Anda di halaman 1dari 64

KELOMPOK 5

DISKUSI KELOMPOK 2 PEMICU 3


Fasilitator: dr. Indria Augustina, M.Si

Anggota :
1. Muhammad Ridho FAA 117 029
2. Fatmawati FAA 117 030
3. Nur Octavianty FAA 117 031
4. Egi Claudia Pratiwi FAA 117 032
5. Nia P.S. Nainggolan FAA 117 033
6. Paskalia N.F. Sihura FAA 117 034
7. Erlina Citra Kurniasari FAA 117 035
8. Ivan Edsel Aden FAA 115 023
9. Ikrimah FAA 115 036
10. Aprilois Perdana FAA 115 038
PEMICU 3

Tn.Bernard datang ke poli THT dengan mengeluhkan ke 2 hidung


tersumbat serta tenggorokan. Penciuman menurun yang sering
berulang lebih dari 1 bulan. Pasien sering juga merasakan tiap
pagi hidung basah dan meler. Ketika udara dingin saat malam
atau subuh sering bersin. Pasien mengaku keluhan diperparah
apabila makan seafood, terasi dan minuman sachetan dengan
perasa manis makan hidung tersumbat bertambah. Bahkan saat
terlentang tidur merasakan lendir masuk ke tengasien.
KATASULIT
KATA SULIT

1.
1. Meler
Meler
2.
2. Gorokan
Gorokan
3.
3. Bersin
Bersin
Kata Kunci
Kata Kunci

Identitas
Identitas :: Tn.
Tn. Bernard
Bernard
Keluhan Utama: :kedua
Keluhan Utama kedua hidung
hidung tersumbat
tersumbat sertaserta penciuman
penciuman menurun.
menurun.

Onset
Onset :: << 11 bulan
bulan

Frekuensi
Frekuensi ::Berulang
Berulang

Keluhan
Keluhan yang
yang m memperberat
em perberat : :
-- keluhan diperparah
keluhan diperparah jika
jika makan
makan seafood,
seafood, terasi,
terasi, dan minuman
dan minuman sachetan
sachetan dengan
dengan perasa manis.
perasa manis.
-- Saat tidur terlentang
Saat tidur terlentang merasakan
merasakan lendir
lendir masuk
masuk ke tenggorokan.
ke tenggorokan.

Keluhan
Keluhan penyerta
penyerta ::
Hidung basah,meler
Hidung basah, melerdan
dan bersin
bersin terutama
terutama ketika
ketika udara
udara dingin.
dingin.
IDENTIFIKASI MASALAH
Tn. Bernard mengeluhkan dua hidungnya tersumbat serta
penciuman yang menurun. Ketika udara dingin hidung terasa
basah meler, disertai bersin. Keluhan diperparah apabila
makan seafood, terasi, dan minuman sachetan.
ANALISIS MASALAH

Tn. Bernard

Keluhan penyerta :
Keluhan utama : Faktor memperberat :
Hidung basah,
- Hidung tersumbat - Makan seafood, terasi
meler ( Ketika
serta gorokan. dan sachetan
udara dingin )
- Penciuman menurun.

Gangguan
hidung

Disfungsi nervus
Polip nasal Rhinitis alergi olfaktorius
Hipotesis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang. Tn. Bernard di diagnosis
mengalami polip nasal.
Pertanyaan Terjaring

1. Interprestasi data tambahan


2. Anatomi, histologi hidung!
3. Fisiologi penghidu
4. Jelaskan tabel diagnosis banding
5. Jelaskan polip nasal ( Definisi- Prognosis )
6. Mengapa keluhan diperparah ketika makan
seafood?
7. Mengapa saat terlentang tidur Tn. Bernard
merasa lendir masuk ke tenggorokan?
Interprestasi Data
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Compos mentis

Tanda-tanda vital Frekuensi pernafasan : 20x/menit ( Normal )


Nadi : 90x/menit ( Normal )
Tekanan darah : 120/90 mmHg ( Normal )

Kepala Mata : Konjungtiva tidak anemis


Hidung : Mukosa basah, licin, dan mengkilat. Tidak ada nyeri tekan.

Thorax Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Fremitus normal
Perkusi : Sonor
Jantung batas normal
Auskultasi : Vesikuler, bunyi tambahan ronkhi halus kanan. Jantung : S1 S2 murni reguler

Abdomen Inspeksi : Normal


Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Timpani

Ekstremitas Akral hangat


Pemeriksaan lokalis cavum nasi : meatus nasi ditemukan polip/benjolan mengkilat, licin, tidak nyeri tekan dan
mudah digerakan
Pemeriksaan penunjang

Radiologi Polip keluar regio meatus media

Histopatologi Edematous, eosinofilik benjolan/polip nasal dextra, et sinistra

Pemeriksaan IgE (+)


ANATOMI
HIDUNG
HIDUNG LUAR
◦ Hidung luar mempunyai dua lubang berbentuk lonjong disebut
nares, yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum nasi.
Pinggir lateral, ala nasi, berbentuk bulat dan dapat digerakkan.
◦ Rangka hidung luar dibentuk oleh os nasale, processus frontalis
maxillaris, dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka hidung
dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin.
Histologi
◦ Di atap hidung terdapat epitel yang sangat khusus, yaitu epitel
olfaktorius, yang mendeteksi dan meneruskan bau-bauan. Terdiri
dari tiga jenis sel: sel penyokong atau sustentakular
(epitheliocytus sustenans), sel basal (epitheliocytus basalis), dan
sel olfaktorius (sensorik). Di bawah epitel di jaringan ikat terdapat
kelenjar olfaktorius serosa.
FISIOLOGI PENGHIDU
◦ Perjalanan saraf
penciuman :
◦ Molekul-molekul bau-
bauan ditangkap oleh
cilia dan larut pada
mukosa, lalu terjadilah
depolarisasi potensial aksi
sel-sel olfaktori →
depolarisasi saraf olfaktori
◦ Saraf olfaktori menembus
lamina cribrosa os
Etmoidalis dan bersinap di
bulbus olfaktoria
◦ Dari bulbus akan
mengirimkan impuls ke
dalam sistim saraf pusat
melalui traktus olfaktorius
◦ Traktus olfaktorius
memasuki otak pada
sambungan antara
mesensefalon dan
cerebellum
◦Normosmia : kemampuan penciuman
yang normal
◦Kelainan Penciuman :
◦ Anosmia : hilangnya daya penciuman
◦ Hiposmia : hilangya kepekaan menghidu
◦ Disosmia : distorsi daya menghidu
◦ Halusinasi penciuman : mempersepsi bau-
bau tapi sesungguhnya bau tersebut tidak
ada
◦ Hiperosmia : meningkatnya kemampuan
menghidu terhadap bau-bauan
DIAGNOSIS BANDING
Polip Hidung
Definisi Adalah massa lunak yg mengandung banyak cairan didalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan akibat inflamasi
mukosa
Anamnesis KU : hidung tersumbat, rinore, hiposmia/anosmia. Mungkin disertai
bersin, nyeri hidung, sakit kepala daerah frontal.
Gejala sekunder : bernapas melalui mulut, suara sengau, halitosis,
gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup, batuk kronik dan
mengi
Pemeriksa • Polip nasi masif : deformitas hidung luar
an fisik • Pemeriksaan rinoskopi anterior : massa pucat berasal dari
meatus medius, dan mudah digerakkan.
• Pemeriksaan naso-endoskopi : sangat membantu diagnosis
polip kasus baru
Pemeriksa 1. Histopatologi
an • Makroskopis : massa bertangkai dengan permukaan licin,
Penunjang bentuk bulat/lonjong, warna putih keabuan, agak bening,
lobular, unggal/multipel. ditekan/ditusuk tidak sakit
• Mikroskopis : epitelbertingkat semu bersilia dengan submukosa
yang sembab, mukosa mengandung sel-sel goblet
2. Radiologi : foto polos sinus paranasal : penebalan mukosa dan
adanya batas udara-cairan dalam sinus, tapi kurang
bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi
Rinitis alergi
Definisi Kelainan pada gejala bersin-bersin. Rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen yg diperantarai Ig E

Anamnesis Ingus encer dari hidung (rinore), bersin, hidung tersumbat, dan rasa
gatal pada hidung (trias alergi). Bersin merupakan gejala khas,
biasanya terjadi berulang, terutama pagi hari, gejala lain : mata
gatal dan banyak air mata (lakrimasi).
Faktor risiko : riwayat atopi, lingkungan lembab, terpapai debu
tungau.
Pemeriksaa 1. Perhatikan adanya allergic salute : gerakkan menggosok hidung
n Fisik dengan tangan karena gatal
2. Wajah : alergic shiners yaitu dark circles sekitar mata dan
berhubungan dgn vasodilatasi hidung atau obstruksi hidung.
Nasal crease yaitu lipatan horizontal yg melalui setengah bawah
bagian hidung akibat kebiasaan menggosok hidung keatas.
Mulut terbuka dengan lengkung langit-langit yg tinggi, sehingga
menimbulkan gangguan pertumbuhan gigi.
3. Faring : dinding posterior tampak glanuler dan edema, dinding
lateral menebal, lidah tampak gambaran peta
4. Rinoskopi anterior : mukosa basah, edema, pucat atau kebiruan,
sekret encer, tipis dan banyak. Rinitis alergi kronis/granulomatous :
terlihat deviasi atau perforasi septum. Pada rongga hidung : dapa
ditemukan massa seperti polip dan tumor atau pembesaran
konka inferior berua edema hipertrofik
Rinitis Alergi
Pemeriksaa 1. Hitung eosinofil dalam darah tepi dan sekret hidung :
n normal/meningkat
Penunjang 2. Pemeriksaan Ig E total serum
3. Tes cukit kulit : menyuntikkan alergen. Untuk alergi makanan
menggunakan Intracutaneus provocative dilutional foo test
(IPDFT), namun sebagai baku emas dilakukan diet dan provokasi
(challenge test)
4. Histologik : dilatasi vascular, pembesaran sel goblet , ruang
interseluler dan sel pembentuk mukus. Penebalan membran basal
dan I filtrasi sel eosinofil pada jaringan mukosan dan submukosan
Disfungsi nervus olfaktorius
◦ Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan riwayat trauma kepala, penyakit sinonasal, dan
infeksi saluran nafas atas, riwayat penyakit sistemik, riwayat penyakit
neurodegeneratif, kebiasaan merokok, dan semua faktor yang bisa
menyebabkan gangguan penghidu.
◦ Pemeriksaan fisik
meliputi pemeriksaan hidung dengan rinoskopi anterior, posterior dan
nasoendoskopi untuk menilai ada atau tidaknya sumbatan di hidung,
seperti inflamasi, polip, hipertrofi konka, septum deviasi, penebalan mukosa,
dan massa tumor akan mempengaruhi proses transport odoran ke area
olfaktorius
◦ Pemeriksaan pencitraan
Tujuan :menyingkirkan kelainan intrakranial dan evaluasi kondisi anatomis
dari hidung, misalnya pada kasus tumor otak atau kelainan dihidung.
-Pemeriksaan foto polos kepala tidak banyak memberikan data tentang
kelainan ini.
-Pemeriksaan tomografi komputer merupakan pemeriksaan yang paling
berguna untuk memperlihatkan adanya massa, penebalan mukosa atau
adanya sumbatan pada celah olfaktorius.
◦ Pemeriksaan kemosensoris penghidu
pemeriksaan dengan menggunakan odoran tertentu untuk merangsang sistem
penghidu.
1. Tes UPSIT (University of Pennsylvania Smell Identification).
terdapat 4 buku yang masing-masing berisi 10 odoran. Pemeriksaan dilakukan dengan
menghidu buku uji, dimana didalamnya terkandung 10-50Å odoran. Hasilnya
pemeriksaan akan dibagi menjadi 6 kategori yaitu normosmia, mikrosmia ringan,
mikrosmia sedang, mikrosmia berat, anosmia, dan malingering
2. Tes The Connectitut Chemosensory Clinical Research Center (CCCRC).
mendeteksi ambang penghidu, identifikasi odoran, dan untuk evaluasi nervus
trigeminal.
3. Tes “Sniffin Sticks”
untuk menilai kemosensoris dari penghidu dengan alat yang berupa pena. Panjang
pena sekitar 14 cm dengan diameter 1,3 cm yang berisi 4 ml odoran dalam bentuk
tampon dengan pelarutnya propylene glycol.
4. Tes Odor Stick Identification Test for Japanese (OSIT-J)
OSIT-J terdiri dari 13 bau yang berbeda tapi familiar dengan populasi Jepang yaitu
condessed milk, gas memasak, kari, hinoki, tinta, jeruk Jepang, menthol, parfum, putrid
smell, roasted garlic, bunga ros, kedelai fermentasi dan kayu. Odoran berbentuk krim
dalam wadah lipstik. Pemeriksaan dilakukan dengan mengoleskan odoran pada
kertas parafin dengan diameter 2 cm, untuk tiap odoran diberi 4 pilihan jawaban.
◦ Pemeriksaan elektrofisiologis fungsi penghidu.
Pemeriksaan ini terdiri dari Olfactory EventRelated Potentials (ERPs), dan
Elektro-Olfaktogram (EOG).
1. Olfactory Event - Related Potentials (ERPs).
ERPs adalah salah satu pemeriksaan fungsi penghidu dengan memberikan
rangsangan odoran intranasal, dan dideteksi perubahan pada
elektroencephalography (EEG). Jenis zat yang digunakan adalah vanilin,
phenylethyl alkohol, dan H2S.
2. Elektro-Olfaktogram (EOG)
dilakukan dengan menempatkan elektroda pada permukaan epitel
penghidu dengan tuntunan endoskopi.

◦ Biopsi neuroepitel olfaktorius


Biopsi neuroepitel olfaktorius berguna untuk menilai kerusakan sistem
penghidu. Jaringan diambil dari septum nasi superior dan dianalisis secara
histologis. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena invasif.
Definisi
◦ Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak
cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang
terjadi akibat inflamasi mukosa.
◦ Bentuk menyerupai buah anggur, lunak dan dapat
digerakkan. Polip timbul dari dinding lateral hidung. Polip yang
diakibatkan proses inflamasi biasanya bilateral
Klasifikasi Polip
berdasarkan histopatologinya, polip terbagi atas:
1. Edematous, Eosinophilic Polip
2. Chronic Inflammatory Polip
3. Polip with Hiperplasia of seromucinous Glands
4. Polip with stromal Atypia
Edematous, Eosinophilic Polip
Chronic Inflammatory Polip
Polip with Hiperplasia of
Seromucinous Glands
Polip with Stromal Atypia
ETIOLOGI
◦ Alergi mukosa hidung
◦ Ketidakseimbangan vasomotor
◦ Ruptur epitel mukosa
◦ infeksi
EPIDEMIOLOGI POLIP NASAL

Amerika Serikat (Internasional)

Kejadian keseluruhan polip hidung pada anak-anak adalah 0,1%.


Polip hidung jarang terjadi pada anak di bawah 10 tahun.

Di antara orang dewasa, insidensi secara keseluruhan 1-4%,


dengan kisaran 0,2-28%. Biasanya terjadi pada usia > 40 tahun.
rasio pria : wanita = 2,4 : 1

Indonesia

Penelitian melaporkan :
- penderita polip hidung sebesar 4,63% di RS.Dr. Soetomo Surabaya.
- di RSUP H.Adam Malik Medan, tahun 2010 sebanyak 43 orang terdiri dari 22
pria (51,2%) dan 21 perempuan (48,8%).
- di RS DR. Sardjito Yogyakarta, melaporkan terdapat 24 orang penderita
polip
Patofisiologi Polip Nasal
polip : penggambaran mukosa hidung atau sinus
normal yang diisi dengan stroma edematous

perubahan inflamasi pertama kali terjadi di dinding


hidung lateral atau mukosa sinus

hasil dari interaksi host bakteri-bakteri atau
sekunder dari aliran udara turbulen
Teori
ketidakseimbangan
vasomotor

↑ permeabilitas vaskular dan gangguan regulasi vaskuler



menyebabkan detoksifikasi produk sel mast (misalnya,
histamin)

Efek yang berkepanjangan dari produk-produk ini di
dalam stroma polip → edema yang nyata

diperburuk oleh obstruksi drainase vena
Patofisiologi Polip Nasal

polip berasal dari daerah kontak meatus tengah → celah sempit di


daerah ethmoid anterior

membuat aliran udara turbulen (tidak beraturan) → dipersempit oleh
peradangan mukosa

Selama proses ini, polip dapat terbentuk dari mukosa

Teori Bernstein ↓
karena proses inflamasi yang ↑ dari sel epitel, sel endotel vaskular, dan
fibroblast

Respons ini ↑ penyerapan natrium

menyebabkan retensi (penahanan) air

pembentukan polip
Teori
ruptur epitel

pecahnya epitel mukosa hidung disebabkan oleh ↑ turgor


(kelenturan/pengembangan) jaringan pada penyakit (misalnya alergi,
infeksi)

menyebabkan prolapses (jatuh/tergelincir (melorot) mukosa lamina
propria

membentuk polip

Cacat mungkin diperbesar oleh efek gravitasi atau obstruksi drainase vena

menyebabkan polip
Tanda dan Gejala Polip Nasal
- Sakit kepala
- Mendengkur
- Gatal di sekitar mata
- Apnea tidur obstruktif (dalam kasus yang
parah) - ini adalah kondisi yang berpotensi
serius di mana pasien berhenti bernapas
selama tidur
- Penglihatan ganda (dalam kasus yang
parah) - lebih mungkin terjadi jika pasien
memiliki sinusitis jamur alergi atau fibrosis
kistik

Sneezing = bersin
Runny nose = hidung beringus
- Hidung beringus - ini mungkin kronis, dengan perasaan pasien
seolah-olah mereka selalu pilek
- Hidung yang tersumbat - atau dalam beberapa kasus pasien
mungkin sulit bernapas melalui hidung, menyebabkan masalah tidur
- Postnasal drip - perasaan lendir terus mengalir di bagian belakang
tenggorokan
- Kehilangan kemampuan penciuman atau penurunan kemampuan
penciuman yang buruk
- Nyeri di wajah
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK PENUNJANG

DIAGNOSIS
ANAMNESIS
◦ Hidung tersumbat dari ringan sampai berat
◦ Rinore dari yang jernih sampai purulen
◦ Hiposmia atau anosmia
◦ Mungkin disertai bersin-bersin
◦ Rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal
◦ Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan
rinore purulen
◦ Gejala sekunder yang dapat timbul;
◦ Bernafas melalui mulut
◦ suara sengau
◦ Gangguan tidur
◦ Perlu ditanyakan riwayat alergi atau asma
Pemeriksaan Fisik
◦ Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat
massa yang berwarna pucat dan mudah
digerakkan.
◦ Polip yang makin membesar akan tampak di
koane (polip koanal) dengan rinoskopi posterior
dapat terlihat
Pemeriksaan Penunjang
◦ Pemeriksaan radiologi
◦ Pemeriksaan tomografi komputer (TK, CT scan) sangat bermanfaat
untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal
apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan
pada kompleks ostiomeatal.
◦ Naso-endoskopi
◦ Adanya fasilitas naso-endoskopi akan sangat membantu diagnosis kasus
polip stadium dini
◦ Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan
rinoskopi anterior tetapi dapat terlihat dengan pemeriksaan nasoendokopi
◦ Pemeriksaan Histopatologi
◦ Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas (gold standard)
penegakan diagnosa polip hidung.
Stadium Polip
Faktor resiko
◦ Infeksi kronis pada sinus (sinusitis)
◦ Rhinitis alergi (hay fever)
◦ Asma
◦ Cystic fibrosis
◦ Sindrom Churg-Strauss
◦ Sensitivitas NSAID (respon alergi terhadap obat anti-nyeri seperti
aspirin, ibuprofen, naproxen, dll)
Penatalaksanaan
Tujuan utama dari perawatan untuk polip hidung adalah mengurangi ukuran
atau menghilangkannya.

Medikamentosa
- Kortikosteroid oral
- Kortikosteroid topikal hidung atau nasal spray
- Kortikosteriod sistemik
- Antibiotik
Non medikamentosa:
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau
polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi
bedah yang dipilih tergantung dari luasnya penyakit (besarnya polip
dan adanya sinusitis yang menyertainya), fasilitas alat yang tersedia
dan kemampuan dokter yang menangani.

Yang harus di perhatikan


- Indikasi Operasi
- Kontraindikasi Operasi
- Tindakan Pra-Operasi
Terapi pembedahan dapat dilakukan:
1. Polipektomi
2. Etmoidektomi
a. Etmoidektomi Intranasal
b. Etmoidektomi Ekstranasal
3. Operasi Caldwell-Luc
4. Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF)
dr. Sternum
SIP.456/PSDMK-2/SIP/VII/2019
Jl. Bukit Keminting, Palangka Raya
Praktek : setiap Hari (12.00-22.00 WIB)
Palangka Raya, kamis 21 Maret 2019

R/ Pretnison tab 10 mg No. VII


S t dd tab I

Pro : Tn. Bernard


Alamat : Jl. Bukit Raya III
Prognosis
Mengapa keluhan diperparah ketika makan
seafood?

Timbulnya alergi pangan disebabkan adanya senyawa penyebab alergi


atau yang lebih dikenal dengan alergen. Alergen pangan berupa
protein yang tidak rusak pada saat proses pemasakan. Struktur protein
makanan (alergen) tidak sama dengan struktur protein tubuh manusia
sehingga dideteksi oleh sistem imun tubuh sebagai protein asing.

Paparan berulang oleh alergen spesifik akan mengakibatkan reaksi


silang terhadap sel mast yang mempunyai ikatan dengan
kecenderungan membentuk ikatan kuat pada IgE. Sel mast akan
teraktivasi dengan melepaskan mediator terlarut seperti histamin untuk
kemudian menuju target organ, menimbulkan gejala klinis sesuai
dengan target organ tersebut.
Mengapa saat terlentang tidur Tn. Bernard merasa
lendir masuk ke tenggorokan?

Anda mungkin juga menyukai