Anda di halaman 1dari 25

Epidemologi dan Jenis-jenis Klebsiella

Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya bisa ditemukan di kulit,


kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini juga bisa ada pada luka steril
dan air kencing (urin). Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja ada sebagai flora alami
‘penghuni” usus besar dan kecil. Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan
dengan lemahnya daya tahan penderita.
Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae yang banyak
menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan pada lapisan mukosa
mamalia, terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat, terutama diantara orang-orang
yang sedang terinfeksi bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan
lapisan mukosa organ. Bakteri ini juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan
penyakit bronchitis.
Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri Klebsiella
penyebab penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah penyakit peradangan serius yang
terjadi pada rongga hidung. Sedangkan, ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis atrofi.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe
antigen pada permukaan selnya:
1. Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan varietas.
2. Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80 varietas.
Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum
Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat
menyebabkan bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung, flora normal
usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru-paru yang kronis).
1. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis progresif dan
berlendir serta berbau amis
2. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit menahun
berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan dan menyebabkan
kerusakan hidung dan farings.
3. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain
sebagainya.
Dibedakan pada tes IMVic
E. coli : ++--
Klebsiella aerogenes : --++

Patogenesitas
1. Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis dan
pembunuhan oleh serum normal.
2. Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul (pada hewan coba)
3. Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik
4. Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari
penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile
enterotoksin) dari E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh plasmid

Daerah penyebaran dan Penyebaran penyakit


Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya
tersebar luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis.Bakteri
penyebab penyakit rhinoschleroma ini tidak ada di Amerika Serikat.Ia hanya ada di Eropa
timur, Asia selatan, Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella
pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang
mempunyai lingkungan jelek.
Klebsiella termasuk pneumonia non pneumococcus sekitar 20% dari pneumonia
bacterial bukan disebabkan pneumococcus, yaitu staphy, strepto, klebsiella dan
patogenesisnya sama dengan yang disebabkan salmonella pneimoniae biasa timbul pada
orang yang resistensinya telah menurun oleh salah satu sebab. Hal yang perlu diperhatikan
dalam penularan infeksi pneumonia pneumococcus meliputi penularan infeksi termasuk di
dalamnya adalah reservoar, sumber dan rute penularan, masa inkubasi, masa dapat menular.
a. Reservoar sumber dan rute penularan
Manusia adalah reservornya organisme itu terdapat di dalam secret “carrier”
asimtomatik dan pasien dengan infeksi aktif transmisi terjadi melalui kontak langsung dengan
secret terinfeksi pada permukaan terinfeksi.
b. Masa inkubasi
Tidak diketahui untuk infeksi endogen sangat singkat (1-2 hari) untuk infeksi
ditularkan.
c. Masa dapat menular
Agaknya selama pneumococus terdapat dalam jumlah besar dalam secret hidung dan
mulut.Pengobatan cepat dengan kemoterapi sangat mengurangi jumlah dan memendekkan
masa penularan (2-3 hari).
d. Imunitas
Ketahanan non-spesifik jaringan sehat normal adalah mekanisme pertahanan utama
bagi kebanyakan infeksi. Imunitas sesudah serangan bersifat spesifik jenis lamanya
tergantung kadar antibodi yang dibentuk sebelum terapi antibiotik menghilangkan
rangsangan antigen.

Penyakit dan gejala klinis


Ozaena yaitu radang selaput lendir hidung yang berbau.Pada penyakit ini orang banyak
mengeluarkan lendir hijau bercampur darah yang berbau.
Rhinoscleroma yaitu berupa bisul-bisul (benjolan) dalam hidung yang makin lama makin
banyak sehingga hidung kelihatan membengkak dan menjadi besar kemudian menjadi luka
yang sukar sembuh.
Granuloma veneris yaitu suatu penyakit kelamin. Granuloma adalah tumor pada jaringan
granulasi, terdapat berbagai bintik di daerah kelamin perempuan dan laki-laki yang makin
lama makin banyak dan besar kemudian menjadi sukar sembuhnya, sehingga alat kelamin
luar menjadi habis, penularan secara persetubuhan. Banyak terdapat di Irian, penyakit ini
bukan radang saluran kemih tetapi suatu penyakit kulit, saluran kemih tidak terserang.
Klebsiella pneumonia, bakteri ini sering menimbulkan infeksi pada traktus urinarius karena
nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia pada penderita diabetes mellitus dan
pecandu alkohol.Gejala yang ditimbulkan bakteri ini berupa gejala demam akut, malaise, dan
batuk kering kemudian batuknya menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan
purulent. Bila penyakitnya berlanjut, akan terjadi abses nekrosis jaringan paruh
broncjiectasidan vibrosis paru-paru.
Penyakit paru-paru mirip dengan pneumoni disebabkan oleh B. Fredlender (nama basil
dengan memakai nama penemunya).
Menyebabkan pneumonia dan infeksi saluran kemih.
Vimlensi disebabkan oleh adanya sampai yang sangat besar.
Resisten terhadap penisilin Hp peka terhadap sefalosporin.
Klebsiella menduduki ranking kedua setelah E.coli untuk infeksi saluran kemih di
orang-orang yang sudah berumur. Klebsiella juga merupakan suatu opportunistic pathogen
untuk pasien dengan penyakit paru-paru kronis dan rhinoscleroma.Feses adalah salah satu
sumber yang paling signifikan dalam hal infeksi kepada pasien, yang selanjutnya diikuti oleh
berhubungan dengan alat-alat yang sudah terkontaminasi oleh bakteri. Penyakit utama yang
ditimbulkan oleh bakteri ini adalah pneumonia.
Pneumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius
adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.. Dengan demikian flora endogen
menjadi pathogen ketika memasuki saluran pernafasan. Pneumonia adalah sebuah penyakit
pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap
oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan
oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit.
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.
Pasien yang rentan mengalami pneumonia antara lain peminum alcohol, perokok, penderita
diabetes, penderita gagal jantung, dan penderita AIDS.
Pada penderita pneuminiae, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan
cairan yang lainnya. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih
(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita
kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi
oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah
sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam
dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella


Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan
Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-
nya masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan
penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru
menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding
mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae
yang menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul
(bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung),
sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau.
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia adalah napas cepat dan
napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari
1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun.
Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas,
napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing)
pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga
Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis
sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat
ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga
disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk, perubahan
karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000
atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala pneumonia
tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dari penyakit yang
sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang
ditemukan demam.Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik,
khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxicilline, dll. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dari Klebsiella pneumoniakebal
terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk
menemukan obat yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri
tersebut.

Diagnosa
Metode isolasi dan identifikasi organisme ini dari makanan, air dan sampel diare,
didasarkan pada ketepatan media selektif yang digunakan dan hasil analisa mikrobiologi dan
biokimia.Kemampuan untuk menghasilkan enterotoxin dapat ditentukan oleh analisa biakan
sel dan analisa pasa hewan, metode serologis, atau analisa genetika.Sampel dapat berupa
sputum, liquar cerebrospinalis atau urin.Diperiksa di bawah mikroskop setelah pewarnaan
atau ditanam pada pembenihan.
1. Melihat selaput, maka diambil bahan pemeriksaan dari manusia, binatang dan perbenihan.
2. Selaput ini terlihat seperti lendir, maka koloni – koloni terlihat basah dan berlendir.
3. Pneumococcus karena ada atau tidak mempunyai selubung/kapsul.

Kerangka Operasional

Sampel Pewarnaan Gram

BHIB

Mac Conkey
BAP
Inkubasi selama 24 jam suhu 37o C

BAP Pewarnaan Gram dan kapsul

TSIA inkubasi 24 jam 37o C

Biokimia IMViC

Gula-gula Urea SIM MR VP SCA

Glu Man Suk Mal Lak


Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37OC

Proses Identifikasi
2.11.1 Kultur media pemupuk
Specimen ditanam pada media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB), replikasi bakteri
saluran dari usus normal dan meningkatkan bakteri Klebsiella. Sesudah inkubasi 18-24 jam,
ditanam pada media differensial dan selektif.
2.11.2 Kultur media umum dan differensial
Media umum adalah media BAP (Blood Agar Plate) yang dipakai untuk
mengidentifikasi kemampuan bakteri dalam melisiskan sel-sel darah yang terdapat dalam
media ini dapat berupa zona lisis α(alfa), β(betha), dan γ(gamma). Bakteri Klebsiella, tumbuh
sebagai koloni yang berwarna abu-abu, smooth, cembung, mucoid atau tidak dan tidak
melisiskan darah pada media BAP.

Media differensial adalah media yang dipakai untuk identifikasi bakteri berdasarkan
dipakai untuk identifikasi bakteri berdasarkan sifat-sifat biokimia khusus dari bakteri yang
bersangkutan. Media yang dipakai untuk perbenihan bakteri adalah Mac Conkey, media ini
mengandung laktosa dan merah netral sebagai indikator, sehingga bakteri yang meragikan
laktosa akan tubuh sebagai koloni berwarna merah yang dapat membedakan dari bakteri yang
tidak meragikan laktosa yang tumbuh sebagai bakteri yang tidak berwarna. Klebsiella tumbuh
sebagai koloni yang berwarna merah muda namun tidak dapat meragikan laktosa secara
sempurna.
Ciri-ciri koloni pada media Mac Conkey besar-besar, smooth, mucoid, cembung,
berwarna merah muda-merah bata. Jika diambil dengan ose, maka akan tertarik karena pada
koloni memiliki kapsul

2.11.3 Identifikasi akhir


Koloni dari media padat diidentifikasi oleh bentuk reaksi biokimia dan tes aglutinasi
mikroskop dengans serum spesifik. (jawetz, et al, 2001). Media yang digunakan untuk reaksi
biokimia adalah (Gani A, 2003) :
1. Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk
pendeteksian produksi H2S, protein, dan indicator Phenol red. Klebsiella bersifat alkali acid,
alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina yang
bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk warna merah, Klebsiella
memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning (Jawtz, et al,
2001).
2. Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui
pembentukan H2S, indol dan motility dari bakteri.Hampir semua bakteri Klebsiella
membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae.Motility negatif sesuai dengan
morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella.sedangkan pembentukan H2S juga tak
terlihat pada semua jenis Klebsiella
3. Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium
karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan
terjadinya warna biru. Pada bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinosyang tidak memanfaatkan
sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat hasilnya negative. Sedangkan spesies Klebsiella
lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae menunjukkan hasil positif pada media ini.
4. Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya
wana merah karena adanya indicator phenol red, Klebsiella pada media urea memiliki
pertumbuhan yang lambat memberikan hasil positif pada pneumonia, oxytoca atau bisa juga
ozaenae karena Klebsiella juga ada beberapa yang mampu menghidrolisis urea dan
membentuk ammonia.
5. Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang
memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat
ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Hampir semua Klebsiella sp
memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red terbentuk warna
merah, kecuali pada pneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negatif
6. Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang
dapat diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella ozaenae dan rhinos
tidak memproduksi acetyl methyl carbinol sehingga penanaman pada media ini meberikan
hasil negative, berbeda dengan jenis pneumonia dan oxytoca yang mampu memberikan hasil
positif pada media ini.
7. Fermentasi Karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis
karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media terlihat berwarna kuning karena perubahan
pH menjadi asam.Klebsiella sp memfermentasi glukosa, maltose sedangkan sukrosa tidak
difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga ozaenae.

Patologi rhinoskleroma
Rinoskleromaterbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III. Pada stadium I,
gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa. Dimulai dengan
keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung yang berkepanjangan,
kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan mukopurulen berbau busuk yang dapat
mengakibatkan gangguan penciuman.
Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi
pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang tampak
sebagai bintil di permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini bergabung menjadi satu massa
bintil yang sangat besar, mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi
padat seperti tulang rawan. Kemudian membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke
depan (anterior). Sedangkan pada stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk
struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti
di hidung dapat juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.
Pencegahan
Peningkatan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh merupakan upaya
pencegahan paling penting, karena bakteri ini sebenernya sudah ada sebagai flora normal
pada orang sehat. Pencegahan nosocomial infection dilakukan dengan cara kerja yang aseptic
pada perawatan pasien di rumah sakit. Enterobacteria peka terhadap panas dan dapat dibunuh
dengan pemanasan yang merata (di atas 700C).Sumber utama infeksi bakter ini adalah
makanan mentah, makanan yang kurang matang dan kontaminasi silang, yaitu apabila
makanan sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang
terkontaminasi misalnya alas pemotong.Karena itu, pemanasan dengan benar dan penanganan
makanan secara higienis dapat mencegah enterobacteria.
Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya
antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia kebal
terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk
menemukan obat yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri
tersebut.
http://teenozhealthanalyst.blogspot.co.id/2012/03/identifikasi-klebsiella.html

A. Taksonomi

Klasifikasi Klebsiella sp secara ilmiah:

 Kingdom : Bacteria

 Phylum : Proteobacteria

 Class : Gamma proteobacteria

 Order : Enterobacteriales

 Family : Enterobacteriaceae

 Genus : Klebsiella

 Spesies : - Klebsiella pneumonia

-Klebsiella oxytoca

-Klebsiella ozaena

-Klebsiella rhinoscleromatis

B. Morfologi dan sifat bakteri Klebsiella sp


Merupakan bakteri gram (-) , berbentuk batang pendek,
memiliki ukuran 0,5-1,5 x 1,2µ. Bakteri ini memiliki kapsul,
tetapi tidak membentuk spora. Klebsiella tidak mampu
bergerak karena tidak memiliki flagel tetapi mampu
memfermentasikan karbohidrat membentuk asam dan gas.

Spesies klebsiella menunjukan pertumbuhan mucoid,


kapsul polisakarida yang besar dan tidak motil. Mereka
biasanya memberikan hasil tes yang positif untuk lisin
dekarboksilase dan sitrat. Klebsiella memberikan reaksi
Voges-Proskauer yang positif

Sifat Biakan atau Kultur dari Klebsiella sp tersebut pada


media EMB dan Mac Conkey koloni menjadi merah.
Kemudian pada media padat tumbuh koloni mucoid (24 jam).
Mudah dibiakan di media sederhana (bouillon agar) dengan
koloni putih keabuan dan permukaan mengkilap.

C. Tipe Antigen

Klebsiella memiliki struktur antigen. Anggota dari genus


Klebsiella biasanya mengungkapkan 2 jenis antigen pada
permukaan sel mereka, yaitu:
 Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel
lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang polisakarida.
Beberapa polisakarida spesifik O mengandung gula unik.
Antigen O tahan terhadap panas dan alcohol dan biasanya
dideteksi dengan cara aglutinasi bakteri. Antibody terhadap
antigen O adalah IgM.

 Antigen K merupakan bagian terluar dari antigen O pada


beberapa, tetapi tidak pada enterobacteriaceae. Beberapa
antigen K adalah polisakarida dan yang lainnya protein.

D. Enzim Klebsiella pneumoniae

Bakteri klebsiella ini memiliki enzim urease dan enzim


sitrat permiase. Klebsiella juga mampu memproduksi enzim
ESBL (Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat
melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotic. Hal ini
menyebabkan bakteri kebal dan sulit dilumpuhkan.

Perlawanan terhadap antibiotik tersebut dengan cara :

(1) Obat inaktivasi oleh enzim degradasi atau modifikasi seperti


lactamaces beta dan vamino glikosida transferases,
(2) Perubahan obat target

(3) Munculnya suatu jalur bypass yang tidak dihambat


oleh obat

(4) Mengurangi permeabilitas membran untuk obat

(5) Obat penghabisan dari sel-sel.

E. Patogenitas bakteri Klebsiella pneumoniae

Melalui saluran pernafasan bagian atas bakteri masuk ke


jaringan paru, terjadi penghancuran jaringan, terbentuk
daerah purulen dan nekrosis parenkim paru, terjadi abses
paru, bronkiektasis, bakteri masuk aliran darah, septicemia,
abses liver.

- Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan


organisme terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh serum
normal

- Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang


berkapsul ( pada hewan percobaan)
- Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada
infeksi oportunistik

Galur Klebsiella pneumoniae ada yang memproduksi


enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita tropical sprue)
toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile
enterotoksin) dari E.coli, kemampuan memproduksi toksin ini
diperantarai oleh plasmid Klebsiella pneumoniae.
Menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain
disamping saluran pernafasan.

Bakteri ini sering menimbulkan pada traktus urinarius


karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia
pada penderita diabetes mellitus atau pecandu alcohol.
Gejala pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini berupa
gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering,
kemudian batuknya menjadi produktif dan menghasilkan
sputum berdarah dan purulent (nanah). Bila penyakitnya
berlanjut akan terjadi abses nekrosis jaringan paru,
bronchiectasi dan vibrosis paru-paru.

F. Cara penularan bakteri Klebsiella pnemoniae


Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit
paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan
paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi
tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis);
penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah.

Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumoniae


pada pasien rawat inap dapat melalui 3 cara, yaitu :

1. Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung


koloni kuman patogen.

2. Penyebaran kuman secara hematogen ke paru

3. Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang


mengandung mikroba.

G. Gejala klinis

Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella


pneumoniae adalah napas cepat dan napas sesak, karena
paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah
frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih
pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40
kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai
kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat ditandai dengan
adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai
kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga
Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran
bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat
minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia
berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali
permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada
dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk,
perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C.
Gejala yang lain, yaitu apabila pada pemeriksaan fisik
ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih
dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.

Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun


rendah, gejala pneumonia tidak khas, yaitu berupa gejala non
pernafasan seperti pusing, perburukan dari penyakit yang
sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi
napas bertambah cepat dan jarang ditemukan demam.
H. Pengobatan

Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati


dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang mengandung
cincin beta-laktam.

Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin,


carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4%
terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5%
terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap siprofloksasin, dan
2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia
kebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang
masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang
tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh
bakteri tersebut.

I. Diagnosa Laboratorium
Pada pemerikasaan laboratorium terdapat peningkatan
jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/µl kadang-kadang
mencapai 30.000/µl, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran kekiri serta terjadi peningkatan LED.
Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.

Sujudi. 2002. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa


Aksara.

Simanjuntak, Cyrus H. .Epidemiologi Disentri. Cermin Dunia


Kedokteran No. 72, 199119. Jakarta : Pusat Penelitian
Penyakit Menular, Rattan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan R.I.

Nugroho, Edi dkk.1996.Mikrobiologi kedokteran.EGC:Jakarta

(http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
pneumoniakom/pnkomuniti.pdf) Diunduh pada 21 maret
2012.
(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/123752-S09116fk-
Pola%20kepekaan-Literatur.pdf) Diunduh pada 21 maret
2012.

MAKALAH BAKTERIOLOGI KLINIK 1


“ BAKTERI KLEBSIELLA ”

Dosen Pengampu :
DJ. Simanungkalit

Disusun Oleh :
o Meta rahayu deasty

Tingkat/semester:
IIc/semester III

AKADEMI ANALIS KESEHATAN


PROVINSI JAMBI
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ BAKTERI KLEBSIELLA ”

Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai morfologi, sifat pertumbuhan akan media,
patogenitas bakteri, diagnose laboratorium, dll. Adapuan tujuan kami menulis makalah ini yaitu
untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu yang membimbing kami dalam mata kuliah
BAKTERIOLOGI KLINIK. Disisi lain, kami menulis makalah ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai
bakteri klebsiella dan bagian-bagiannya.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini untuk ke
depannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswi-
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah BAKTERIOLOGI KLINIK di AKADEMI ANALIS KESEHATAN-
JAMBI.
Jambi, 29 oktober 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................. 3
1.1.Latar Belakang.................................................................... 3
1.2.Tujuan Penulisan................................................................. 3
1.3.Rumusan Masalah............................................................... 3
1.4.Batasan Masalah................................................................. 3

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................... 4

2.1. Klebsiella.......................................................................... 4
2.2. Klasifikasi Klebsiella........................................................ 4
2.3. Morfologi dan sifat Kebsiella........................................... 5
2.4. Sifat pertumbuhan bakteri................................................ 5
2.5. Fisiologi bakteri................................................................ 5
2.6. Patogenitas bakteri........................................................... 7
2.7. Diagnosa laboratorium..................................................... 7
2.8. Gejala klinis...................................................................... 8
2.9. pengobatan....................................................................... 9

BAB 3 PENUTUP............................................................................... 10
3.1.Kesimpulan..................................................................................... 10
3.2.Saran............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Klebsiella merupakan sebuah genus yang dapat mengubah tempat, merupakan bakteri gram negatif
bentuk batang, bakteri dengan terkemuka polis akan berbaris kapsul. Frequent manusia patogen
organisme yang menyebabkan berbagai penyakit terutama pneumonia, ISK, keracunan darah,
spondilis dan jaringan lunak infeksi.
Hans Christian Gram seorang Ilmuwan berkebangsaan Denmark yang hidup pada ( 1853 – 1938 )
.Untuk pertama kali beliau berhasil memperkenalkan cara pewarnaan bakteri secara gram,dan
berhasil mengamati Klebsiella pneumonia dan Streptococcus pneumonia pada tahun 1884.Kemudian
bakteri tersebut berhasil di identifikasi oleh seorang ahli Bakteriologi berkebangsaan jerman
bernama Edwin Klebs, yang hidup pada tahun ( 1831 – 1913 ) yang kemudian memperkenalkan
Bakteri ini,dan diberi nama Klebsiella sesuai namanya.
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander adalah
patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab pneumonia
pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengindentifikasi bakteri
Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya,
Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Infeksi dengan organisme Klebsiella
terjadi di paru-paru, di mana mereka menyebabkan perubahan destruktif. Nekrosis, peradangan,
dan perdarahan terjadi di dalam jaringan paru-paru, kadang-kadang menghasilkan, darah, dahak
berlendir digambarkan sebagai dahak jeli kismis.
1.2.Tujuan penulisan
Untuk mengetahui pengertian , morfologi, sifat, patogenitas, reaksi biokimia, tentang bakteri
Klebsiella.
1.3.Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan baktri Klebsiella ?
b. Apakah bakteri Klebsiella termasuk bakteri yang pathogen ?
c. Apa gejala klinis dan bagaimana cara pengobatannya ?
1.4.Batasan masalah
Dalam makalah ini hanya membahas tentang bakteri Klebsiella. Baik secara umum maupun secara
khusus.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Klebsiella
Klebsiella merupakan hampir sebagian besar spesiesnya hidup sebagai flora normal,dan dapat
menjelajahi kulit,Faring dan saluran cerna seperti mikro organisme lainnya, Klebsiella aerogenes
menggunakan L-glutamine sebagai metabolit dalam metabolism nitrogen. Nitrogen amida dari
glutamine adalah penting dalam biosintesis asparagin, glukosamin 6-fofat, triptofan, histidin, fosfat
karbamil, p-amino benzoate, adenosine, 5-monofosfat, sitosin 5-trifosfat, guanosin 5-monofosfat,
glutamate dan asam amino lainnya.
Kelompok alpha-ami no glutamine juga di transferkan ke asamalfa-keto dalam reaksi transaminase.
Semua reaksi ini memungkinkan reaksi biosintesis untuk asimilasi NH3 ke semua asam
amino.Sehingga dapat bersifat mutualistik dan komensalistik karena pada tanah dapat juga beker ja
memfiksasi Nitrogen untuk kesuburan tanaman.
2.2. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Orde : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Spesies : K. pneumonia, K. ozaena, K. Rhinoscleromatis, K. oxytoca, K. planticola, K. terrigena,
K. ornitinolitika, K. singaporensis, K. variicola, K. senegalensis, K. miletis, K. aerogenes
2.3. Morfologi dan Sifat bakteri
· Bentuk batang, gram negatif.
· Ukuran 0,5 – 1,5 x 1 – 2 µm.
· Memiliki selubung yang lebarnya 2 – 3 x ukuran kuman.
· Tidak berspora, tidak berflagela.
· Menguraikan laktosa.
· Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir (mukoid).
· Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O, berdasarkan antigen ini
ditemukan 70 tipe.
Klebsiella tidak mampu bergerak karena tidak memiliki flagel tetapi mampu memfermentasikan
karbohidrat membentuk asam dan gas.
Spesies klebsiella menunjukan pertumbuhan mucoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak motil.
Mereka biasanya memberikan hasil tes yang positif untuk lisin dekarboksilase dan sitrat. Klebsiella
memberikan reaksi Voges-Proskauer yang positif
Sifat Biakan atau Kultur dari Klebsiella sp tersebut pada media EMB dan Mac Conkey koloni menjadi
merah. Kemudian pada media padat tumbuh koloni mucoid (24 jam). Mudah dibiakan di media
sederhana (bouillon agar) dengan koloni putih keabuan dan permukaan mengkilap.
2.4. Sifat pertumbuhan bakteri
Coliform dapat didefinisikan sebagai golongan bakteri dengan ciri gram negatif, aerob dan anaerob
fakultatif, memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada pengeraman 35-
37oC selama 24-48 jam. Spesies yang termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli,
Enterobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.
2.5. Fisiologi bakteri
a) Reaksi Biokimia
Memecah karbohidrat menjadi asam dan gas: laktosa, sukrosa, dan inositol merah motil (+) dan
Voges Proskauer (-) dan lambat memecah urea.

Ø KIA
· Ferm : ac / ac
· H2S : (-)
· Gas : (+)
Ø SIM
· H2S : (-)
· Indol : (-)
· Motil : (-)

Ø Urea : (+)
Ø Citrat : (+)
Ø MR : (-)
Ø VP : (-)
Ø Glukosa : (+) gas
Ø Laktosa : (+)
Ø Maltosa : (+)
Ø Manitol : (+)
Ø Sakarosa : (+)
b) Daya Tahan
Mudah mati pada suhu 60o C selama 20 detik, serta desinfektan.
c) Tipe Antigen
Klebsiella memiliki struktur antigen. Anggota dari genus Klebsiella biasanya mengungkapkan 2 jenis
antigen pada permukaan sel mereka, yaitu:
· Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang
polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung gula unik. Antigen O tahan terhadap
panas dan alcohol dan biasanya dideteksi dengan cara aglutinasi bakteri. Antibody terhadap antigen
O adalah IgM.
· Antigen K merupakan bagian terluar dari antigen O pada beberapa, tetapi tidak pada
enterobacteriaceae. Beberapa antigen K adalah polisakarida dan yang lainnya protein.
2.6. Patogenitas bakteri
Melalui saluran pernafasan bagian atas bakteri masuk ke jaringan paru, terjadi penghancuran
jaringan, terbentuk daerah purulen dan nekrosis parenkim paru, terjadi abses paru, bronkiektasis,
bakteri masuk aliran darah, septicemia, abses liver.
o Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis dan
pembunuhan oleh serum normal.
o Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang berkapsul ( pada hewan percobaan).
o Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik
Galur Klebsiella pneumoniae ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita
tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST (tahan panas) dan LT (heat-labile enterotoksin) dari E.coli,
kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh plasmid Klebsiella pneumoniae.
Menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain disamping saluran pernafasan.
Bakteri ini sering menimbulkan pada traktus urinarius karena nosocomial infection, meningitis, dan
pneumonia pada penderita diabetes mellitus atau pecandu alcohol. Gejala pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri ini berupa gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering, kemudian
batuknya menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah). Bila
penyakitnya berlanjut akan terjadi abses nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan vibrosis paru-
paru.
2.7. Diagnosa laboratorium
Pada pemerikasaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari
10.000/µl kadang-kadang mencapai 30.000/µl, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran
kekiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan
dahak, kultur darah dan serologi.
a. Metode isolasi dan identifikasi organisme ini dari makanan, air dan sampel diare, didasarkan
pada ketepatan media selektif yang digunakan dan hasil analisa mikrobiologi dan biokimia.
Kemampuan untuk menghasilkan enterotoxin dapat ditentukan oleh analisa biakan sel dan analisa
pasa hewan, metode serologis, atau analisa genetika. Sampel dapat berupa sputum, liquar
cerebrospinalis atau urin. Diperiksa di bawah mikroskop setelah pewarnaan atau ditanam pada
pembenihan.
· Melihat selaput, maka diambil bahan pemeriksaan dari manusia, binatang dan perbenihan.
· Selaput ini terlihat seperti lendir, maka koloni – koloni terlihat basah dan berlendir.
· Pneumococcus karena ada atau tidak mempunyai selubung/kapsul.
b. Kultur media pemupuk
Specimen ditanam pada media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB), replikasi bakteri
saluran dari usus normal dan meningkatkan bakteri Klebsiella . Sesudah inkubasi 18-24 jam, ditanam
pada media differensial dan selektif.

c. Media perbenihan
Media umum adalah media BAP (Blood Agar Plate), media Mac Conkey

2.8. Gejala Klinis


Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumoniae adalah napas cepat dan napas sesak,
karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak
50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit
atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat ditandai dengan
adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada
sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5
tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran
bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2
bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih
atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk,
perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari 38 º C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000 atau
kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala pneumonia tidak khas, yaitu
berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dari penyakit yang sudah ada sebelumnya
dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang ditemukan demam.
2.9. Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya antibiotik yang
mengandung cincin beta-laktam.Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin,
amoxiciline, dll. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas
98,4% terhadap meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 %
terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia kebal
terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk
menemukan obat yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
· Klebsiella merupakan hampir sebagian besar spesiesnya hidup sebagai flora normal,dan dapat
menjelajahi kulit,Faring dan saluran cerna seperti mikro organisme lainnya.
· Kingdom:Bacteria,Phylum:Proteobacteria,Class:GammaProteobacteria,Orde:
Enterobacteriales,Family:Enterobacteriaceae,Genus:Klebsiella,Spesies:K.pneumonia,dll
· Gejala klinis, Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumoniae adalah napas cepat
dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak

3.2. saran
Bakteri klebsiella termasuk jenis bakteri yang sangat berbahaya bagi manusia karena dapat
menyebabkan penyakit tertentu.Oleh karena itu, perlu pengetahuan tentang klebsiella baik secara
umum maupun secara khusus. Untuk menghindari terjadinya penyakit-penyakit yang tidak
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
· www.Google.com
· http://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/17/makalah-analis-kesehatan-tentang-bakteri-
klebsiella/ · http://oktriaviani.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

Anda mungkin juga menyukai