosis M Bors

Tertiup melalui udara

Menempel pada bronchiole atau alveolus

Profiferasi sel epitel disekening basil dan membentuk dinding


antara basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel)

Basil menyebar melalui kelenjar getah bening


menuju kelenjar regional

Inflamasi Anfeksi <-Lesi primer menyebabkan


kerusakan jaringan

Meluas keseluruh paru-paru (bronchiolus atau pleura)

RESIKO INFEKSI

Erosi pembaluh Darah

Demam,Anoreksia,Malaise,BB turun Batuk,Nyeri dada,Haemaptue

PERUBAHAN NUTRISI GANGGUAN RASA NYAMAN

Basil menyebar kedaerah yang


dekat dan jauh ekspirasi
D. Manisfestasi Klinis

Tuberkulosis sering dijuluki "the great imitator" yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemas
dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:

a.Gejala respiratorik, meliputi:

 Batuk: Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

 Batuk darah: Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

 Sesak napas: Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertal seperti efus pleura, pneumothorax. anemia dan
lain-lain.

 Nyeri dada: Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik, meliputi:

 Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpal biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
 Gejala sistemnik lain: Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
 Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.

Tuberkulosis Paru termasuk Insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan deman tingkat
rendah, keletihan, anorexia, penurunan BB, berkeringat malam, nyers dada dan batuk
menetap. Batuk pada awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manisfestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku
tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia dan penurunan BB. Basil TB dapat
bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.

E. Komplikasi Tuberkulosis

Komplikasi dari TB paru adalah :


a.Pleuritis tuberkulosa
b.Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c.Tuberkulosa milier
d.Meningitis tuberkulosa

F.Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer, dkk (1999: hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu:

1. Laboratorium darah rutin: LED normal/meningkat, limfositosis


2. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik karena hanya 30-70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
ini
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) Merupakan uji serologi imunoperoksidase
memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya lgG spesifik terhadap basil TB
4. Tes Mantoux/Tuberkulin Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya lgG spesifik terhadap basil TB
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui
amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat
mendeteksi adanya
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis
7. Mycodot
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna
sisir akan berubah
8.Pemeriksaan radiology: Rontgen thorax PA dan lateral
 Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu:
 Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
 Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
 Adanya kavitas, tunggal atau ganda
 Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
 Adanya klasifikasi Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
 Bayangan millie
G.Penatalaksanaan

1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
 Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3X/minggu atau BB>60 kg: 600 mg BB 40-
60 kg: 450 mg
BB <40 kg: 300 mg Dosis intermiten 600 mg/kali
 INH
Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg/kg BB 3 kali seminggu, 15 mg/kg BB 2
kali semingggu atau 300 mg/hari
Untuk dewasa. Intermiten: 600 mg/kali
 Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50 mg/kgBB 2 kali
seminggu atau
BB>60 kg: 1500 mg
BB 40-60 kg: 1000 mg
BB <40 kg: 750 mg
 Streptomisin
Dosis 15 mg/kgBB atau BB>60 kg: 1000 mg
BB 40-60 kg: 750 mg sesuai BB
BB<40 kg:
 Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30 mg/kg BB
3X serninggu, 45 mg/kgBB 2X seminggu atau
BB>60 kg: 1500 mg 88 40-60 kg: 1000 mg
BB<40 kg: 750mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kalli

b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi dosis tetap ini terdiri dari:

 Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg. Isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
 Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg.
 Isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
 Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penerita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase Intensif, sedangkan fase
lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang
selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.

c. Jenis obat tambahan lainnya


 Kanamisin
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian: makrolid, amoksilin+asam klavulanat
 Derivat rifampisin dan INH
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping.
Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat
diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. Efek
samping OAT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

2. Pengobatan Suportif/Simptomatik Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu


diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dapat
rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/ simtomatik untuk
meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/ keluhan.

a. Penderita rawat jalan.


 Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
 Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam
 Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau
keluhan lain.
b. Penderita rawat inap
 TB paru disertai keadaan/ komplikasi sbb: Batuk darah (profus), keadaan
umum buruk, Pneumotoraks, Empiema, Efusi pleura masif/ bilateral, sesak
napas berat (bukan karena efusi pleura)
 TB di luar paru yang mengancam jiwa: TB paru milier, Meningitis TB.

4. Terapi pembedahan
a. Indikasi mutlak
 Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
 Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif

b. Indikasi relatif
 Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
 Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
 Sisa kaviti yang menetap.

5. Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)


 Bronkoskopi
 Punksi pleura
 Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
6. Kriteria Sembuh
 BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
 Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/perbaikan
 Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan Negatif
1.Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Tuberkulosis Paru

1. Pengkajian

a. Identifikasi Diri Klien:


Nama
Jenis Kelamin
Umur
Tempat tanggal lahir
Alamat

Pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan sekarang
 Keadaan pernapasan napas pendek
 Nyeri dada
 Batuk dan
 Sputum

2. Kesehatan Dahulu:
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3. Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan

c. Gejala yang Berkaitan dengan Masalah Utama, misalnya:


 Demam
 Menggigil
 Lemah
 Keringat dingin malarn merupakan gejala yang berkaitan dengan TB

d. Status Perkembangan, misalnya:

Ibu yang melahirkan bayi prematur perlu ditanyakan apakah sewaktu han mempunyai
masalah-masalh risiko dan apakah usia kehamilan cukup
Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola pernapasan, cepe lelah sewaktu
naik tangga, sulit bernapas sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama

e. Data Pola Pemeliharaan Kesehatan, misalnya:


 Tentang pekerjaan
 Obat yang tersedia di rumah
 Pola tidur-istirahat dan stress
f. Pola Keterlambatan atau Pola Peranan-Kekerabatan, misalnya:

 Adakah pengaruh dari gangguan / penyakitnya terhadap dirinya dan keluarganya,


serta
 Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran sebagal/suami
dan dalam melakukan hubungan seksual

g. Pola Aktivitas/ Istirahat Gejala :


 Kelelahan umum dan kelemahan
 Napas pendek karena kerja
 Kesulitan tidur pada malam tau demam melam hari, menggigil dan atau berkeringat,
mimpi buruk

Tanda:
 Takikardia, takipnea / dispnea pada kerja
 Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)

h. Pola Integritas Ego Gejala :


 Adanya / fakktor stress lama
 Masalah keuangan, rumah
 Perasaan tidak berdaya/ tidak da harapan Populasi budaya / etnik

Tanda:

 Menyangkal (khususnya tahap dini)


 Ansietas, ketakutan, mudah terangsang

1. Makanan/ Cairan

Gejala :
 Kehilangan napsu makan
 Tidak dapat mencerna
 Penurunan BB

• Tanda:

 Turgor kulit, buruk, kering / kulit bersisik


 Kehilangan otot/ hitang lemak subkutan
j. Nyeri/Kenyamanan
Gejala:
 Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda:
 Perilaku distraksi, gelisah

k.Pernapasan
Gejala :
 Batuk produktif atau tidak produktif
 Napas pendek
 Riwayat TB / terpajan pada individu terinfeksi

Tanda:
 Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleura)
 Poerkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas menurun / tidak ada secara
bilateral/ unilateral. Bunyi napas tubuler dan/atau bisikan pektoral di atas lesi luas.
Krekels tercatat di atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
( krekels pusttussic)
 Karakteristik sputum adalah hijau / purulen, mukoid kuning atau becak darah
 Deviasi trakeas (penyebaran bronkogenik)
 Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)

i.Keamanan

Gejala :
 Adanya kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, kanker

Tanda:
 Demam rendah atau sakit panas akut

m. Interaksi Sosial
Gejala :
 Perasaan isolasi/ peolakkan karena penyakit menular
 Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
n. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala :
 Riwayat keluarga TB
 Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
 Gagal untuk membaik /kambuhnya TB
 Tidak berparrtispast dalam terapi

q. Pemeriksaan Penunjang
 Rontgen dada
 Usap basil tahan asam BTA
 Kultur sputum
 Tes kulit Tuberkulin

3. Diagnosa Keperawatan

a.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
b.Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan tuberkulosis paru.
c.Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang
sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan TBC.

4.Rencana Asuhan Keperawatan

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan pasien dalam
melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
Tujuan :
Setelah dilakukan penyuluhan
3 x 24 jam, bersihan jalan nafas menjadi efektif.
Dengan kriteria hasil :
1) pasien dapat menjelaskan pengertian Tb paru
2) pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala Tb paru
3) pasien dapat menjelaskan perawatan keluaga yang menderita Tb paru
Rencana tindakan :
1)Kaji pengetahuan pasien tentang Tb paru
2)Jelaskan pada pasien tentang pengertian, tanda/gejala, tindakan yang dilakukan
bila salah satu anggota keluarga menderita Tb paru
3)Bimbing pasien untuk mengulang kembali apa yang dijelaskan oleh perawat
4)Beri pujian atas jawaban yang disampaikan oleh pasien

b) Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TBC
Tujuan: Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam, keluarga mampu mengenal dan
mencegah penularan penyakit TBC pada anggota keluarganya.
Dengan kriteria hasil :
1)Klien dan keluarga dapat menjelaskan akibat TBC pada pasien sendiri dan
keluarganya.
2)Klien dan keluarga dapat menyebutkan sumber yang dapat menularkan TBC.
3)Klien dan keluarga dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya penularan.
Rencana tindakan :
1)Kaji pengetahuan keluarga dan klien
2)kaji kemampuan keluaga yang telah dilakukan untuk menghindar penularan
3)diskusikan dengan keluarga dan klien tentang akibat penyakit TBC terhadap diri dan
keluarganya
4)diskusikan alternative yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan
5)evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga dan klien
6)berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang diungkapkan keluarga dan
klien

c)Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga


yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan TBC.
Tujuan:Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam keluarga mampu mengambil keputusan
untuk berobat secara teratur.
Dengan kriteria hasil :
1)Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala penyakit TBC
2)Keluarga dapat mengidentifikasi cara pengobatandan perawatan.
3)keluarga memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila obat habis

Rencana keperawatan :
1)kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TBC, penyebab, gejala, dan cara
penanganannya
2)berikan penyuluhan pada keluarga mengenal cara mengidentifikasi serangan/
serangan kambuhan
3)anjurkan berobat kembali kepuskesmas/ rumah sakit saat penyakit kambuh
4)Jelaskan bahwa pengobatan TBC merupakan program pemerintah dan gratis
melalui pusksmas tetapi bila ada dari astek tidak apa-apa
5)Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya dalam
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi,Wijayanto.2013.`Buku Keperawatan Medikal Bedah 1`.Nuha


Medika.Yogyakarta

Huda,Amir.2016.``Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2``.Medi,Action.Yogyakarta

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press

Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.

Ruliana dkk.2012. Pedoman Pengkajian dan Perhitungan Kebutuhan Gizi.Edisi 2 Instalasi


Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai