Anda di halaman 1dari 22

Patofisiologi

Bakteri penyebab terisap ke paru-paru melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan
berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMN (Polimorfonuklear), fibrin, eritrosit,
cairan edema dan kuman ke alveoli. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

Mikroorganisme masuk melalui hidung atau mulut kemudian ke trakea dan bronkus
menyebabkan sekret meningkat dan terjadi sarang infiltrat tersebar. Pada anak,
bronkopneumonia lebih sering terjadi daripada pneumonia lobaris. (Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak RSUD Wates, 2001).

Banyak kasus pneumonia di dahului suatu infeksi pernapasan bagian atas. Pada bayi dan
anak kemungkinan terdapat konvulsi. Suhu tubuh meningkat dengan cepat dengan pernapasan
dangkal, cepat dan nadi meningkat. Batuk biasanya kering dan sangat mengganggu.
Kemungkinan terdapat juga ganggua gastrointestinal. Seringkali ditemukan sianosis dan
berhubungan erat dengan keterlibatan paru-paru.

Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme

dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada
sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab
yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.

1) Virus

Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam paru-
paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. setelah masuk virus
menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus
langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.

Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah
putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke
dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke
dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ
lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh
rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan
komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus
syccytial respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang
menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun
juga berresiko terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
2) Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi
mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain
dari tubuh.

Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan
sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah
putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka
juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.

Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan
bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli
dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju
aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.

Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura)
menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni
yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu
atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah
“atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari
bakteri yang lain.

Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari
banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri
penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif
penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif
penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram
negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk bkan demam, menggigil, dan mual umumnya
pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari
sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering
berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau
bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian
tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru
dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab
paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri
gram negatif dan bakteri atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau
merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal”
digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan
pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari
banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri
penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif
penting lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa
dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus
influenzae,Klebsiella pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella
catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru
jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang

menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan


Legionella pneumophila.

3) Jamur

Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada individu
dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah
kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan
pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan
oleh Histoplasma capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides
immitis.

Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis


paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.

4) Parasit

Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas memasuki
tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-
paru,biasanya melalui darah.

Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun
yang menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil
berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan
pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang
disebabkan parasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah
Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis.
https://www.scribd.com/doc/133745673/Proposal-Riset-Keperawatan
1. Mengapa pneumonia sangat membahayakan?
Pneumonia (infeksi bakteri, virus, atau jamur pada paru-paru) bisa membunuh dalam beberapa
cara. Pertama, infeksinya menyebabkan peradangan, dengan cairan, sel-sel imun dan puing-
puing memenuhi ruang pertukaran gas yang disebut alveoli. Jika sejumlah alveoli sudah tak
berfungsi, maka tubuh anda tak bisa melakukan pertukaran gas, dan tubuh anda kekurangan
oksigen. Dengan kekurangan oksigen, setiap organ dan jaringan akan mati, tapi sepertinya untuk
jangka pendek saja karena akan terjadi kegagalan otak, dan orang yang pening tak akan bernafas
dengan efektif, mengakibatkan tingkat oksigen jauh lebih rendah, karbondioksida tinggi,
kegagalan organ progresif, darah menjadi asam, dan pada saatnya, ritme jantung mematikan
yang tidak normal. Orang yang pening bisa juga kehabisan nafas dan mati tercekik, atau tidak
bisa makan maupun minum yang mengakibatkan gagal ginjal.

Kedua, pneumonia bisa menyebabkan reaksi sistemik yang disebut sepsis, yang merupakan
kegagalan pengaturan respon kekebalan tubuh. Terlalu banyak peradangan, dan/atau terlalu
sedikit dengan kata lain, dan pembawa pesan kimia dilepaskan sehingga menyebabkan pelebaran
pembuluh darah dan kebocoran kapiler. Dengan cairan yang relatif sangat sedikit dalam
pembuluh darah, tekanan darah menjadi turun, penyaluran oksigen dan bahan pangan terhambat,
dan jaringan tubuh terpaksa berubah menjadi metabolisme anaerobik. Hal ini menyebabkan
penumpukan asam laktat, dan keasamannya makin menurunkan fungsi jantung dan pembuluh
darah yang pada gilirannya turun ke kegagalan organ lainnya.

2. Apakah Rokok Vape Bisa Mengakibatkan Pneumonia?


Tentu saja bisa karena beberapa zat kimia yang terkandung dalam rokok vape bisa berakibat
pada gangguan saluran pernapasan penggunanya, salah satunya bisa mengakibatkan penyakit
pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi pada paru-paru yang merangsang inflamasi
pada kantong udara pada salah satu atau kedua paru-paru. Pada penderita pneumonia, kantong-
kantong udara yang berada di ujung saluran pernapasan akan dipenuhi oleh cairan dan
mengalami pembengkakan.

Yang berisiko tinggi terkena penyakit ini adalah perokok aktif dan pasif. Begitu juga dengan
rokok vape yang bisa beresiko besar mengakibatkan penyakit ini. Gejala penyakit
pneumonia diantaranya adalah merasakan deman, keringat dingin, batuk, sesak napas, nyeri
dada, mual dan muntah, serta diare.

Penyakit pneumonia sangat berbahaya dan tidak boleh dianggap remeh karena penyakit
pneumonia bisa memberikan efek buruk pada sistem pernapasan. Efek pneumonia pada sistem
pernapasan diantaranya influenza akut, sesak napas, batuk, nyeri dada, dan juga disertai dengan
demam.

3. Bagaimana mencegah pneumonia?


 Imunisasi atau vaksin: flu, pertussis, dan pneumokokus.
 Mencuci tangan secara rutin.
 Tidak merokok.
 Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bernutrisi, olahraga teratur, dan
istirahat cukup.
APA SAJA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH Leukimia•? Karena penyebab dari
penyakit ini belum diketahui secara pasti maka tidak ada pencegahan yang jelas terhadap penyakit
ini. Paling tidak faktor risiko LLA seperti paparan radiasi dapat dihindari. Selain itu deteksi dini akan
meningkatkan peluang hidup penderitanya.

Bagaimana seseorang anak terdiagnosa ALL ?


 Menanyakan tentang gejala yang anda rasakan termasuk riwayat terjadinya gejala tersebut.
 Melakukan pemeriksaan fisik.
 Melakukan pemeriksaan darah.
Jika pada pemeriksaan darah ditemukan ketidaknormalan maka akan dilanjutkan dengan biopsi
sumsum tulang. Pemeriksaan ini memungkinkan seorang dokter melihat sel sel yang ada di dalam
sumsum tulang. Kunci utama informasi tentang leukemia ada disini termasuk moda pengobatan yang
diperlukan.

Adakah cara lain untuk pengobatan ALL selain dengan terapi kemoterapi dan radioterapi ?

Cara Mengobati Leukimia


Ada beberapa pilihan metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan penderita
leukimia baik stadium 2 maupun stadium lainnya, yaitu sebagai berikut.

1. Kemoterapi
Pengobatan berupa kemotrapi kanker merupakan metode yang paling umum digunakan. Biasanya dokter
akan memberikan bahan kimia berupa suntikan atau obat oral yang akan menghancurkan sel kanker dari
dalam. Kemoterapi memang dianggap sebagai metode pengobatan kanker yang paling ampuh untuk
saat ini, namun efek samping yang ditimbulkan dapat membuat penderita kanker mengalami mual,
muntah, pusing, sariawan, kelemahan, rambut rontok dan efek negatif lainnya.

2. Radioterapi
Radioterapi merupakan metode pengobatan kanker dengan menggunakan radiasi sinar X yang darahkan
pada bagian tubuh penderita untuk menghancurkan sel kanker hingga ke akarnya. Metode ini juga
memberikan efek samping yang hampir sama dengan kemoterapi, karena sel yang dirusak bukan hanya
sel kanker saja melainkan sel tubh yang sehat ikut terganggu akibat proses penyinaran
tersebut. Penyembuhan leukimia pada anak juga sering menggunakan metode ini selain kemoterapi.

3. Pencangkokan Sumsum Tulang Belakang


Bagi penderita yang tidak dapat diobati dengan kemoterapi maupun radioterapi biasanya akan
disarankan dokter untuk melakukan transplantasi atau pencangkokan sumsum tulang belakang. Sumsum
tulang belakang yang telah rusak akan digantikan oleh sumsum tulang yang baru, yang bisa didapat dari
sisa sumsum tulang yang masih bagus pada penderita maupun didapat dari orang yang
mendonorkannya. Namun angka keberhasilannya juga tidak bisa seratus persen, dan resiko pasca
operasi juga cukup serius jika tidak dilakukan dengan hati-hati

PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi kranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika
tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat


Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal
untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau
bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau
dosis obat dikurangi.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Pre Operasi

Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

- Pemakaian alat pengaman atau pelindung diri pada saat mengendarai kendaraan atau alat pada
saat bekerja.

- Riwayat trauma pada tempat kejadian.

- Pingsan beberapa lama.

b. Pola nutrisi metabolik

- Keluhan mual, muntah, dan mengalami perubahan sklera.

- Kesulitan mengunyah.

- Gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia).

c. Pola eliminasi

- Adanya inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi.

d. Pola aktifitas dan latihan

- Keluhan lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.

- Perubahan kesadaran, letargi.

- Hemiparese.

- Cedera.

- Kehilangan tonus otot, otot spastik.

e. Pola tidur dan istirahat

- Gelisah.

- Sulit tidur karena nyeri kepala.

f. Pola persepsi sensori dan kognitif

- Pusing/nyeri kepala.
- Pingsan.

- Amnesia regagrade.

- Gangguan penglihatan.

- Kehilangan rasa bau dan selera.

- Perubahan status mental (penglihatan, emosional, tingkah laku, konsentrasi).

- Wajah tidak simetris dan tidak ada reflek tendon.

- Tidak mampu mengkoordinasi otot dan gerakan.

g. Pola persepsi dan konsep diri

- Adanya perubahan tingkah laku (halus dan dramatik).

- Kecemasan, lekas marah, gelisah dan bingung.

Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d gangguan persepsi/kognitif, trauma.

2. Gangguan mobilisasi fisik b/d gangguan neuromuskuler.

3. Hipertermi b.d penyakit/trauma.

4. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra cranial.

5. Perubahan perfusi jaringan otak b.d peningkatan tekanan intra cranial.

6. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan neuromuskuler.

Rencana Tindakan

a. Dp 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d gangguan persepsi/kognitif, trauma.

HYD: - Jalan udara bebas, bebas sianosis

- Pola pernapasan pasien efektif.

Rencana Tindakan :

1) Pantau frekuensi, trauma, kedalaman pernapasan, catat katidakakuratan pernapasan.

R/ Perubahan dapat menandakan adanya komplikasi pulmonal atau menandakan lokasi/luasnya


keterlibatan otak.

2) Catat refleksi gangguan menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan napas sendiri.
R/ - Kemampuan memobilisasi atau memberikan sekresi

penting untuk pemeliharaan jalan napas.

- Kehilangan refleksi menelan atau batuk menandakan perlunya jalan napas buatan/inkubasi.

3) Berikan posisi fowler

R/ Memudahkan ekspansi paru dan menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh yang menghambat
jalan napas.

4) Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian therapi oksigen.

R/ Membantu dalam mencegah hipoksia

b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma.

Hasil Yang Diharapkan :

- Suhu tubuh dalam bats normal 365-37 0C

Rencana Tindakan :

1) Monitor suhu tubuh klien tiap 4 jam

R/ Panas tubuh yang tidak bisa diturunkan menunjukkan adanya kerusakan hipotalamus atau panas
karena peningkatan metabolisme tubuh.

2) Berikan selimut hipertermi

R/ - Menurunkan suhu pasien

- Kanaikan suhu mempercepat kerusakan otak.

3) Anjurkan pasien utnuk tirah baring

R/ Mobilisasi dapat meningkatkan suhu tubuh

4) Berikan kompres es

R/ Kompres dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh.

5) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan

R/ Pemberian cairan penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

c. Perubahan perfusi jaringan otak b.d peningkatan tekanan intracranial.

Hasil Yang Diharapkan :


- Tekanan jaringan otak adekuat

- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIC

- Edema otak berkurang

- Tanda-tanda vital stabil

Rencana Tindakan :

1) Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian terapi oksigen

R/ Memperbaiki oksigenisasi otak.

2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat dioresika.

R/ Membantu mengurangi edema otak.

3) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan TIC, TTV.

R/ Menentukan pilihan intervensi.

4) Pantau dan catat status neurologis dan bandingkan dengan nilai standar.

R/ Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIC.

5) Kaji respon motorik terhadap perintah yang sederhana.

R/ Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemampuan untuk berespon.

6) Berikan posisi anti trandelenberg

R/ Meningkatkan aliran balik darah vena kepala sehingga akan mengurangi kongesti dan edema.

d. Gangguan mobilisasi fisik b.d gangguan neuromuskuler.

Hasil Yang Diharapkan :

- Pasien bekerjasama dengan baik terhadap perencanaan pengobatan

- Kebutuhan higiene, nutrisi, eliminasi klien dapat terpenuhi.

Rencana Tindakan :

1) Kaji kemampuan dan keadaan secara fungsional terhadap kerusakan yang terjadi.

R/ Mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.

2) Ubah posisi pasien secara teratur.


R/ Meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.

3) Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan.

R/ Keterlibatan pasien dalam perencanaan dan kegiatan adalah sangat penting untuk meningkatkan
kerjasama pasien atau keberhasilan dari suatu program tersebut.

4) Berikan perawatan kulit dan linen tetap bersih tidak berkerut.

R/ Meningkatkan sirkulasi dan ekstremitas kulit dan menurunkan risiko terjadinya ekstremitas kulit.

e. Nyeri b.d peningkatan TIK

Hasil Yang Diharapkan :

- Nyeri dapat berkurang sampai dengan hilang

Rencana Tindakan :

1) Kaji keluhan nyeri, karakteristik, lokasi dan intensitas.

R/ menentukan dan memberikan tindakan yang tepat.

2) Ajarkan teknik relaksasi : tarik napas dalam

R/ Ketegangan syaraf yang mengendur akan mengurangi nyeri.

3) Beri posisi tidur yang nyaman untuk pasien dengan atau tanpa bantal.

R/ TIC akan turun dan mengurangi nyeri.

4) Kolaborasi medik untuk pemberian analgetik

R/ Mengurangi rasa nyeri.

Post Operasi

1. Pengkajian

a) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan

- Keluhan nyeri pada kepala

- Keadaan luka dan balutan : tidak ada perdarahan


b) Pola nutrisi metabolik

- Keluhan mual, muntah

- Kesulitan mengunyah/menelan

c) Pola aktifitas

- Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan

- Perubahan kesadaran, letargi

- Hemiparese

- Cedera (trauma)

- Kehilangan tonus otot.

d) Eliminasi

- Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi

e) Pola persepsi sensori dan kognitif

- Pusing

- Gelisah

- Adanya keluhan napas (sesak, ronchi, apnea)

2. Diagnosa Keperawatan

1. Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi, aspirasi dan imobilisasi.

2. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema cerebral

3. Potensial terhadap ketidakefektifan termoregulasi b.d kerusakan hipotalamus, dehidrasi dan


infeksi.

4. Gangguan pemenuhan aktifitas dan latihan b.d kelemahan fisik.

5. Nyeri b.d trauma.

3. Perencanaan

a. DP.I : –

HYD :

- Mempunyai pertukaran gas yang normal yang ditandai dengan


· Gas arteri normal

· Bunyi napas bersih tanpa bunyi-bunyi tambahan

· Melakukan napas dalam dan mengubah posisi secara langsung.

Rencana Tindakan :

1) Kaji keluhan sesak napas, suara napas, kecepatan, irama.

R/ Suara napas berkurang menunjukkan akumulasi sekret.

2) Catat karakteristik sputum (warna, jumlah, konsistensi)

R/ Sebagai penentu dalam kemajuan terapi.

3) Anjurkan minum 250 cc/hari bila tidak ada kontra indikasi.

R/ Mengencerkan lendir agar dapat dibatukkan.

4) Berikan posisi fowler

R/ Meminimalkan expansi paru dan memudahkan dalam bernapas..

b. DP.II: Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral.

HYD:

Tercapainya hemokonsentrasi neurologis/meningkatnya perfusi jaringan cerebral yang ditandai dengan :

- Membuka mata sesuai perintah, menggunakan kata-kata yang dikenal, bicara normal

- Mematuhi perintah dengan respon motorik yang tepat.

Rencana Tindakan :

1) Kaji TTV

R/ Mengkaji tingkat kesadaran dan responnya.

2) Ubah posisi pasien tiap dua jam.

R/ Mencegah gangguan pada sistem pemantau TIC.

3) Kaji tanda-tanda peningkatan TIC

R/ Menentukan tindakan keperawatan yang tepat.


4) Kaji tempat insisi

R/ Mengetahui adanya kemerahan, nyeri tekan, bau yang menyengat.

5) Anjurkan pada pasien untuk menghindari batuk, hernia, atau meniup hidung.

R/ Dapat menyebabkan (CS dengan menciptakan takanan pada tempat operasi).

c. DP.III :–

HYD :

- Tercapainya pengaturan suhu dan suhu tubuh dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1) Monitor TTV

R/ Panas tubuh yang tidak turun-turun kemungkinan adanya kerusakan hipotalamus.

2) Anjurkan tirah baring

R/ Mempertahankan suhu tubuh pasien.

d. Gangguan pemenuhan perawatan diri b.d kelemahan fisik

Hasil Yang Diharapkan :

- Kebutuhan perorangan seperti higiene, toileting, nutrisi terpenuhi.

- Pasien tidak mengeluh lemas.

Rencana Tindakan :

1) Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi aktifitasnya.

R/ Menentukan tindakan yang harus diberikan pada pasien.

2) Bantu perawatan diri klien sesuai dengan kebutuhan klien.

R/ Kebutuhan dapat terpenuhi sehingga memberikan rasa nyaman.

3) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan akan perawatan diri klien.

R/ Kerjasama dapat meningkatkan pemenuhan perawatan diri klien.

e. Nyeri b.d insisi luka operasi


HYD :

- Nyeri dapat berkurang sampai hilang

Rencana Tindakan :

1) Kaji keluhan nyeri, karakteristik, lokasi dan intensitas.

R/ Menentukan dalam memberikan tindakan yang tepat.

2) Ajarkan teknik relaksasi

R/ Mengurangi nyeri dan ketegangan syaraf

3) Beri posisi tidur yang nyaman

R/ TIC akan turun dan mengurangi rasa nyeri.

4) Kolaborasi dengan DM medik untuk pemberian analgetik

R/ Mengurangi rasa nyeri.

I.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau
tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut
2. Pengkajian Sekunder
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan

Riwayat keluarga denga tumor

Terpapar radiasi berlebih.

Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia

Kecanduan Alkohol, perokok berat

Terjadi perasaan abnormal

Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik

Riwayat epilepsy

Nafsu makan hilang

Adanya mual, muntah selama fase akut

Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan

Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi

Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)

Bising usus negatif
d. Pola aktifitas dan latihan

Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran

Resiko trauma karena epilepsy

Hamiparase, ataksia

Gangguan penglihatan

Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplegia)
e. Pola tidur dan istirahat

Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori

Pusing

Sakit kepala

Kelemahan

Tinitus

Afasia motorik

Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral

Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan

Penurunan memori, pemecahan masalah

kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual

Penurunan kesadaran sampai dengan koma.

Tidak mampu merekam gambar

Tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri

Perasaan tidak berdaya dan putus asa

Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesame

Masalah bicara

Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo )
i.
Reproduksi dan seksualitas

Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas

Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j.
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah

Mekanisme koping yang biasa digunakan

Perasaan tidak berdaya, putus asa

Respon emosional klien terhadap status saat ini

Orang yang membantu dalam pemecahan masalah

Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan

Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu
3. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak
nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
b.
Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada otak/mendesak otak.
c.
Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan kelemahan.
d.
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
e.
Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
f.
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
g.
Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Post-Operasi
a.
Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
b.
Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra
diri.
c.
Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
sumber informasi
d.
Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.
3. Rencana
Keperawatan
Pre-Operasi
Dx 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan
: Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan
:
Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan
:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
Dx 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
Tujuan
: Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan
:
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan
:
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
Dx 3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
Tujuan
: Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil
: Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya
kembali aktifitas.
Rencana tindakan :
1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R / : seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R / : Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak
R / : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R / : Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit
Dx 4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral.
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil :
-
Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
-
Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
-
Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi
:
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami
kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak
menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ : menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi
yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
Dx 5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra diri.
Tujuan
: Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil
: Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Intervensi
:
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2.
Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.
Dx 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Tujuan
: Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan penyakit
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil
: Pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya.
Rencana Keperawatan
:
1. Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab gagal ginjal dan penanganannya.
R / : Instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
R / : Menambah pengetahuan pasien.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan akibat penyakit.
R / : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.
Dx 7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan
: Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Hasil yang diharapkan
: Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan
:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan
Post Operasi
Dx 1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan
: Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil
:
- Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang
Rencana Keperawatan
:
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6 jam
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien
R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien
Dx 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakuakn tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana keperawatan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R / : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R / : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R / : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R / : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.
Dx 3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan
tentang sumber informasi
Tujuan
: Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil
:
- Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan
- Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri
Intervensi
:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga dapat
memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. Paru
R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi
R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada
4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ : Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan
Dx 4 Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
Tujuan
: Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil
: Kecemasan berkurang.
Intervensi
:
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R / : Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.
2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R / : Membuat pasien yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R / : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R / : Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R / : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman
ekstrem/ketidaknyamanan fisik menetap.

Anda mungkin juga menyukai