Anda di halaman 1dari 27

Selasa, 20 November 2012

BAKTERI KLEBSIELLA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander
adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab
pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi
bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena
jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia
adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong
bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan kebutuhannya akan
oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif anaerob.

B. Manfaat
Dengan berbagai referensi yang dibutuhkan semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Klebsiella

Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Orde
: Enterobacteriales
Family
: Enterobacteriaceae
Genus
: Klebsiella
Species
: K. pneumonia
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl Friedlander
adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu penemuan bakteri penyebab
pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi
bakteri Klebsiella pneumonia dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena
jasanya, Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia
adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong
bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan kebutuhannya akan
oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain di
samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri yang menimbulkan penyakit
infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang kronis dan endemik di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Bakteri ini diberi nama berdasarkan penemunya, yaitu Edwin Klebs, seorang ahli
mikrobiologi Jerman di abad ke-19. Bakteri genusKlebsiella termasuk ke dalam suku
Klebsiellae, anggota famili Enterobacteriaceae.
Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung, flora normal usus
dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paru-paru yang kronis).
1. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi atrpopis progresif dan
berlendir serta berbau amis
2. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit menahun berupa
granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan dan menyebabkan kerusakan hidung
dan farings.
3. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah dan lain
sebagainya.
Dibedakan pada tes IMVic
E. coli
: ++-Klebsiella aerogenes : --++
Masuk dalam tubuh per oral, infeksi pada saluran urine biasanya setelah kateterisasi,
maka perlu tes resistensi dahulu : Pada pasien usia Lanjut atau pasien dengan respon imun
rendah, pneumonia tidak khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan
dan penyakit yang sudah ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah
cepat dan jarang ditemukan demam.
Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan indol, lebsiella
pneumonia akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella pneumonia dapat mereduksi nitrat.
Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari
Klebsiella pneumonia adalah di tanah.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah proses infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella
pneumonia dapat berupa pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia

komuniti atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di dapatkan dari
masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia nosomikal
atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat
pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
Klebsiella pneumonia umumnya menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti
alkoholis, orang dengan penyakit diabetes dan orang dengan penyakit kronik paru-paru.
B. Morfologi dan sifat sifat
1. Bentuk batang, Gram negatif
2. Ukuran 0,5 1,5 x 1 2
3. Mempunyai selubung yang lebarnya 2 3 x ukuran kuman
4. Tidak berspora, tidak berflagela
5. Menguraikan laktosa
6. Membentuk kapsul baik invivo atau invitro, sehingga koloni berlendir (mukoid)
7. Kapsul terdiri dari antigen K dan antigen M dapat menutupi antigen O, berdasarkan antigen ini ditemukan
70 tipe dan penentuan dengan

C. Identifikasi
1. Melihat selaput, maka diambil bahan pemeriksaan dari manusia, binatang dan perbenihan.
2. Selaput ini terlihat seperti lendir, maka koloni koloni terlihat basah dan berlendir.
3. Pneumococcus karena ada atau tidak mempunyai selubung/kapsul

D. Patogenesitas
1. Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme terhadap fagositosis dan pembunuhan
oleh serum normal.
2. Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang tidak berkapsul (pada hewan coba)
3. Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi oportunistik
4. Galur klebsiella pneumonia ada yang memproduksi enterotoksin (pernah diisolasi dari penderita tropical
sprue)

toksin

ini

mirip

dengan

ST

(tahan

panas)

dan

LT

(heat-labile enterotoksin)

dari E.coli,kemampuan memproduksi toksin ini diperantarai oleh plasmid

E. Epidemologi dan Jenis-jenis Klebsiella


Bakteri Klebsiella terdapat di mana-mana. Koloninya bisa ditemukan di kulit,
kerongkongan, ataupun saluran pencernaan. Bahkan, bakteri ini juga bisa ada pada luka steril dan
air kencing (urin). Sebenarnya, bakteri golongan ini mungkin saja ada sebagai flora alami
penghuni usus besar dan kecil. Adapun pergerakan bakteri ini ke organ lain dikaitkan dengan
lemahnya daya tahan penderita.

Klebsiella pneumonia merupakan jenis bakteri golongan Klebsiellae yang banyak


menginfeksi manusia. Ia adalah kuman oportunis yang ditemukan pada lapisan mukosa mamalia,
terutama paru-paru. Penyebarannya sangat cepat, terutama diantara orang-orang yang sedang
terinfeksi bakteri-bakteri ini. Gejalanya berupa pendarahan dan penebalan lapisan mukosa organ.
Bakteri ini juga merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit bronchitis.
Klebsiella rhinoscleromatis dan KlebsieIla ozena adalah dua bakteri Klebsiella penyebab
penyakit langka. Rhinoschleroma sendiri adalah penyakit peradangan serius yang terjadi pada
rongga hidung. Sedangkan, ozaena adalah sejenis penyakit rhinitis atrofi.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe antigen
pada permukaan selnya:
1. Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam sembilan varietas.
2. Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh kapsula dengan lebih dari 80 varietas.
Kedua
antigen
ini
meningkatkan
patogenitas
Klebsiella
pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL (Extended Spektrum Beta
Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan
bakteri kebal dan menjadi sulit dilumpuhkan.
Cara penularan ( infeksi ) dari Klebsiella pneumonia pada pasien rawat inap dapat
melalui 3 cara, yaitu :
1. Aspirasi cairan gaster atau orofaring yang mengandung koloni kuman patogen.
2. Penyebaran kuman secara hematogen ke paru
3. Penyebaran melalui udara oleh aerosol atau droplet yang mengandung mikroba.
F. Daerah penyebaran
Jika bakteri Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca beserta penyakitnya tersebar
luas di seluruh penjuru dunia, lain halnya dengan Klebsiella rhinoscleromatis. Bakteri penyebab
penyakit rhinoschleroma ini tidak ada di Amerika Serikat. Ia hanya ada di Eropa timur, Asia
selatan, Afrika tengah, dan Amerika latin. Hal ini terjadi karena bakteri Klebsiella
pneumoniae dan Klebsiella oxytoca banyak terdapat di negara-negara miskin yang mempunyai
lingkungan jelek.
G. Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri golongan
Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis spesies Klebsiella-nya
masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan penampakan
berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-paru menjadi tidak sama;
demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis); penebalan dinding mukosa; dan dahak
berdarah. Sedangkan, Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan
rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan
hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta ingus
hijau dan berbau.
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia adalah napas cepat dan
napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1
tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun.

Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak
usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat
berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat
minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding
dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk, perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh lebih dari
38 C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial,
bronkhi dan leukosit lebih dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
Pada pasien usia lanjut atau pasien dengan respon imun rendah, gejala pneumonia tidak
khas, yaitu berupa gejala non pernafasan seperti pusing, perburukan dari penyakit yang sudah
ada sebelumnya dan pingsan. Biasanya frekuensi napas bertambah cepat dan jarang ditemukan
demam. Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya
antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxicilline, dll. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dari Klebsiella pneumoniakebal terhadap
berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat
yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
H. Patologi rhinoskleroma
Rinoskleroma terbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III. Pada stadium I,
gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis biasa. Dimulai dengan keluarnya
cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung yang berkepanjangan, kemudian diikuti
dengan pengeluaran cairan mukopurulen berbau busuk yang dapat mengakibatkan gangguan
penciuman.
Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini terjadi pertumbuhan
yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang tampak sebagai bintil di
permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini bergabung menjadi satu massa bintil yang sangat besar,
mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi padat seperti tulang rawan.
Kemudian membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke depan (anterior). Sedangkan pada
stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk struktur jaringan lunak. Jaringan ini bisa
menyempitkan jalan napas. Proses yang sama seperti di hidung dapat juga terjadi pada mulut,
tenggorokan, dan paru-paru.
I. Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik, khususnya
antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.
Contoh antibiotik tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 % terhadap
siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella pneumonia kebal terhadap
berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian untuk menemukan obat
yang tepat untuk menghambat aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain di
samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri yang menimbulkan penyakit
infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang kronis dan endemik di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena mempunyai dua tipe
antigen pada permukaan selnya :
1. Antigen
2. Antegen K
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bahaya dari Klebsiella dan
dapat mengobati atau minimalkan terjadinya penyakit yang ditimbulkan oleh Klebsiella sedini
mungkin.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trichomonas vaginalis adalah protozoa parasit yang menginfeksi saluran urogenital
baik perempuan dan laki-laki di seluruh dunia. Trichomoniasis, yang disebabkan oleh T
vaginalis, adalah yang paling umum infeksi menular seksual (IMS) hari ini, dengan kejadian
tahunan lebih dari 170 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari delapan juta wanita terinfeksi
vaginalis T di Amerika Utara saja . Meskipun pernah dianggap sebagai infeksi gangguan, T
vaginalis pada wanita sejak itu telah dikaitkan dengan peningkatan kejadian postpartum demam
berkepanjangan dan endometritis, ketuban pecah dini dan perubahan morfologi sel di sitologi
serviks. Meskipun biasanya merupakan penyakit tanpa gejala pada laki-laki, T vaginalis telah
dikaitkan dengan 5% sampai 15% dari kasus uretritis nongonococcal. Angka-angka ini mungkin
lebih tinggi pada pria dengan uretritis nongonococcal yang telah gagal terapi tetrasiklin dan
eritromisin. T vaginalis juga telah dikaitkan dengan epididimitis, prostatitis dan balanitis.

Organisme ini sekarang telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi penularan HIV,
dan disarankan bahwa parasit ini dapat meningkatkan ibu-ke-bayi penularan HIV. Meningkatnya
penularan ini pada wanita diyakini karena denution dari epitel servikovaginal bersama dengan
akumulasi limfosit CD4 dan makrofag pada tempat infeksi, yang dapat memberikan kolam sel
HIV-rentan atau terinfeksi HIV. Dua puluh lima persen dari mahasiswa di Nigeria diuji positif
untuk T vaginalis dan sampai 20% dari wanita hamil di Amerika Serikat (AS) adalah biakan
positif - Data ini mendukung prevalensi T vaginalis. Karena dampaknya terhadap ketuban pecah
dini dan tingkat kelahiran yang rendah, T vaginalis dianggap menjadi penyebab signifikan
morbiditas neonatal di Amerika Serikat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah klasifikasi dari Tricomonas Vaginalis
2. Jelaskan struktur genom dari tricomonas Vaginalis
3. Bagaimanakah struktur sel dan metabolisme dari Tricomonas Vaginalis
4. Jelaskan Morfologi dan Diagnosa dari Tricomonas Vaginalis
5. Apa yang dimaksud dengan Patologi Tricomonas Vaginalis
6. Bagaimanakah pengobatan dan pencegahan dari Trikomoniasis

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui klasifikasi Tricomonas Vaginalis
2. Agar dapat mengetahui struktur genom dari tricomonas Vaginalis
3. Agar dapat menjelaskan struktur sel dan metabolisme dari Tricomonas
4. Agar dapat mengetahui Morfologi dan Diagnosa dari Tricomonas

Vaginalis

Vaginalis

5. Agar dapat menjelaskan Patologi Tricomonas Vaginalis


6. Agar dapat mengetahui pengobatan dan pencegahan dari Trikomoniasis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Tricomonas Vaginalis


Trichomonas

vaginalis

adalah

anaerobik,

protozoa

flagellated,

bentuk

mikroorganisme. Parasit mikroorganisme adalah agen penyebab trikomoniasis, dan yang paling
umum infeksi protozoa patogen manusia di negara-negara industri. Tingkat infeksi antara pria
dan wanita adalah sama dengan perempuan menunjukkan gejala sementara infeksi pada pria
biasanya asimptomatik.. Transmisi terjadi secara langsung karena trofozoit tidak memiliki kista.
WHO memperkirakan bahwa 160 juta kasus infeksi diperoleh setiap tahunnya di seluruh dunia.
Perkiraan untuk Amerika Utara saja adalah antara 5 dan 8 juta infeksi baru setiap tahun, dengan
tingkat estimasi kasus asimtomatik setinggi 50%. Biasanya pengobatan terdiri dari metronidazol
dan tinidazol
Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual (IMS). Hal ini kadangkadang

disebut

sebagai

trichomonas

atau

trichomoniasis,

atau

disingkat

menjadi

TV.Trikomoniasis adalah penyakit yang sangat umum menular seksual (PMS) yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis, motil sebuah, menyalahi protozoa
Gejala lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, meskipun kedua
perempuan dan laki-laki mungkin asimtomatik. Peradangan kelamin yang berhubungan dengan
infeksi T. vaginalis memfasilitasi human immunodeficiency virus (HIV) transmisi, dan penyakit
ini juga diakui sebagai penyebab potensial dari hasil kehamilan, infertilitas pria dan wanita, dan
atipikal negara radang panggul.
Menurut Donne 1836 klasifikasi ilmiah Trichomonas vaginalis adalah :
Domain: Eukarya
Filum : Metamonada
Kelas : Parabasalia
Order : Trichomonadida
Genus : Trichomonas

Spesies: T. vaginalis
nama binomial :
Trichomonas vaginalis.

2.2 Struktur Genom


T. vaginalis genom parabasalid pertama yang dijelaskan. Genomnya adalah sekitar
160 megabases dalam ukuran dengan setidaknya 65% dari mengulangi dan elemen transposabel.
Satu set inti 60.000 gen protein-coding diidentifikasi, yang berarti T. vaginalis memiliki salah
satu coding kapasitas tertinggi di antara eukariota. Intron ditemukan di 65 gen, RNA transfer
yang ditemukan untuk semua dua puluh asam amino, dan sekitar 250 DNA ribosom
diidentifikasi dalam genom ini. Ada enam kromosom di T. vaginalis. Sebuah penemuan yang
menarik adalah bahwa mesin transkripsi eukariot ini muncul lebih metazoan dari protozoa.
Genom ini juga menunjukkan terdapat 152 kasus transfer gen prokariot-to-eukariot lateral yang
mungkin. Genom membantu dengan penemuan jalur metabolisme yang tidak diketahui,
klasifikasi mekanisme patogen, dan identifikasi fungsi yang tidak diketahui organel di T.
Vaginalis.

2.3 Struktur Sel dan Metabolisme


Trichomonas vaginalis bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dengan rata-rata lama
10m dan lebar 7m. Munculnya protozoa ini diubah oleh kondisi physiochemical. Dalam kultur
murni, bentuknya lebih seragam seperti berbentuk buah pir atau oval. Sebagai parasit, tampaknya
lebih amoeboid ketika melekat pada sel epitel vagina. Ini memiliki lima flagella-empat di
antaranya berada di anterior dan flagela lainnya yang tergabung dalam membran bergelombang.
Flagela dan membran bergelombang berkontribusi terhadap motilitasnya. Dalam kondisi
pertumbuhan yang tidak menguntungkan, trichomonad dapat mengumpulkan dan internalisasi
flagela nya. Sitoskeleton terbuat dari tubulin dan aktin serat. Inti, dikelilingi oleh amplop nuklir
berpori, terletak di ujung anterior. Sebuah hialin tipis, batang-seperti struktur yang disebut
axostyle dimulai pada nukleus dan membagi protozoa longitudinal. Ini menjorok melalui bagian

posterior protozoa, berakhir di titik yang tajam. Axostyle membantu jangkar protozoa ke sel
epitel vagina. T. vaginalis ada sebagai trophozite dan tidak memiliki tahap fibrosis. Struktur
menarik trichomonad ini hydrogenosome nya yang memainkan peranan penting dalam
metabolisme.
Sumber energi utama T. vaginalis berasal dari metabolisme karbohidrat fermentasi
bawah kedua kondisi anaerobik dan aerobik. Produk meliputi asetat, laktat, malat, gliserol, CO2,
dan H2 (di bawah kondisi anaerob). Metabolisme terjadi dalam sitoplasma di mana glukosa
diubah menjadi phosphoenolpyruvate dan kemudian menjadi piruvat, dan dalam hydrogenosome
ganda membraned. Hydrogenosome adalah situs oksidasi fermentasi piruvat. Hal ini juga
menghasilkan ATP oleh fosforilasi tingkat substrat, menghasilkan hidrogen, dan proses setengah
dari karbohidrat dari sel. Metabolisme T. vaginalis sangat menyerupai bakteri anaerob dari
bakteri aerobik. Trichomonad dapat beradaptasi metabolisme menurut sumber karbon yang
tersedia. Ia memiliki energi pemeliharaan tinggi, menggunakan sampai setengah dari karbon
untuk mempertahankan homeostasis internal. Hal ini penting karena lingkungan vagina selalu
berubah sehubungan dengan pH, hormon, dan pasokan hara. Jika ada sumber membatasi karbon,
T. vaginalis dapat menggunakan metabolisme asam amino untuk mempertahankan pertumbuhan
dan survival.

2.4 Morfologi
T. vaginalis trofozoit berbentuk oval serta flagellated, atau "pir" berbentuk seperti
yang terlihat pada basah-gunung slide. Hal ini sedikit lebih besar dari sel darah putih, berukuran
9 X 7 m. Lima flagela muncul dekat cytostome, empat dari ini segera memperpanjang di luar sel
bersama-sama, sedangkan flagela kelima membungkus mundur sepanjang permukaan organisme.
Fungsionalitas dari flagela kelima tidak diketahui. Selain itu, proyek mencolok axostyle duriseperti seberang bundel empat flagela, axostyle dapat digunakan untuk dipasang pada permukaan
dan juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dicatat dalam infeksi trikomoniasis.
Sementara T. vaginalis tidak memiliki bentuk kista, organisme dapat bertahan

hingga 24 jam dalam urin, air mani, atau bahkan sampel air. Ini memiliki kemampuan untuk
bertahan pada fomites dengan permukaan lembab selama 1 sampai 2 jam

2.5 Diagnosa
Diagnosis

trikomoniasis

secara

tradisional

bergantung

pada

pengamatan

mikroskopik motil protozoa dari sampel vagina atau serviks dan dari sekresi uretra atau prostat.
Teknik ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1836 oleh Donne. T vaginalis dapat dibedakan atas
dasar gerakan dendeng khas. Pada kesempatan tersebut, gerakan flagellar juga dapat dicatat.
Sensitivitas tes ini bervariasi dari 38% menjadi 82% dan tergantung pada ukuran inokulum
karena kurang dari 104 organisme / mL tidak akan terlihat. Selain itu, kebutuhan untuk spesimen
untuk tetap lembab dan pengalaman pengamat adalah variabel penting. Ukuran trichomonad
yang kurang lebih sama seperti yang dari limfosit (10 pM sampai 20 pM) atau neutrofil kecil,
ketika tidak motil, trichomonad bisa sulit untuk membedakan dari inti sel epitel vagina. Motilitas
sangat tergantung pada suhu spesimen. Pada suhu kamar dalam phosphate-buffered saline,
organisme akan tetap hidup selama lebih dari 6 jam, namun motilitas organisme menjadi
signifikan dilemahkan. Pemeriksaan ini preparat basah jelas merupakan tes yang paling hemat
biaya diagnostik, tetapi kurangnya sensitivitas berkontribusi terhadap underdiagnosis penyakit.
Karena organisme yang layak diperlukan, penundaan transportasi dan penguapan air dari
spesimen mengurangi motilitas dan, akibatnya, sensitivitas diagnostik.

2.6 Patologi
T. vaginalis menyerang mukosa urogenital manusia di mana menginduksi
peradangan. Ada banyak mekanisme yang dianggap bertanggung jawab untuk sukses kolonisasi:
mengikat dan degradasi komponen dari lendir dan protein matriks ekstraseluler, mengikat sel
inang termasuk sel epitel vagina dan sel-sel kekebalan, fagositosis bakteri vagina dan sel inang,
dan endositosis protein host. T. vaginalis parasit ini juga berfungsi sebagai vektor untuk
penyebaran organisme lain, membawa patogen menempel ke permukaan mereka ke dalam tuba
tubes.

Trikomoniasis lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena pria memiliki
infeksi tanpa gejala. Bagi wanita, gejala yang berbusa, debit tipis hijau-kuning vagina, iritasi
vulvovaginal, nyeri vagina, dan kemerahan dari vagina. Perempuan juga memiliki prevalensi
lebih tinggi dari kanker serviks invasif ketika mereka memiliki trikomoniasis. Selama kehamilan,
ada peningkatan risiko bayi prematur dan berat badan rendah. Pria memiliki uretritis nongonoccocal dan prostatitis kronis. Infeksi ini telah ditemukan terkait dengan kanker prostat.
Dalam kedua jenis kelamin, ada kerentanan yang lebih tinggi terhadap HIV dan infertilitas.
Pengobatan penyakit ini pada orang yang terinfeksi HIV dapat menyebabkan penurunan
HIV.Infeksi T. Vaginalis, biasanya ditularkan secara seksual (masa inkubasi 3-28 hari). Tanda dan
gejala biasanya muncul dalam waktu satu bulan datang ke dalam kontak dengan tricomonas.
Berikut tanda atau gejala yang terjadi pada perempuan dan pria.

Perempuan

Nyeri, peradangan dan gatal-gatal di sekitar vagina. Hal ini dapat menyebabkan
ketidaknyamanan ketika berhubungan seks.

Suatu perubahan dalam vagina mungkin ada sedikit atau banyak, dan mungkin tebal atau tipis,
atau berbusa dan kuning. Anda juga mungkin memperhatikan bau aneh yang mungkin tidak
menyenangkan.

Kadang-kadang akan ada rasa sakit di daerah selangkangan, meskipun hal ini jarang terjadi

Nyeri ketika buang air.

Pria

Sebuah cairan yang keluar dari penis, yang mungkin tipis dan keputihan.

Nyeri atau sensasi terbakar, ketika melewati urin.

Kenaikan frekuensi urinations disebabkan oleh iritasi infeksi

Peradangan kulup (ini jarang terjadi).

2.7 Pengobatan
Infeksi diobati dan disembuhkan dengan metronidazole atau tinidazol. Metronidazole
biasanya akan diresepkan untuk jangka waktu 7 hari dan tinidazol sebagai kursus dua hari, yang
tampaknya memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada pilihan dosis tunggal. Obat
harus diresepkan untuk setiap pasangan seksual juga karena mereka mungkin pembawa
asimtomatik

2.8 Pencegahan

Menghindari kontak seksual dengan orang yang diketahui terinfeksi dengan STD apapun

Penggunaan kondom laki-laki atau perempuan untuk setiap episode hubungan seksual

Menghindari hubungan seksual dengan banyak pasangan

Menghindari asupan alkohol yang tinggi, yang dapat meningkatkan risiko hubungan seksual
dengan banyak pasangan dan tanpa menggunakan kondom

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trichomonas vaginalis adalah anaerobik, protozoa flagellated, bentuk mikroorganisme.
Parasit mikroorganisme adalah agen penyebab trikomoniasis, dan yang paling umum infeksi
protozoa patogen manusia di negara-negara industri. Tingkat infeksi antara pria dan wanita
adalah sama dengan perempuan menunjukkan gejala sementara infeksi pada pria biasanya

asimptomatik.. Transmisi terjadi secara langsung karena trofozoit tidak memiliki kista. WHO
memperkirakan bahwa 160 juta kasus infeksi diperoleh setiap tahunnya di seluruh dunia.
Perkiraan untuk Amerika Utara saja adalah antara 5 dan 8 juta infeksi baru setiap tahun, dengan
tingkat estimasi kasus asimtomatik setinggi 50%. Biasanya pengobatan terdiri dari metronidazol
dan tinidazol
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Hirt, R.P., Noel, C.J., Sicheritz-Ponten, T., Tachezy, J., and Fion, P-L. 2007.
Trichomonas
vaginalis surface
proteins:
a
view
from
the
genome.
Trends
in Parasitology, v. 23, p. 540-547.
Pereira-Neves, A. and Benchimol, M. 2008. Trichomonas vaginalis: In vitro
survival in
swimming pool water samples. Experimental Parasitology, v.
118, p. 438-441.
Petrin, D., Delgaty, K., Bhatt, R., and Garber, G. 1998. Clinical and
microbiological
aspects of Trichomonas vaginalis. Clinical Microbiology
Review, v. 11, p. 300-317.

MAKALAH TENTANG TRICHOMONAS VAGINALIS


Diposkan oleh EVI NURSYAFITRI on Rabu, 25 Maret 2015

DOSEN: SULASMI SKM,M.Kes


MATA KULIAH: PARASITOLOGI

MAKALAH TENTANG TRICHOMONAS VAGINALIS

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
ANGGOTA
RUSTIANA
DESI ENGGAR PRASTIWI
ASHABUL QAHFI
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2013/2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul TRICHOMONAS VAGINALIS
Makalah ini berisikan tentang informasi penyakit yang di sebabkan oleh trichomonas
vaginalis atau yang lebih khususnya membahas faktor-faktor penularan penyakit tertsebut.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
MAKASSAR,9 APRIL 2014

PENYUSUN

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
II
Daftar Isi
III
Bab 1
A.Sejarah
4
B.Tujuan
... 4
Bab II
A.Penyebaran 5
B.Taksonomi 6
C.Morfologi . 6
D.Habitat
7

E.Siklus Hidup .. 8
F.Penyebab Penyakit.. 9
G.Pencegahan 9
Bab III
A.Kesimpulan 10
B.Saran
10
Daftar Pustaka
11

BAB 1
LATAR BELAKANG

A. SEJARAH

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di traktus


genitaourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan melalui hubungan seksual, yang dapat
menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria.
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa dari super-class mastigophora (Diesing 1866),
class zoomastigophora (calkins,1909), ordo trichomonadinae (dengan genus trichomonas dan
pentratrichomonas) dan tritrichomonadinae.
Trichomonas vaginalis pertama kali dideskripsikan oleh Alfred Donne pada tanggal 1836
pada saat academi of sciences di paris. Pada saat itu dikatakan bahwa ia menemukan suatu
organisme yang disebutnya sebagai antmalcules dari secret segar vagina. Dan disepakati pada saat
itu juga organisme ini dinamakan trichomonas vaginale, oleh karena mirip dengan organisme dari
genus monas dan trichodina.
Dua tahun kemudian, Ehrenberg memastikan penemuan Donee dan memberikan nama
pada protozoa ini yaitu Trichomonas vaginalis. Selama 50 tahun selanjutnya, penelitian tentang
trichomonas vaginalis tidak begitu menarik perhatian para ilmuan. Mereka lebih tertarik mempelajari
diagnosis dan pengobatan gonorrho dan syphilis sebagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual.dan baru pada tahun 1916 Hoehnemelaporkan bahwa trichomonas vaginalis adalah suatu
flagellata yang patogenik karena ia menemukan kolpitis yang disebabkan oleh trichomonas
vaginalis. Penelitian tentang protozoa ini terus berkembang pada tahun 1943 oleh Allison.
Trichomoniasis direkomendasikan sebagai salah satu penyebab penting penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual.

B.tujuan
1. Mengetahui apa itu trichomonas vaginalis maupun habitatnya.
2. penyakit yang di sebabkan oleh parasit trichomonas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.PENYEBARAN

Trichomonas vaginalis yang di tularkan dengan jumlah cukup ke dalam vagina dapat
berkembang biak, bila flora bakteri, pH dan keadaan fisiologi vagina sesuai. Setelah berkembang
biak , terjadi degenerasi dan deskuamasi sel epitel vagina. Di sekitar vagina tedapat sedikit leukosit
dan parasit bercampur dengan sel epitel. Sekret vagina mengalir keluar vagina dan menimbulkan
gejala flour albus. Setelah lewat stadium akut, gejala berkurang dan dapat reda
sendiri. Pemeriksaan in speculo, tampak kelainan berupavaginitis, dinding vagina dan porsio
tampak merah meradang dan pada infeksi beratpendarahan-pendarahan kecil. Flour tampak
berkumpul di belakang porsio, encer atau sedikit kental pada infeksi campuran, berwarna putih
kekuning2an atau putih kelabu dan berbusa.
Keluhan lain: pruritus vagina atau vulva dan disuria (rasa pedih waktu kencing) Infeksi dapat
menjalar dan menyebabkan uretritis. Trikomoniasis pada laki-laki yang diserang terutama urethra,
kelenjar prostat, kadang-kadang preputium, vesikula seminalis dan epididimis. Pada umumnya
gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip uretritis non
gonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret urethra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya
jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas;
gatal pada urethra, disuria, dan urin
keruh pada pagi hari.
Menurut Jira, gejala trichomoniasis pada pria dapat dibagi menjadi 4 stadium, yaitu :
1. Stadium akut primer, dijumpai eksudat urethtra.
2. Stadium sub-kronik, eksudat dijumpai sangat sedikit.
3. Stadium laten, gejala klinis tidak dijumpai.
4. Stadium kronik, yang dapat berlangsung sampai beberapa tahun.

- Cara berkembangbiak

B.TAKSONOMI

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa dari super-class mastigophora (Diesing 1866),


class zoomastigophora (calkins,1909), ordo trichomonadinae (dengan genus trichomonas dan
pentratrichomonas) dan tritrichomonadinae.

C. MARFOLOGI

Trichomonas vaginalis hanya memiliki bentuk tropozoit, berukuran antara 15 - 20 x 10 ,


tidak berwarna dan bentuknya cuboid. Sitoplasmanya bergranula, terletak di sekitar custa dan
axostyle (kapak). Membran bergelombang, berakhir pada pertengahan tubuh flagella bebas.
Sitostoma tidak nyata dan hanya mempunyai nukleus.
Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya, dibelakang inti terdapat
blepharoblas sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung, di
ujungnya sebagai alat geraknya yang maju-mundur. Flagella kelima melekat ke undulating
membrane dan menjuntai kebelakang sepanjang setengah panjang tubuh protozoa ini. Sitoplasma
terdiri dari suatu struktur yang berfungsi seperti tulang yang disebut sebagai axostyle. Vakuola,
partikel, bakteri, virus, ataupun leukosit dan eritrosit (tetapi jarang) dapat ditemukan di dalam
sitoplasma
Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan fagositosis.
Makanannya adalah kuman-kuman dari sel-sel vagina dan leukosit.

D.HABITAT

Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih segar,
dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas pergerakannya. Selain dari sekret vagina yang
masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah mati, apalagi pada urine bisa
terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita untuk membedakannya.
Pada wanita, Trichominiasis menyebabkan vaginitis (radang vagina) dengan fluor albus yang
berwarna putih seperti cream dan berbuih. Bagian vulva dan cervic bisa mengalami peradangan.

Sedangkan pada pria jarang menunjukkan tanda yang jelas, tetapi dapat pula terjadi uretritis dan
prostatitis. Pria biasanya mendapatkan infeksi ini dari hubungan seksual dengan wanita yang
terinfeksi trichomonas vaginalis.

E.SIKLUS HIDUP
Perkembangbiakannya dengan cara berkembang biak secara belah pasang longitudinal dan
inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang
optimum. Jadi tidak heran bila dalam beberapa hari saja protozoa ini dapat berkembang mencapai
jutaan. Tidak seperti protozoa lainnya, trichomonas tidak memiliki bentuk kista. Sel-sel trichomonas
vaginalis memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis.
Untuk dapat hidup dan berkembang biak, trichomonas vaginalis membutuhkan kondisi
lingkungan yang konstan dengan temperatur sekitar 35-37C, hidup pada Ph diatas 5,5- 7,5. Sangat
sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati bila
diletakkan di air atau di keringkan. Meskipun penularan trichomonas vaginalis secara non-venereal
sangat jarang, ternyata organisme dapat hidup beberapa jam dilingkungan yang sesuai dengan
lingkungannya.
Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antara sel-sel epitel dan
leukosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang.
Parasit ini mati pada suhu 500C, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 00C. Dalam
biakan, parasit ini mati pada pH < 4,9, (pH vagina 3,8 - 4,4) dan tahan terhadap desinfektans dan
antibiotik.

F. Penyebab penyakit
Pada wanita, Trichominiasis menyebabkan vaginitis (radang vagina) dengan fluor albus yang
berwarna putih seperti cream dan berbuih. Bagian vulva dan cervic bisa mengalami peradangan.
Sedangkan pada pria jarang menunjukkan tanda yang jelas, tetapi dapat pula terjadi uretritis dan
prostatitis. Pria biasanya mendapatkan infeksi ini dari hubungan seksual dengan wanita yang
terinfeksi trichomonas vaginalis.
-gejala yang ditimbulkan
Trichomonas vaginalis hidup pada bagian bawah sel kelamin wanita, uretra dan prostate (pria)
mereflikasi dengan cara binary fission
tidak dapat hidup dilingkungan luar.
Penularan utama melalui hubungan sex

G. Pencegahan
Pencegahan infeksi yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis dapat dilakukan dengan:

Penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien dan masyarakat umumnya tentang infeksi ini.

Diagnosis dan penanganan yang tepat pada pasangan penderita tricomoniasis.

Pemakaian kondom dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah tertularnya pasangan
seksual terhadap infeksi ini.

Tidak berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Dan apabila salah satu pasangan
menderita tricomoniasis, maka sebaiknya pengobatan diberikan kepada kedua orang pasangan
tersebut.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di traktus
genitaourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan melalui hubungan seksual, yang dapat
menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria.
Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih segar,
dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas pergerakannya. Selain dari sekret vagina yang
masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah mati, apalagi pada urine bisa
terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita untuk membedakannya.
Pada wanita, Trichominiasis menyebabkan vaginitis (radang vagina) dengan fluor albus yang
berwarna putih seperti cream dan berbuih. Bagian vulva dan cervic bisa mengalami peradangan.
Sedangkan pada pria jarang menunjukkan tanda yang jelas, tetapi dapat pula terjadi uretritis dan
prostatitis. Pria biasanya mendapatkan infeksi ini dari hubungan seksual dengan wanita yang
terinfeksi trichomonas vaginalis.

B.SARAN
Hindari hubungan seksual secara bebas ataupun orang yang terinfeksi dengan
trichomonas serta menjaga kebersihan terutama di bagian alat reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Hhtp//trichomonas vaginalis.com di akses pada tanggal 08-04-2014

Anda mungkin juga menyukai