Disusun oleh :
Kezia Marcella Putri (FAA 117 052)
Siska Aprianti (FAA 117 053)
Theofani Ari (FAA 117 054)
Dhea Permata (FAA 117 055)
Nidya Verina Christi (FAA 116 002)
Mita Eva Dayani (FAA 116 015)
Amelia Febriani (FAA 116 020)
Lelia Pebriani (FAA 116 032)
Nanda Hosana Tarigan (FAA 116 046)
Daffa Nurdzaky Santriono (FAA 116 048)
Aprilois Perdana (FAA 115 038)
Abses Paru
• Abses Paru mengacu pada area nekrosis supuratif
berbatas di parenkim paru, mengakibatkan
pembentukan satu atau lebih kavitas yang besar
• pneumonia nekrotikans seringkali timbul
bersama atau berkembang menjadi abses paru,
membuat perbedaan kedua entitas ini menjadi
kabur. Organisme penyebab dapat masuk ke paru
melalui salah satu dari mekanisme berikut:
• Aspirasi materi infektif dari karies gigi atau sinus atau tonsil terinfeksi,
terutama kemungkinan saat operasi mulut, anestesi, koma, atau intoksikasi
alkohol dan pasien yang lemah dengan refleks batuk yang ditekan.
• Aspirasi isi lambung, biasanya disertai organisme infeksius dari orofaring.
• Sebagai komplikasi pneumonia bakterialis nekrotikans, terutama yang
disebabkan oleh S. aureus, Streptococcus pyogenes, K. pneumoniae,
Pseudomonas spp., dan, kadang-kadang, pneumokokus tipe 3. Infeksi jamur
dan bronkiektasis dapat mengakibatkan abses paru.
• Obstruksi bronkus, terutama disertai karsinoma bronkogenik menyumbat
bronkus atau bronkiolus. Drainase yang terganggu, atelektasis distal, dan
aspirasi darah dan serpihan tumor semua berperan dalam pembentukan
abses. Abses dapat juga terbentuk dalam bagian rongga nekrotik dari tumor.
• Embolisme septik, dari tromboflebitis septik atau dari endokarditis infektif
sisi kanan jantung.
• Selain itu, abses paru dapat timbul akibat penyebaran hematogen bakteri
pada infeksi piogenik diseminata.Abses paru paling khas terjadi pada
bakteremia stafilokokus dan seringkali berakibat abses paru multipel.
Pneumonia Kronik
Pneumonia kronik paling sering berupa lesi lokal pada orang-orang imunokompeten, dengan atau
tanpa keterlibatan kelenjar gejah bening regional. Terdapat radang granulomatosa khas, yang dapat
berasal dari bakteria (misalnya, M. Tuberculosis) atau jamur.
Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kronik menular yang disebabkan oleh My cobacterium
tuberculosis. Penyakit ini melibatkan paru namun dapat mengenai organ atau jaringan manapun di
tubuh.Biasanya bagian tengah granuloma tuberkulosis mengalami nekrosis kaseosa.
Tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kronik yang disebabkan oleh M. tuberculosis, biasanya
mengenai paru, namun seluruh organ ekstraparu dapat terlibat sebagai infeksi tunggal (isolated
infection)
Etiologi
M. tuberculosis hominis bertanggungjawab pada sebagian besar kasus tuberkulosis; sumber infeksi
biasanya ditemukan pada orang-orang dengan penyakit paru aktif. Transmisi biasanya langsung,
melalui inhalasi organisme di udara dari bulir-bulir udara yang timbul dari batuk atau sekresi
terkontaminasi dari orang yang terinfeksi.
Patogenesis
Patogenesis tuberkulosis pada orang imunokompeten dan belum terpajan sebelumnya berpusat
pada pembentukan kekebalan yang dimediasi oleh sel dengan target tertentu dan menimbulkan daya
tahan pada organisme sehingga mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas jaringan terhadap antigen
tuberkulosis. Gambaran patologis tuberkulosis, seperti granuloma kaseosa dan kavitasi, adalah akibat
destruksi jaringan yang hipersensitif yang merupakan bagian dari respons imun pejamu.
Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah suatu bentuk penyakit yang terjadi pada pasien yang sebelumnya tidak
pernah terpajan dan tidak pernah tersensitisasi
Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer adalah suatu bentuk penyakit yang terjadi pada pasien yang sebelumnya tidak
pernah terpajan dan tidak pernah tersensitisasi
Konsekuensi utama tuberkulosis primer adalah :
Epidemiologi :
Jamur ini endemik di Ohio dan di tengah lembah
Sungai Mississippi serta di sepanjang pegunungan
Appalachian di Amerika Serikat bagian tenggara.
Media yang ideal untuk pertumbuhan jamur yaitu,
Tanah yang hangat lembap serta kaya akan kotoran dari
kelelawar dan burung, karena memproduksi spora yang
infeksius.
Morfologi :
• H. capsulatum: bulat
hingga oval, bentuk ragi
kecil berdiameter 2 pm
hingga 5 pm (Gambar 12-
41, A)
• Histoplasma capsulatum
berbentuk ragi memenuhi
fagosit di kelenjar getah
bening pasien dengan
histoplasmosis (pewarnaan
perak)
Coccidioidomycosis immitis
Epidemiologi :
• Organisme ini endemik pada area Barat daya dan
barat jauh Amerika Serikat, terutama Lembah San
Joaquin di California, dan infeksi coccidioidomycosis
disebut sebagai "valley fever/demam lembah"
Morfologi :
• bulatan berdinding tebal,
tidak bertunas,
• berdiameter 20 pm hingga
60 pm, seringkali diisi oleh
• endospora kecil (Gambar
12-41, B)
• Coccidioidomycosis
berbentuk bulat yang utuh
di dalam sel datia berinti
banyak.
Blastomycosis dermatitidis
Epidemiologi :
• Area endemik terbatas di Amerika Serikat hingga
area yang tumpang tindih dengan lokasi
ditemukannya histoplasmosis.
Morfologi :
• bulat hingga oval dan lebih
besar dibandingkan
Histoplasma (diameter 5 pm
hingga 25 pm);
• bereproduksi dengan tunas
yang khas yang pangkalnya
yang lebar
• Perhatikan dinding tegal dan
inti (tidak ditemukan pada
jamur lain) yang khas.
• Pewarnaan perak
memperjelas tunas dengan
pangkal lebar yang
ditemukan pada organisme
Blastomyces immitis.
Gambaran Klinis
Nodul paru primer, terdiri atas agregat makrofag yang penuh dengan
organisme, berhubungan dengan lesi yang mirip di kelenjar getah bening
regional.
Lesi-lesi ini berevolusi menjadi :
• granuloma kecil yang lengkap dengan sel datia dan dapat membentuk
• nekrosis sentral, dan kemudian, fibrosis serta kalsifikasi. Kemiripan
dengan tuberkulosis primer sangat mengejutkan, dan untuk
membedakannya membutuhkan identifikasi bentuk ragi (paling baik
dengan pewarnaan perak).
• Gejala dan tanda klinis mirip dengan sindrom "mirip
flu", paling sering self-limited.
• Pada pejamu yang rentan, bisa terjadi penyakit paru
kavitas kronik, dengan predileksi di lobus atas, mirip
dengan bentuk tuberkulosis sekunder. infeksi jamur
ini menunjukkan gambaran lesi massa perihilar yang
mirip dengan karsinoma bronkogenik secara
radiologis.
• Pada stadium ini, manifestasi dapat mencakup
batuk, hemoptisis, dan bahkan dispnea dan nyeri
dada.
Pneumonia pada penjamu dengan imunitas
terganggu (immunocom promised)
Pada orang dengan transplantasi organ atau
mendapat terapi anti tumor atau radiasi,daya tahan
tubuhnya menjadi rendah sehingga komplikasi berupa
infeksi infiltrat paru.
Berbagai macam patogen oportunistik,yang sebagian
besar jarang menyebabkan infeksi pada orang normal
dapat menjadi agen infeksi berbagai pneumonia
ini,dan sering kali lebih dari satu agen yang terlibat.
• Beberapa patogen paru yang sering ditemukan
adalah
• 1. bakteri p.aeruginosa,mycobacterium
spp.,L.pneumophila,dan listeria
monocytogenes
• 2. virus cytomegalovirus dan herpes virus;
• 3. jamur p.jiroveci.candida spp,aspergiluss
spp.,dan cryptococus neoformans.
Infeksi cytomegalovirus
• Sitomegalovirus/cytomegalovirus
(CMV),anggota keluarga herpesvirus,dapat
mengakibatkan berbagai manifestasi
penyakit,sebagian bergantung pada usia
pejamu yang diinfeksikan namun lebih banyak
lagi pengaruh status imun pejamu.
Morfologi
• Secara histologi,dapat ditemukan sel besar
yang khas,pada organ kelenjar,sel yang
terkena adalah sel epitel parenkim;di
otak,adalah sel neuron di paru makrofag
alveolus dan sel epitel serta endotel dan di
ginjal sel epitel tubulus dan sel endotel
glomerulus.sel yang terkena sangat
membesar,sering kali berdiameter hingga 40
um dan menunjukan polimorfisme sel dan inti.
• Inklusi basofilik intranukleus yang nyata
berukuran separuh dari dimeter inti biasanya
terpisah dari membran inti oleh halo yang
jernih didalam sitoplasma,inklusi basofilik
yang lebih kecil dapat juga ditemukan.
Infeksi cytomegalovirus di paru.inti yang khas dan
banyak jizim di sitoplasma terlihat pada sel yang
membesar.
Cytomegalovirus (CMV)
• dapat mengakibatkan berbagai manifestasi
penyakit, sebagian bergantung pada usia dan
yang paling berpengaruh adalah status imun.
• Sel yang diinfeksi oleh virus tersebut
menunjukkan gigantisme baik seluruh sel
maupun inti sel tersebut
• Di dalam inti terdapat inklusi besar yang
dikelilingi oleh halo yang jernih (mata burung
hantu), yang memberikan nama untuk bentuk
klasik penyakit simptomatik yang muncul di
neonatus penyakit inklusi sitomegalik
(cytomegalic inclusion disease).
• Secara histologis, dapat ditemukan
sel besar yang khas.
• Pada organ kelenjar, sel yang
terkena adalah sel epitel parenkim;
di otak, adalah sel neuron; di paru,
makrofag alveolus dan sel epitel
serta endotel; dan di ginjal, sel epitel
tubulus dan sel endotel glomerulus.
• Sel yang terkena sangat membesar,
sering kali berdiameter hingga 40
μm dan menunjukkan polimorfisme
sel dan inti. Inklusi basofilik
intranukleus yang nyata berukuran
separuh dari diameter inti biasanya
terpisah dari membran inti oleh halo
yang jernih.
• Di dalam sitoplasma, inklusi basofilik
yang lebih kecil dapat juga
ditemukan.
• Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat,
penyakit ini hampir selalu asimptomatik.
• Pada survei di seluruh dunia, 50% hingga 100%
orang dewasa membuktikan adanya antibodi anti-
CMV di serum, menunjukkan pajanan sebelumnya.
• Terlepas dari ada atau tidaknya gejala pascainfeksi,
seseorang ketika telah terinfeksi menjadi
seropositif seumur hidup. Virus tetap laten di
dalam leukosit, yang merupakan reservoir utama.
Manifestasi Klinis
• penyakit mirip mononukleosis infeksiosa,
disertai demam, limfositosis atipik,
limfadenopati, dan hepatomegali, disertai
penanda fungsi hati yang abnormal,
mengindikasikan adanya hepatitis ringan.
• Infeksi CMV yang terkait imunosupresi terjadi
paling sering pada resipien transplan
(misalnya, jantung, hati, ginjal, paru, atau sel
punca alogenik) dan pada pasien dengan AIDS.
Hal tersebut dapat terjadi baik dengan infeksi
primer maupun reaktivasi infeksi laten. CMV
adalah virus oportunistik patogen tersering
pada AIDS.
• Pada pneumonitis(akibat infeksi CMV), bisa
terjadi infiltrat mononuklear interstisialis
dengan fokus-fokus nekrosis, disertai dengan
sel yang membesar khas disertai inklusi, yang
dapat berlanjut menjadi acute respiration
distress syndrome (ARDS). Nekrosis dan
ulserasi usus dapat terjadi dan bisa luas,
mengakibatkan terjadinya "pseudomembran"
serta diarea berat
• Retinitis CMV,sejauh ini adalah bentuk
tersering penyakit CMV oportunistik
Diagnosis
• Diagnosis infeksi CMV dilakukan dengan
menunjukkan inklusi virus yang khas pada
potongan jaringan, kultur virus yang berhasil,
serta titer antibodi antivirus yang meningkat,
dan deteksi menggunakan PCR kualitatif
maupun kuantitatif terhadap DNA CMV.
Penyakit Paru pada Infeksi/Human
Immunodeficiency Virus
Penyakit paru terus menjadi kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada orang
yang terinfeksi HIV.
Banyaknya entitas yang ada membuat diagnosis dan pengobatan menjadi tantangan
tersendiri.
• Organisme yang terlibat dapat mencakup S. pneumoniae, S. aureus, H. influenzae,
dan batang Gram negatif. Pneumonia bakterialis pada orang yang terinfeksi HIV
lebih sering ditemukan, lebih berat, dan lebih sering menyebabkan bakteremia
dibandingkan infeksi tanpa HIV.
• Tidak semua infiltrat paru pada orang yang terinfeksi HIV infeksius.
• Hitung sel T CD4+ seringkali berguna dalam memper-sempit diagnosis diferensial.
Hal yang penting adalah bahwa penyakit paru pada orang yang terinfeksi HIV dapat
disebabkan oleh lebih dari satu etiologi, dan bahwa patogen yang lazim ditemukan
dapat menyebabkan penyakit dengan manifestasi atipik/ tak lazim.
Pneumonia Pneumocystis
P. jiroveci (sebelumnya disebut sebagai P.
carinii), suatu agen infeksi oportunistik yang
sebelumnya dianggap sebagai protozoa, tetapi
saat ini diklasifikasikan sebagai jamur.
Pada pasien dgn AIDS, risiko mendapatkan
infeksi P. Jiroveci meningkat dgn korelasi terbalik
thdp hitung CD4+; hitung sel yg <200 sel/ μL
adalah nilai prediktif yg plg kuat
Secara mikroskopik,
daerah paru yg terkena
menunjukkan gambaran
khas berupa eksudat berbuih
intraalveolus yg berwarna
merah muda dengan
pewarnaan hematoxylin-
eosin (H&E) (eksudat
"kembang gula/cotton
candy"
Pewarnaan khusus dibutuhkan
untuk menampilkan organisme
tersebut. Pewarnaan perak
pada jaringan menunjukkan
kista bulat hingga berbentuk
cangkir (berdiameter 4 gnn
hingga 10 um), seringkali
dengan jisim intrakista namun
tanpa tunas, dalam
eksudat alveolus
Diagnosis pneumonia Pneumocystis harus dipertimbangkan pada
pasien dengan imunitas rendah disertai gejala saluran napas dan
temuan abnormal pada radiografi dada. Demam, batuk kering, dan
dispnea ditemukan pada 90% hingga 95% pasien, yang memiliki
gambaran radiologik khas berupa infiltrat perihilus dan basal
bilateral.
Hipoksia sering terjadi; uji fungsi paru menunjukkan defek paru
restriktif. Metode diagnosis yang paling sensitif dan efektif adalah
mengidentifikasi organisme pada sputum atau cairan lavase
bronkoalveolar menggunakan imunofluoresen.
Jika pengobatan diawali sebelum keterlibatan
luas organ tubuh, prognosis cukup baik; namun,
karena organisme residu biasanya persisten,
terutama pada pasien dengan AIDS, relaps
sering terjadi kecuali imunodefisiensi yang
mendasarinya disembuhkan, atau diberikan
terapi profilaksis.
Infeksi Jamur Oportunistik
Kandidiasis