Anda di halaman 1dari 65

TUGAS PATOLOGI ANATOMI

Disusun oleh :
Kezia Marcella Putri (FAA 117 052)
Siska Aprianti (FAA 117 053)
Theofani Ari (FAA 117 054)
Dhea Permata (FAA 117 055)
Nidya Verina Christi (FAA 116 002)
Mita Eva Dayani (FAA 116 015)
Amelia Febriani (FAA 116 020)
Lelia Pebriani (FAA 116 032)
Nanda Hosana Tarigan (FAA 116 046)
Daffa Nurdzaky Santriono (FAA 116 048)
Aprilois Perdana (FAA 115 038)
Abses Paru
• Abses Paru mengacu pada area nekrosis supuratif
berbatas di parenkim paru, mengakibatkan
pembentukan satu atau lebih kavitas yang besar
• pneumonia nekrotikans seringkali timbul
bersama atau berkembang menjadi abses paru,
membuat perbedaan kedua entitas ini menjadi
kabur. Organisme penyebab dapat masuk ke paru
melalui salah satu dari mekanisme berikut:
• Aspirasi materi infektif dari karies gigi atau sinus atau tonsil terinfeksi,
terutama kemungkinan saat operasi mulut, anestesi, koma, atau intoksikasi
alkohol dan pasien yang lemah dengan refleks batuk yang ditekan.
• Aspirasi isi lambung, biasanya disertai organisme infeksius dari orofaring.
• Sebagai komplikasi pneumonia bakterialis nekrotikans, terutama yang
disebabkan oleh S. aureus, Streptococcus pyogenes, K. pneumoniae,
Pseudomonas spp., dan, kadang-kadang, pneumokokus tipe 3. Infeksi jamur
dan bronkiektasis dapat mengakibatkan abses paru.
• Obstruksi bronkus, terutama disertai karsinoma bronkogenik menyumbat
bronkus atau bronkiolus. Drainase yang terganggu, atelektasis distal, dan
aspirasi darah dan serpihan tumor semua berperan dalam pembentukan
abses. Abses dapat juga terbentuk dalam bagian rongga nekrotik dari tumor.
• Embolisme septik, dari tromboflebitis septik atau dari endokarditis infektif
sisi kanan jantung.
• Selain itu, abses paru dapat timbul akibat penyebaran hematogen bakteri
pada infeksi piogenik diseminata.Abses paru paling khas terjadi pada
bakteremia stafilokokus dan seringkali berakibat abses paru multipel.
Pneumonia Kronik
Pneumonia kronik paling sering berupa lesi lokal pada orang-orang imunokompeten, dengan atau
tanpa keterlibatan kelenjar gejah bening regional. Terdapat radang granulomatosa khas, yang dapat
berasal dari bakteria (misalnya, M. Tuberculosis) atau jamur.

Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kronik menular yang disebabkan oleh My cobacterium
tuberculosis. Penyakit ini melibatkan paru namun dapat mengenai organ atau jaringan manapun di
tubuh.Biasanya bagian tengah granuloma tuberkulosis mengalami nekrosis kaseosa.
Tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kronik yang disebabkan oleh M. tuberculosis, biasanya
mengenai paru, namun seluruh organ ekstraparu dapat terlibat sebagai infeksi tunggal (isolated
infection)
Etiologi
M. tuberculosis hominis bertanggungjawab pada sebagian besar kasus tuberkulosis; sumber infeksi
biasanya ditemukan pada orang-orang dengan penyakit paru aktif. Transmisi biasanya langsung,
melalui inhalasi organisme di udara dari bulir-bulir udara yang timbul dari batuk atau sekresi
terkontaminasi dari orang yang terinfeksi.

Patogenesis
Patogenesis tuberkulosis pada orang imunokompeten dan belum terpajan sebelumnya berpusat
pada pembentukan kekebalan yang dimediasi oleh sel dengan target tertentu dan menimbulkan daya
tahan pada organisme sehingga mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas jaringan terhadap antigen
tuberkulosis. Gambaran patologis tuberkulosis, seperti granuloma kaseosa dan kavitasi, adalah akibat
destruksi jaringan yang hipersensitif yang merupakan bagian dari respons imun pejamu.

Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah suatu bentuk penyakit yang terjadi pada pasien yang sebelumnya tidak
pernah terpajan dan tidak pernah tersensitisasi
Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah suatu bentuk penyakit yang terjadi pada pasien yang sebelumnya tidak
pernah terpajan dan tidak pernah tersensitisasi
Konsekuensi utama tuberkulosis primer adalah :

(1) penyakit ini menginduksi hipersensitivitas dan meningkatkan daya tahan;


(2) fokus jaringan parut dapat menyimpan basil yang viabel selama bertahuntahun, mungkin seumur
hidup, dan dapat menjadi nidus reaktivasi di kemudian hari apabila sistem imun pejamu terganggu;
dan (3) jarang, tetapi dapat menimbulkan tuberkulosis primer progresif.
Morfologi tuberkulosis paru primer
Secara khas, basil yang terhirup tertanam di rongga udara bagian distal dari bagian bawah lobus
atas, atau bagian atas lobus bawah, biasanya dekat ke pleura. Ketika sensitisasi terjadi, maka
terbentuk daerah konsolidasi radang berwarna abu-abu keputihan berukuran 1 cm hingga 1,5 cm,
disebut fokus Ghon. Kombinasi lesi parenkim dan keterlibatan kelenjar getah bening disebut sebagai
kompleks Ghon (Gambar 12-36).
Tuberkulosis Sekunder (Reaktivasi Tuberkulosis)
Tuberkulosis sekunder (reaktivasi) terjadi pada orang yang sebelumnya sudah terpajan kemudian
sistem daya tahan tubuh menurun, dan biasanya bermanifestasi sebagai lesi kavitas di apeks paru
Pada pemeriksaan histologis, tempat dengan keterlibatan aktif ditandai dengan reaksi radang
granulomatosa yang khas yang dapat berupa granuloma kaseosa maupun non-kaseosa (Gambar 12-37,
A hingga C), yang terdiri atas histiosit epiteloid dan sel datia berinti banyak.
Tuberkulosis milier
sistemik terjadi ketika organisme menyebar melalui sistem arteri secara sistemik ke hampir semua
organ tubuh. Granuloma yang terjadi mirip dengan yang di paru.Tuberkulosis milier sangat menonjol
di hepar, sumsum tulang, limpa, adrenal, lapisan meninges, ginjal, tuba Fallopii, dan epididimis
(Gambar 12-39).
TUBERCULOSIS PRIMER
Definisi :
Tuberkulosis primer adalah suatu bentuk
penyakit yang terjadi pada pasien yang
sebelumnya tidak pernah terpajan dan tidak
pernah tersensitisasi.
Konsekuensi utama TB primer
1. Penyakit ini menginduksi hipersensitivitas
dan meningkatkan daya tahan
2. Fokus jaringan parut dapat menyimpan basil
yang viabel selama bertahun – tahun,
mungkin seumur hidup.
3. Jarang tapi dapat menimbulkan TB primer
progresif
Tuberkulosis Sekunder (Reaktivasi
Tuberkulosis)
Tuberkulosis sekunder adalah penyakit yang muncul pada
pejamu yang sebelumnya tersensitisasi. Penyakit ini dapat terjadi
segera sesudah tuberkulosis primer, namun seringkali timbul
akibat reaktivasi lesi primer yang dorman beberapa dekade
setelah infeksi awal, terutama ketika daya tahan pejamu
melemah. Tuberkulosis sekunder dapat juga berasal dari
reinfeksi eksogen karena menurunnya proteksi yang ditimbulkan
oleh penyakit primer atau karena menghirup sejumlah besar
basil yang virulen. Apa pun sumber organismenya, hanya
beberapa pasien (kurang dari 5%) dengan penyakit primer yang
akhirnya menderita tuberkulosis sekunder.
Penyakit Mycobacterium Non-tuberkulosis
• Mycobacterium nontuberkulosis paling sering menyebabkan
penyakit paru kronik tetapi secara klinis terbatas pada orang-
orang yang imunokompeten.
• Pada orang dengan imunosupresi (terutama pasien-pasien
dengan HIV seropositif), infeksi M. avium kompleks
bermanifestasi sebagai penyakit yang menyebar, berhubungan
dengan tanda dan gejala sistemik (demam, keringat malam,
berat badan turun).
• Hepatosplenomegali dan limfadenopati, yang menandai
keterlibatan sistem fagosit mononuklear oleh patogen
oportunistik, sering ditemukan, begitu pula gejala
gastrointestinal seperti diare dan malabsorpsi.
• Hepatosplenomegali dan limfadenopati, yang menandai
keterlibatan sistem fagosit mononuklear oleh patogen
oportunistik, sering ditemukan, begitu pula gejala
gastrointestinal seperti diare dan malabsorpsi.
• Infeksi M. avium kompleks diseminata pada pasien dengan
AIDS cenderung terjadi pada perjalanan penyakit yang lanjut,
ketika hitung CD4+ jatuh di bawah 100 sel/µL. Sehingga, pada
pemeriksaan jaringan seringkali tidak ditemukan granuloma;
tetapi khas ditemukan, sel buih yang "penuh" dengan
mycobacterium atipik.
Histoplasmosis, Coccidioidomycosis, dan
Blastomycosis

• Infeksi yang disebabkan oleh jamur dimorfik, misalnya


Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, dan
Blastomyces dermatitidis, dapat mengenai paru tunggal,
seperti pada orang yang imunokompeten, atau mengenai
paru luas seperti orang-orang yang imunokompromais.
• Respons imun yang dimediasi sel T penting untuk
menghambat infeksi, sehingga orang dengan imunitas sel
yang terganggu, misalnya pada HIV, lebih rentan terhadap
penyakit sistemik.
Histoplasma capsulatum

Epidemiologi :
Jamur ini endemik di Ohio dan di tengah lembah
Sungai Mississippi serta di sepanjang pegunungan
Appalachian di Amerika Serikat bagian tenggara.
Media yang ideal untuk pertumbuhan jamur yaitu,
Tanah yang hangat lembap serta kaya akan kotoran dari
kelelawar dan burung, karena memproduksi spora yang
infeksius.
Morfologi :
• H. capsulatum: bulat
hingga oval, bentuk ragi
kecil berdiameter 2 pm
hingga 5 pm (Gambar 12-
41, A)
• Histoplasma capsulatum
berbentuk ragi memenuhi
fagosit di kelenjar getah
bening pasien dengan
histoplasmosis (pewarnaan
perak)
Coccidioidomycosis immitis

Epidemiologi :
• Organisme ini endemik pada area Barat daya dan
barat jauh Amerika Serikat, terutama Lembah San
Joaquin di California, dan infeksi coccidioidomycosis
disebut sebagai "valley fever/demam lembah"
Morfologi :
• bulatan berdinding tebal,
tidak bertunas,
• berdiameter 20 pm hingga
60 pm, seringkali diisi oleh
• endospora kecil (Gambar
12-41, B)
• Coccidioidomycosis
berbentuk bulat yang utuh
di dalam sel datia berinti
banyak.
Blastomycosis dermatitidis

Epidemiologi :
• Area endemik terbatas di Amerika Serikat hingga
area yang tumpang tindih dengan lokasi
ditemukannya histoplasmosis.
Morfologi :
• bulat hingga oval dan lebih
besar dibandingkan
Histoplasma (diameter 5 pm
hingga 25 pm);
• bereproduksi dengan tunas
yang khas yang pangkalnya
yang lebar
• Perhatikan dinding tegal dan
inti (tidak ditemukan pada
jamur lain) yang khas.
• Pewarnaan perak
memperjelas tunas dengan
pangkal lebar yang
ditemukan pada organisme
Blastomyces immitis.
Gambaran Klinis

(1) infeksi paru akut (primer),


(2) penyakit paru kronik (granulomatosa), atau
(3) penyakit milier diseminata.

Nodul paru primer, terdiri atas agregat makrofag yang penuh dengan
organisme, berhubungan dengan lesi yang mirip di kelenjar getah bening
regional.
Lesi-lesi ini berevolusi menjadi :
• granuloma kecil yang lengkap dengan sel datia dan dapat membentuk
• nekrosis sentral, dan kemudian, fibrosis serta kalsifikasi. Kemiripan
dengan tuberkulosis primer sangat mengejutkan, dan untuk
membedakannya membutuhkan identifikasi bentuk ragi (paling baik
dengan pewarnaan perak).
• Gejala dan tanda klinis mirip dengan sindrom "mirip
flu", paling sering self-limited.
• Pada pejamu yang rentan, bisa terjadi penyakit paru
kavitas kronik, dengan predileksi di lobus atas, mirip
dengan bentuk tuberkulosis sekunder. infeksi jamur
ini menunjukkan gambaran lesi massa perihilar yang
mirip dengan karsinoma bronkogenik secara
radiologis.
• Pada stadium ini, manifestasi dapat mencakup
batuk, hemoptisis, dan bahkan dispnea dan nyeri
dada.
Pneumonia pada penjamu dengan imunitas
terganggu (immunocom promised)
Pada orang dengan transplantasi organ atau
mendapat terapi anti tumor atau radiasi,daya tahan
tubuhnya menjadi rendah sehingga komplikasi berupa
infeksi infiltrat paru.
Berbagai macam patogen oportunistik,yang sebagian
besar jarang menyebabkan infeksi pada orang normal
dapat menjadi agen infeksi berbagai pneumonia
ini,dan sering kali lebih dari satu agen yang terlibat.
• Beberapa patogen paru yang sering ditemukan
adalah
• 1. bakteri p.aeruginosa,mycobacterium
spp.,L.pneumophila,dan listeria
monocytogenes
• 2. virus cytomegalovirus dan herpes virus;
• 3. jamur p.jiroveci.candida spp,aspergiluss
spp.,dan cryptococus neoformans.
Infeksi cytomegalovirus
• Sitomegalovirus/cytomegalovirus
(CMV),anggota keluarga herpesvirus,dapat
mengakibatkan berbagai manifestasi
penyakit,sebagian bergantung pada usia
pejamu yang diinfeksikan namun lebih banyak
lagi pengaruh status imun pejamu.
Morfologi
• Secara histologi,dapat ditemukan sel besar
yang khas,pada organ kelenjar,sel yang
terkena adalah sel epitel parenkim;di
otak,adalah sel neuron di paru makrofag
alveolus dan sel epitel serta endotel dan di
ginjal sel epitel tubulus dan sel endotel
glomerulus.sel yang terkena sangat
membesar,sering kali berdiameter hingga 40
um dan menunjukan polimorfisme sel dan inti.
• Inklusi basofilik intranukleus yang nyata
berukuran separuh dari dimeter inti biasanya
terpisah dari membran inti oleh halo yang
jernih didalam sitoplasma,inklusi basofilik
yang lebih kecil dapat juga ditemukan.
Infeksi cytomegalovirus di paru.inti yang khas dan
banyak jizim di sitoplasma terlihat pada sel yang
membesar.
Cytomegalovirus (CMV)
• dapat mengakibatkan berbagai manifestasi
penyakit, sebagian bergantung pada usia dan
yang paling berpengaruh adalah status imun.
• Sel yang diinfeksi oleh virus tersebut
menunjukkan gigantisme baik seluruh sel
maupun inti sel tersebut
• Di dalam inti terdapat inklusi besar yang
dikelilingi oleh halo yang jernih (mata burung
hantu), yang memberikan nama untuk bentuk
klasik penyakit simptomatik yang muncul di
neonatus penyakit inklusi sitomegalik
(cytomegalic inclusion disease).
• Secara histologis, dapat ditemukan
sel besar yang khas.
• Pada organ kelenjar, sel yang
terkena adalah sel epitel parenkim;
di otak, adalah sel neuron; di paru,
makrofag alveolus dan sel epitel
serta endotel; dan di ginjal, sel epitel
tubulus dan sel endotel glomerulus.
• Sel yang terkena sangat membesar,
sering kali berdiameter hingga 40
μm dan menunjukkan polimorfisme
sel dan inti. Inklusi basofilik
intranukleus yang nyata berukuran
separuh dari diameter inti biasanya
terpisah dari membran inti oleh halo
yang jernih.
• Di dalam sitoplasma, inklusi basofilik
yang lebih kecil dapat juga
ditemukan.
• Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat,
penyakit ini hampir selalu asimptomatik.
• Pada survei di seluruh dunia, 50% hingga 100%
orang dewasa membuktikan adanya antibodi anti-
CMV di serum, menunjukkan pajanan sebelumnya.
• Terlepas dari ada atau tidaknya gejala pascainfeksi,
seseorang ketika telah terinfeksi menjadi
seropositif seumur hidup. Virus tetap laten di
dalam leukosit, yang merupakan reservoir utama.
Manifestasi Klinis
• penyakit mirip mononukleosis infeksiosa,
disertai demam, limfositosis atipik,
limfadenopati, dan hepatomegali, disertai
penanda fungsi hati yang abnormal,
mengindikasikan adanya hepatitis ringan.
• Infeksi CMV yang terkait imunosupresi terjadi
paling sering pada resipien transplan
(misalnya, jantung, hati, ginjal, paru, atau sel
punca alogenik) dan pada pasien dengan AIDS.
Hal tersebut dapat terjadi baik dengan infeksi
primer maupun reaktivasi infeksi laten. CMV
adalah virus oportunistik patogen tersering
pada AIDS.
• Pada pneumonitis(akibat infeksi CMV), bisa
terjadi infiltrat mononuklear interstisialis
dengan fokus-fokus nekrosis, disertai dengan
sel yang membesar khas disertai inklusi, yang
dapat berlanjut menjadi acute respiration
distress syndrome (ARDS). Nekrosis dan
ulserasi usus dapat terjadi dan bisa luas,
mengakibatkan terjadinya "pseudomembran"
serta diarea berat
• Retinitis CMV,sejauh ini adalah bentuk
tersering penyakit CMV oportunistik
Diagnosis
• Diagnosis infeksi CMV dilakukan dengan
menunjukkan inklusi virus yang khas pada
potongan jaringan, kultur virus yang berhasil,
serta titer antibodi antivirus yang meningkat,
dan deteksi menggunakan PCR kualitatif
maupun kuantitatif terhadap DNA CMV.
Penyakit Paru pada Infeksi/Human
Immunodeficiency Virus
Penyakit paru terus menjadi kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada orang
yang terinfeksi HIV.
Banyaknya entitas yang ada membuat diagnosis dan pengobatan menjadi tantangan
tersendiri.
• Organisme yang terlibat dapat mencakup S. pneumoniae, S. aureus, H. influenzae,
dan batang Gram negatif. Pneumonia bakterialis pada orang yang terinfeksi HIV
lebih sering ditemukan, lebih berat, dan lebih sering menyebabkan bakteremia
dibandingkan infeksi tanpa HIV.
• Tidak semua infiltrat paru pada orang yang terinfeksi HIV infeksius.
• Hitung sel T CD4+ seringkali berguna dalam memper-sempit diagnosis diferensial.

Hal yang penting adalah bahwa penyakit paru pada orang yang terinfeksi HIV dapat
disebabkan oleh lebih dari satu etiologi, dan bahwa patogen yang lazim ditemukan
dapat menyebabkan penyakit dengan manifestasi atipik/ tak lazim.
Pneumonia Pneumocystis
P. jiroveci (sebelumnya disebut sebagai P.
carinii), suatu agen infeksi oportunistik yang
sebelumnya dianggap sebagai protozoa, tetapi
saat ini diklasifikasikan sebagai jamur.
Pada pasien dgn AIDS, risiko mendapatkan
infeksi P. Jiroveci meningkat dgn korelasi terbalik
thdp hitung CD4+; hitung sel yg <200 sel/ μL
adalah nilai prediktif yg plg kuat
Secara mikroskopik,
daerah paru yg terkena
menunjukkan gambaran
khas berupa eksudat berbuih
intraalveolus yg berwarna
merah muda dengan
pewarnaan hematoxylin-
eosin (H&E) (eksudat
"kembang gula/cotton
candy"
Pewarnaan khusus dibutuhkan
untuk menampilkan organisme
tersebut. Pewarnaan perak
pada jaringan menunjukkan
kista bulat hingga berbentuk
cangkir (berdiameter 4 gnn
hingga 10 um), seringkali
dengan jisim intrakista namun
tanpa tunas, dalam
eksudat alveolus
Diagnosis pneumonia Pneumocystis harus dipertimbangkan pada
pasien dengan imunitas rendah disertai gejala saluran napas dan
temuan abnormal pada radiografi dada. Demam, batuk kering, dan
dispnea ditemukan pada 90% hingga 95% pasien, yang memiliki
gambaran radiologik khas berupa infiltrat perihilus dan basal
bilateral.
Hipoksia sering terjadi; uji fungsi paru menunjukkan defek paru
restriktif. Metode diagnosis yang paling sensitif dan efektif adalah
mengidentifikasi organisme pada sputum atau cairan lavase
bronkoalveolar menggunakan imunofluoresen.
Jika pengobatan diawali sebelum keterlibatan
luas organ tubuh, prognosis cukup baik; namun,
karena organisme residu biasanya persisten,
terutama pada pasien dengan AIDS, relaps
sering terjadi kecuali imunodefisiensi yang
mendasarinya disembuhkan, atau diberikan
terapi profilaksis.
Infeksi Jamur Oportunistik

 Kandidiasis

Candida albicans adalah jamur


yang paling sering menyebabkan
penyakit. Jamur ini merupakan
penghuni normal rongga mulut,
saluran cerna dan vagina pada
banyak orang. Meskipun
kandidiasis sistemik (disertai
pneumonia)
Gambaran Klinis
Kandidiasis dapat mengenai membran mukosa, kulit dan
organ dalam (kandidiasis invasif).

• Gambaran yang paling umum dari kandidiasis adalah


infeksi superfisial di permukaan mukosa rongga mulut
(sariawan).
• Vaginitis Candida
• Esofagitis Candida
• Kandidiasis kulit dapat bermanifestasi dalam banyak
bentuk, termasuk infeksi kuku (onychomycosis).
• Kandidiasis mukokutan kronik
• Kandidiasis invasif
Morfologi Infeksi Jamur.

A, Organisme Candida memiliki pseudohifa dan ragi bertunas


(pewarnaan perak).
B, Aspergilosis invasif
(tampilan makroskopik) pada paru dari resipien transplan
sumsum tulang.
C, Pewarnaan Gomori methenamine-silver (GMS) menunjukkan
hifa berseptum dengan percabangan bersudut lancip, sesuai
dengan Aspergillus.
D, Cryptococcosis paru pada pasien dengan AIDS. Organisme
tersebut ukurannya bervariasi.
 Kriptokokosis (Cryptococcosis)

Kriptokokosis, yang disebabkan oleh


C. neoformans, jarang terjadi pada
orang sehat. Penyakit ini hampir
eksklusif termanifestasi sebagai
infeksi oportunis pada pejamu
dengan imunitas rendah, terutama
pasien dengan AIDS atau keganasan
hematolimfoid.
Morfologi

Jamur, berupa ragi berdiameter 5 μm hingga 10 μm, berkapsul tebal


dan bergelatin, serta bereproduksi melalui tunas (Gambar 12-44, D).
Tidak seperti infeksi Candida, bentuk pseudohifavmaupun hifa sejati
tidak ditemukan. Kapsul menjadi kunci diagnosis:
(1) pada pewarnaan H&E rutin, kapsul tidak terlihat secara langsung,
namun seringkali, suatu halo yang jernih terlihat di sekeliling jamur
menandakan area yang ditempati oleh kapsul. Pewarnaan tinta
India atau periodic acid-Schiff secara efektif memperjelas struktur
jamur.
(2) antigen polisakarida pada kapsul adalah substrat bagi cryptococcal
latex agglutination assay yang positif pada lebih dari 95% pasien
yang terinfeksi organisme tersebut.
Gambaran Klinis

Kriptokokosis pada manusia biasanya


bermanifestasi sebagai penyakit paru,
sistem saraf pusat, atau diseminata.
Kriptokokus paling sering diperoleh
melalui inhalasi dari tanah atau kotoran
burung. Jamur tersebut awalnya terbatas
di paru sebelum menyebar ke tempat
lain, terutama meninges.
 Jamur Oportunistik

Mukormikosis dan aspergilosis invasif


merupakan infeksi yang jarang dan
hampir selalu terbatas pada pejamu
dengan imunitas rendah, terutama pada
orang dengan keganasan hematolimfoid
atau neutropenia berat, pasien dengan
terapi kortikosteroid, atau resipien
transplan sel punca alogenik.
Morfologi

Mukormikosis disebabkan oleh kelas jamur yang dinamai


Zygomycetes. Hifa jamur ini tidak bersepta dan bercabang dengan
sudut siku-siku; sebaliknya, hifa Aspergilus berseptum dan
bercabang dengan sudut yang lebih sempit (Gambar 12-44, C).
Rhizopus dan Mucor adalah dua jamur dari kelas Zygomycetes
yang penting di dunia medis. Bail zygomycetes dan Aspergilus
menyebabkan reaksi yang tidak khas, supuratif, kadang-kadang
granulomatosa dengan predileksi menginvasi dinding pembuluh
darah, menyebabkan nekrosis vaskular dan infark.
Gambaran Klinis
• Pada mukormikosis rinoserebrum dan paru, zygomycetes
cenderung berkoloni di dalam rongga atau sinus hidung dan
menyebar melalui ekstensi langsung ke otak, orbita, dan struktur
kepala dan leher lainnya. Pasien dengan ketoasidosis diabetes
paling mungkin mengalami bentuk invasif yang hebat dari
mukormikosis rinoserebrum.
• Aspergilosis invasif (Gambar 12-44, B).
• Aspergilosis bronkopulmoner alergi terjadi pada pasien asma yang
menderita gejala eksaserbasi yang disebabkan oleh hipersensitivitas
tipe I terhadap jamur yang tumbuh di dalam bronkus. Pasien yang
demikian seringkali memiliki antibodi IgE terhadap Aspergilus di
sirkulasi serta eosinofilia perifer.
• Pembentukan Aspergiloma (bola jamur) terjadi akibat kolonisasi
kavitas paru yang telah ada sebelumnya oleh jamur (misalnya,
bronkus yang melebar, atau kista paru, lesi kavitas
pascatuberkulosis). Massa tersebut dapat bertindak sebagai katup
bola yang menyumbat kavitas, sehingga
Kriptokokokis (cryptococcocis)
Kriptokokokis yang di sebabkan oleh C. Neoformans
jarang terjadi pada orang sehat, penyakit ini hampir
eksklusif termanifestasi pada infeksi opurtunis pada
pejamu dengan imunitas rendah terutama pasien
dengan AIDS atau keganasan hematolimfoid
Morfologi
Jamur berupa ragi berdiameter 5-10 micrometer,
berkapsul tebal dan bergelatin, serta bereproduksi
melalui tunas, tidak seperti infeksi candida, bentuk
pseudohifa maupun hifa sejati tidak di temukan.
Kapsul menjadi kunci diagnosis:
1. Pada pewarnaan H&E rutin, kapsul tidak terlihat
secara langsung , namun seringkali suaru halo yang
jernih terlihat di sekeliling jamur menandakan area
yang di tempati oleh kapsul. Pewarnaan tinta india
atau periodic acid stiff secara efektif memperjelas
struktur jamur
Gambaran klinis
Kriptokokokis pada manusia biasanya bermanifestasi sebagai
penyakit paru, sistem saraf pusat, diseminata. Kriptokokus
biasanya di peroleh melalui inhalasi dari tanah atau kotoran
burung, jamur tersebut awalnya di paru sebelum menyebar
ke tempat lain, terutama meningens. Organ yang terlibat
biasanya di tandai dengan respons jaringan yang bervariasi.
Yang berkisar dari proliferasi pesat organisme bergelatin
dengan sedikit atau tidak ada infiltrat sel radang hingga reaksi
granulomatosa. Pada pasien dengan imunosupresi, jamur
tumbuh pada masa gelatin di dalam meningen atau meluas
ke rongga perivascular Virchow-robin, menghasilkan lesi busa
sabun (soap-bubbles).

Anda mungkin juga menyukai