TUBERKULOSIS PARU
Disusun Oleh :
NIM. 2019205201069
TAHUN 2021
LEMBAR KONSULTASI PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG TAHUN 2021 DI RUMAH SAKIT
UMUM MUHAMMADIYAH METRO
A.Definisi
Batuk darah (hemoptisis)adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal
dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk carah akan
berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan tuka
dengan cepat terjadi (Hood Alsagaff, 1995, hal 301).
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melatut udara. Individu terinfe
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Drogle yang
besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup les Individu yang
rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah:
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan
di rongga hidung dan dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg, 1981 dikutip dari Price,
1995). Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di
bagian atas tobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekusit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit ganti oleh makrofag. Alveol
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan
jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakter terus difagosit atau berkembang biak
di dalam sel. Basit juga menyebar melalui kelenjar Umte regional. Makrofag yang mengalami
Infitrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh timfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentral test memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kasoosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dan sel epitelold dan fibroblas menlimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk Jaringan parut yang akhirnya
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-pan disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Gohn yang mengalami
perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan
radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah
atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan brenkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen).
Organisme yang lolos dari kelenjar limfe. akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang
lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bita fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem
vaskuler ke organ-organ tubuh.
PATHWAY
M. Tuberkulosis M Bors
RESIKO INFEKSI
Tuberkulosis sering dijuluki "the great imitator" yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemas
dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan
bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:
Batuk: Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
Batuk darah: Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
Sesak napas: Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertal seperti efus pleura, pneumothorax. anemia dan
lain-lain.
Nyeri dada: Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpal biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
Gejala sistemnik lain: Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
Tuberkulosis Paru termasuk Insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan deman tingkat
rendah, keletihan, anorexia, penurunan BB, berkeringat malam, nyers dada dan batuk
menetap. Batuk pada awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manisfestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku
tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia dan penurunan BB. Basil TB dapat
bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.
E. Komplikasi Tuberkulosis
F.Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer, dkk (1999: hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu:
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi dosis tetap ini terdiri dari:
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg. Isoniazid 75
mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg.
Isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penerita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase Intensif, sedangkan fase
lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang
selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
4. Terapi pembedahan
a. Indikasi mutlak
Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif
b. Indikasi relatif
Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
Sisa kaviti yang menetap.
1. Pengkajian
Pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan sekarang
Keadaan pernapasan napas pendek
Nyeri dada
Batuk dan
Sputum
2. Kesehatan Dahulu:
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3. Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan
Ibu yang melahirkan bayi prematur perlu ditanyakan apakah sewaktu han mempunyai
masalah-masalh risiko dan apakah usia kehamilan cukup
Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola pernapasan, cepe lelah sewaktu
naik tangga, sulit bernapas sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama
Tanda:
Takikardia, takipnea / dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut)
Tanda:
1. Makanan/ Cairan
Gejala :
Kehilangan napsu makan
Tidak dapat mencerna
Penurunan BB
• Tanda:
Tanda:
Perilaku distraksi, gelisah
k.Pernapasan
Gejala :
Batuk produktif atau tidak produktif
Napas pendek
Riwayat TB / terpajan pada individu terinfeksi
Tanda:
Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleura)
Poerkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas menurun / tidak ada secara
bilateral/ unilateral. Bunyi napas tubuler dan/atau bisikan pektoral di atas lesi luas.
Krekels tercatat di atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
( krekels pusttussic)
Karakteristik sputum adalah hijau / purulen, mukoid kuning atau becak darah
Deviasi trakeas (penyebaran bronkogenik)
Tidak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
i.Keamanan
Gejala :
Adanya kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, kanker
Tanda:
Demam rendah atau sakit panas akut
m. Interaksi Sosial
Gejala :
Perasaan isolasi/ peolakkan karena penyakit menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
n. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala :
Riwayat keluarga TB
Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik /kambuhnya TB
Tidak berparrtispast dalam terapi
q. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen dada
Usap basil tahan asam BTA
Kultur sputum
Tes kulit Tuberkulin
3. Diagnosa Keperawatan
a.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
b.Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan tuberkulosis paru.
c.Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang
sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan TBC.
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan pasien dalam
melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
Tujuan :
Setelah dilakukan penyuluhan
3 x 24 jam, bersihan jalan nafas menjadi efektif.
Dengan kriteria hasil :
1) pasien dapat menjelaskan pengertian Tb paru
2) pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala Tb paru
3) pasien dapat menjelaskan perawatan keluaga yang menderita Tb paru
Rencana tindakan :
1)Kaji pengetahuan pasien tentang Tb paru
2)Jelaskan pada pasien tentang pengertian, tanda/gejala, tindakan yang dilakukan
bila salah satu anggota keluarga menderita Tb paru
3)Bimbing pasien untuk mengulang kembali apa yang dijelaskan oleh perawat
4)Beri pujian atas jawaban yang disampaikan oleh pasien
b) Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TBC
Tujuan: Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam, keluarga mampu mengenal dan
mencegah penularan penyakit TBC pada anggota keluarganya.
Dengan kriteria hasil :
1)Klien dan keluarga dapat menjelaskan akibat TBC pada pasien sendiri dan
keluarganya.
2)Klien dan keluarga dapat menyebutkan sumber yang dapat menularkan TBC.
3)Klien dan keluarga dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya penularan.
Rencana tindakan :
1)Kaji pengetahuan keluarga dan klien
2)kaji kemampuan keluaga yang telah dilakukan untuk menghindar penularan
3)diskusikan dengan keluarga dan klien tentang akibat penyakit TBC terhadap diri dan
keluarganya
4)diskusikan alternative yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan
5)evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga dan klien
6)berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang diungkapkan keluarga dan
klien
Rencana keperawatan :
1)kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TBC, penyebab, gejala, dan cara
penanganannya
2)berikan penyuluhan pada keluarga mengenal cara mengidentifikasi serangan/
serangan kambuhan
3)anjurkan berobat kembali kepuskesmas/ rumah sakit saat penyakit kambuh
4)Jelaskan bahwa pengobatan TBC merupakan program pemerintah dan gratis
melalui pusksmas tetapi bila ada dari astek tidak apa-apa
5)Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya dalam
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.