Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klebsiella merupakan sebuah genus yang dapat mengubah tempat, merupakan
bakteri gram negatif bentuk batang, bakteri dengan terkemuka polis akan berbaris
kapsul. Frequent manusia patogen organisme yang menyebabkan berbagai penyakit
terutama pneumonia, ISK, keracunan darah, spondilis dan jaringan lunak infeksi
( Carpenter, 1990 ).
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl
Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu
penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander adalah
orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia dari paruparu orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya, Klebsiella
pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella pneumonia adalah
bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong
bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan
kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif
anaerob ( Jawetz, 1996 ).
Hans Christian Gram seorang Ilmuwan berkebangsaan Denmark yang hidup
pada ( 1853 1938 ) .Untuk pertama kali beliau berhasil memperkenalkan cara
pewarnaan bakteri secara gram,dan berhasil mengamati Klebsiella pneumonia dan
Streptococcus pneumonia pada tahun 1884.Kemudian bakteri tersebut berhasil di
identifikasi oleh seorang ahli Bakteriologi berkebangsaan jerman bernama Edwin
Klebs, yang hidup pada tahun ( 1831 1913 ) yang kemudian memperkenalkan
Bakteri ini,dan diberi nama Klebsiella sesuai namanya ( Jawetz, 1996 ).
Bakteri ini berasal dari family Enterobacteriaceae. Klebsiella pertama kali
diteliti dan diberi nama oleh bacteriologist Jerman yang bernama Edwin Klebs
(1834-1913). Koloni Klebsiella besar sangat mukoid dan cenderung besatu bila
lama dieramkan. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini antara lain adalah
bronkopneumoniae dan pneumonia bakteri gram negatif. Hampir semua pneumonia
disebabkan oleh bakteri ini. Klebsiellapneumonia terdapat dalam saluran nafasdan
feses sekitar 5 % orang normal dan dapat menyebabkan pneumonia bacterial.
Sampai saat ini para ahli masih banyak melakukan penelitian mengenai obat apa
yang cocok untuk menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiellapneumoniae ini.
Ada artikel yang menerangkan bahwa daya antimikroba kombinasi ampisilin dan
klorampenikol

dapat

menghambat

pertumbuhan

bakteri

penyebab

bronkopneumoniae pada anak kecil tersebut. Hal itu dapat dilihat dari nilai
1

konsentrasi hambat minimal (KHM) antibiotic yang digunakan. Sampai saat ini
belum ada pengobatan yang spesifik untuk menangani mikroba ini ( Gani, 2003 ).

B. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pada tujuan yang dilakukannya
identifikasi. Selai dari tujuan tidak akan di bahas dalam laporan ini.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah klafikasi dari Klebsiella spp ?
2. Bagaimana bentuk dan morfologi dari Klebsiella spp ?
3. Bagaimana sifat biakan Klebsiella ssp ?
4. Apa saja struktur antigen dari Klebsiella ssp ?
5. Penyakit apa saja yang ditimbulkan oleh Klebsiella spp?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi bakteri Klebsiella spp
2. Untuk mengetahui morfologi bakteri Klebsiella spp
3. Untuk mengetahui sifat biakan bakteri Klebsiella spp
4. Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan bakteri Klebsiella spp
E. Manfaat
a. Bagi Instansi
b. Bagi Peneliti

: Untuk menambah referensi tentang Bakteriologi.


: Untuk menambah kemampuan tentang cara identifikasi
bakteri Klebsiella.
c. Bagi Masyarakat : Untuk menambah pengetahuan tentang identifikasi bakteri
Klebsiella.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
A. Morfologi
Berbentuk batang, Gram negatif, bersifat Aerob fakultatif, tidak mampu
berbentuk spora, tidak dapat bergerak dengan bebas dan mempunyai kapsul
yang tersusun dari polisakarida sehingga dengan mudah dapat mengikat
lipoprotein untuk membentuk lipopolisakarida yang berfungsi sebagai
patogenitas bakteri ini.
2

Morfologi khas dari Klebsiella dapat dilihat dalam pertumbuhan padat in


vitro tetapi morfologinya sangat bervariasi dalam bahan klinik. Biasanya
Klebsiella simpainya besar dan teratur. Selain itu Klebsiela koloninya besar,
sangat mukoid dancenderung bersatu apabila dieramkan. Anggota dari genus
Klebsiella memiliki struktur antigenyang kompleks. Lebih khususnya, amggota
genus Klebsiella memiliki 2 tipe antigen pada permukaan sel. Yang pertama
adalah antigen O yang merupakan bagian terluar darilipopolisakarida dinding sel
dan terdiri atas unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida Ospesifik mengandung gula yang unik. Antigen O tahan terhadap panas
danalcohol dan biasanya dideteksi dengan aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap
antigen O terutamaadalah IgM. Yang kedua adalah antigen K. Antigen K ini
berada di luar antigen O danmerupakan suatu capsular polysacharida. Antigen K
dapat mengganggu aglutinasi melaluiantiserum O dan berhubungan dengan
virulensi.Klebsiella mempunyai simpai besar yang terdiriatas polisakarida
(antigen K) yang menutupi antigen somatic (O atau H) dan dapat dikenalidengan
pembengkakan simpai melalui tes pembengkakan simpai dengan antiserum
khusus.
B. Klasifikasi
Kingdom

:Bacteria

Phylum

:Proteobacteria

Class

:Gamma Proteobacteria

Orde

: Enterobacteriale

Famili

: Enterobacteriaceae

Genus

: Klebsiella

Spesies

: Klebsiella pneumoniae
Klebsiella ozaenae
Klebsiella rhinoscleromatis
Klebsiella pneumonia pertama kali ditemukan oleh Carl Friedlander. Carl

Friedlander adalah patologis dan mikrobiologis dari Jerman yang membantu


penemuan bakteri penyebab pneumonia pada tahun 1882. Carl Friedlander
adalah orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri Klebsiella pneumonia
dari paru-paru orang yang meninggal karena pneumonia. Karena jasanya,
Klebsiella pneumonia sering pula disebut bakteri Friedlander. Klebsiella
pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil).
Klebsiella pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat melakukan pergerakan

(non motil). Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, Klebsiella pneumonia


merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Klebsiella pneumonia menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi
tempat lain di samping saluran pernafasan. Klebsiella merupakan suatu bakteri
yang menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (hidung) yang
kronis dan endemik di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bakteri ini diberi
nama berdasarkan penemunya, yaitu Edwin Klebs, seorang ahli mikrobiologi
Jerman di abad ke-19. Bakteri genus Klebsiella termasuk ke dalam suku
Klebsiellae, anggota famili Enterobacteriaceae ( Gani, 2003 ).
Klebsiella pneumonia/Fridlander bacillus ditemukan di dalam hidung,
flora normal usus dan akan patogen bila menderita penyakit lain (penyakit paruparu yang kronis).
1. Klebsiella ozaena penyebab penyakit azoena : mukosa hidung menjadi
atrpopis progresif dan berlendir serta berbau amis
2. Klebsiella rhinoscleromatis : penyebab penyakit rhinocleloma yaitu penyakit
menahun berupa granula dengan tanda-tanda sclerosis dan hipertropi jaringan
dan menyebabkan kerusakan hidung dan farings.
3. Klebsiella aerogenes/Aerobacter aerogenes
Kuman ini mempunyai sifat sama dengan E. coli, terdapat di air, tanah, sampah
dan lain sebagainya.
Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan
indol, lebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella
pneumonia dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumonia banyak ditemukan di
mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari Klebsiella pneumonia adalah
di tanah. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella pneumonia dapat berupa
pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia komuniti
atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di dapatkan dari
masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan
pneumonia nosomikal atau hospitality acquired pneumonia, yang berarti
penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat pasien berada di rumah sakit atau
tempat pelayanan kesehatan.
C. Patogenitas atau Manifestasi Klinis
Melalui saluran pernafasan bagian atas bakteri masuk ke jaringan paru,
terjadi penghancuran jaringan, terbentuk daerah purulen dan nekrosis parenkim

paru, terjadi abses paru, bronkiektasis, bakteri masuk aliran darah, septicemia,
abses liver.
1.
Kapsul memiliki kemampuan untuk mempertahankan organisme
2.

terhadap fagositosis dan pembunuhan oleh serum normal.


Galur yang berkapsul lebih virulen daripada galur yang berkapsul ( pada

3.

hewan percobaan).
Tidak ada toksin selain endotoksin yang berperan pada infeksi
oportunistik
Galur Klebsiella pneumoniae ada yang memproduksi enterotoksin
(pernah diisolasi dari penderita tropical sprue) toksin ini mirip dengan ST
(tahan panas) dan LT (heat-labile enterotoksin) dari E.coli, kemampuan
memproduksi

toksin

ini

diperantarai

oleh

plasmid

Klebsiella

pneumoniae. Menyebabkan pneumonia dapat menginfeksi tempat lain


disamping saluran pernafasan.Bakteri ini sering menimbulkan pada
traktus urinarius karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia
pada penderita diabetes mellitus atau pecandu alcohol. Gejala pneumonia
yang disebabkan oleh bakteri ini berupa gejala demam akut, malaise
(lesu), dan batuk kering, kemudian batuknya menjadi produktif dan
menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah). Bila penyakitnya
berlanjut akan terjadi abses nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan
vibrosis paru-paru.
D. Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella
Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri
golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan
jenis spesies Klebsiella-nya masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella

pneumoniae

yang

menyebabkan

penyakit

paru-paru

memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri


dan kanan paru-paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk
(bronkhitis);

penebalan

Sedangkan, Klebsiella

dinding

mukosa;

rhinoscleromatis

dan

dan Klebsiella

dahak

berdarah.

ozaenae

yang

menyebabkan rinoschleroma dan ozaena memberikan gejala pembentukan


granul (bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan
(terutama hidung), sakit kepala, serta ingus hijau dan berbau.
Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsiella pneumonia adalah
napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas
napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih
pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau
5

lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pneumonia Berat
ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest
indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok
usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran
bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk
anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan
sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada
dinding dada sebelah bawah ke dalam, batuk-batuk, perubahan karakteristik
dahak, suhu tubuh lebih dari 38 C. Gejala yang lain, yaitu apabila pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara napas bronkhial, bronkhi dan leukosit lebih
dari 10.000 atau kurang dari 4500/uL.
E. Patologi rhinoskleroma
Rinoskleroma terbagi menjadi tiga stadium, yaitu stadium I, II, dan III.
Pada stadium I, gejala-gelaja yang dirasakan penderita tidak khas, seperti rinitis
biasa. Dimulai dengan keluarnya cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan
hidung yang berkepanjangan, kemudian diikuti dengan pengeluaran cairan
mukopurulen berbau busuk yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman.
Stadium II ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Pada stadium ini
terjadi pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa
hidung yang tampak sebagai bintil di permukaan hidung. Lama-lama, bintil ini
bergabung menjadi satu massa bintil yang sangat besar, mudah berdarah,
kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi padat seperti tulang rawan.
Kemudian membesar ke arah posterior (belakang) maupun ke depan (anterior).
Sedangkan pada stadium III, massa secara perlahan-lahan membentuk struktur
jaringan lunak. Jaringan ini bisa menyempitkan jalan napas. Proses yang sama
seperti di hidung dapat juga terjadi pada mulut, tenggorokan, dan paru-paru.
F.

Pengobatan
Beberapa jenis Klebsiella pneumonia dapat diobati dengan antibiotik,
khususnya antibiotik yang mengandung cincin beta-laktam.Contoh antibiotik
tersebut adalah ampicillin, carbenicillin, amoxiciline, dll. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa Klebsiella pneumonia memiliki sensitivitas 98,4% terhadap
meropenem, 98,2% terhadap imipenem, 92,5% terhadap kloramfenikol, 80 %
terhadap siprofloksasin, dan 2% terhadap ampisilin. Strain baru dan Klebsiella
pneumonia kebal terhadap berbagai jenis antibiotik dan sampai sekarang masih
dilakukan penelitian untuk menemukan obat yang tepat untuk menghambat
aktivitas atau bahkan membunuh bakteri tersebut.
6

G. Sifat Pembenihan
1. Pada Media Plate
Mudah di biakan di media sederhana (Bouillon Agar),Pada media
padat tumbuh dengan koloni mucoid (24 jam) ,putih keabu abuan
,besar,Permukaan mengkilat ,pH untuk hidup 6,0-7,8 dan suhu 35oC
2. Pada biokimia Reaksi
Memecah karbohidrat menjadi asam dan gas :Laktosa,sukrosa,
maltosa,manosa, glukosa, MR (+), VP (-/+), dan lambat memecah urea.

BAB III
METODOLOGI
A. Tempat Praktikum
B. Waktu Praktikum
C. Alat& Bahan

: Laboratorium Media dan Bakteriologi


: Tanggal 2014

Adapun alat yang digunakan untuk pemeriksaan Identifikasi Klebsiella yaitu :


ose bulat, ose jarum, rak tabung, korek api, lampu spirtus.
Berikut ini adalah bahan yang digunakan pada pemeriksaan Identifikasi
Klebsiella : suspensi kuman, media MCA (Mac Conkey Agar) EMB (Eosin
Methylen Blue ), media Biokimia Reaksi.
D. Prosedur & Skema Kerja
7

Prosedur :
1. Hari Pertama
a) Pembuatan media (MCA,EMB, Biokimia Reaksi)
b) Dilakukan penanaman pada media pemupuk Bouillon
c) Cara inokulasi :
1. Semua alat dan bahan dimasukkan dalam inkas
2. Dipanaskan ose bulat hingga membara kemudian didinginkan
3. Diambil kuman dari suspensi kuman
4. Ditanamkan di media Boillon dengan cara mengaduk ngadukkan
pada media Boillon
d) Diinkubasi 37 C selama 24 jam.
2. Hari Kedua
a) Dari media pemupuk dilakukan inokulasi pada media MCA dan EMB
b) Cara Inokulasi :
a. Disiapkan alat dan bahan seperti ose bulat, lampu spirtus, korek api
dimasukkan dalam inkas
b. Media MCA,EMB dalam 1 plate dibagi menjadi 3 untuk melihat
pertumbuhan koloni bakteri yang terpisah
c. Ose bulat dipanaskan hingga membara kemudian didinginkan
d. Diambil 1 mata ose kuman dari media NB, sebelum dan sesudah
mengambil kuman mulut tabung diflaming
e. Dari 1 mata ose tersebut ditanamkan ke media MCA dan EMB dari
bagian A selanjutnya ke B dan selanjutnya ke C
f. Penanaman dilakukan dengan cara distreak zig zag
g. Sebelum dan sesudah melakukan penanaman media plate diflaming
h. Ose bulat dipanaskan lagi sampai membara dan dibiarkan dingin
c) Diinkubasi 37 C selama 24 jam.
3. Hari Ketiga
a) Dilihat hasil dari media MCA
b) Dilanjutkan dengan pewarnaan Gram :
Cara pewarnaan Gram
a. Sediaan digenangi dengan Gram 1 (gentian violet) selama 3 5 menit
b. Dicuci dengan air kran
c. Digenangi dengan Gram 2 (Lugol) selama 1 2 menit
d. Cat dibuang
e. Digenangi dengan Gram 3 (Alkohol 70%) dibiarkan 10 15 detik
f. Cat dibuang
g. Digenangi dengan Gram 4 (Fuchsin) dibiarkan 3 5 menit
h. Cat dibuang dan dicuci dengan air kran
i. Diperiksa di bawah mikroskop pembesaran 100 kali
8

c) Dilanjutkan dengan pewarnaan kapsul metode burrygines


Cara pewarnaan burrygines
a. Dibuat suspensi kuman pada objek glass
b. Diteteskan 1 tetes cat indian ink dan di buat hapusan
c. Sediaan dikeringkan
d. Digenangi dengan cat fuchsin selama 2 menit lalu cuci.
e. Diperiksa di bawawah mikroskop pembesaran 100 kali.
d) Diinokulasikan pada media Biokimia Reaksi,
e) Cara inokulasi :
Cara inokulasi pada media Gula gula, VP, MR dan Indol:
a. Diambil 1 mata ose kuman dengan ose bulat steril dari media MCA
b. Diaduk adukkan pada media gula gula, VP, MR maupun Indol
NB : 1 mata ose kuman boleh digunakan untuk 2 media
c. Untuk melanjutkan diulangi dengan memanaskan ose bulat hingga
membara kemudian didinginkan
d. Diambil lagi 1 mata ose kuman dan kemudian ditanamkan pada media
selanjutnya
Cara inokulasi pada media Citrat dan Urea
a. Diambil 1 mata ose kuman dengan ose bulat steril dari media
Cenrimide, PAP, PAF atau MCA
b. Dilakukan penanaman pada media citrat dan urea dengan cara distreak
dengan ose bulat tersebut secara zig zag dari bawah ke atas lereng
c. Sebelum dan sesudah mengambil kuman tabung diflaming
Cara inokulasi pada media KIA
a. Diambil 1 mata ose kuman dengan ose jarum steril dari media
Cenrimide, PAP, PAF atau MCA
b. Dilakukan penanaman pada media KIA dengan cara distreak terlebih
dahulu dari dasar ke lereng kemudian ditusukkan sampai ke dasar
tabung
Cara inokulasi pada media Motil
a. Diambil 1 mata ose kuman dengan ose jarum steril dari media
Cenrimide, PAP, PAF atau MCA
b. Dilakukan penanaman pada media motil dengan cara ditusukkan ose
jarum hingga ke dasar tabung
Di Inkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam
4. Hari Keempat
9

a) Pembacaan hasil dari media Biokimia Reaksi


b) Dilakukan identifikasi

Skema :
Sampel
Boillon, Ink. 37 C 24 jam
(Mac Conkey)

Eosin Methilen Blue (EMB)

Koloni : Besar

Koloni : Besar

Warna : Merah

Warna : Merah mata ikan

Ferm : Laktosa +

Frem : Laktosa dan sukrosa +

Konsistensi :Semi mucoid

Konsistensi : mucoid

Pewarnaan Gram dan Pewarnaan kapsul


KIA Ink. 37 C 24 jam
10

Lereng : Acid
Dasar : Acid
H2S : Gas : +
Biokimia Reaksi Ink. 37 C 24 jam
Identifikasi
IMVIC :--++

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1) ISOLASI
Bahan pemeriksaan ditanam pada media MCA
Dieramkan pada suhu 37 C selama 24 jam.
Hasil pembiakan :
a. Dari media MCA
Bentuk

: Bulat

Ukuran

: Besar

Warna

: Merah

Tepi

: Rata

Permukaan : Cembung
Fermentasi : Laktosa +
Konsistensi : Semi mucoid
Dari media MCA dilakukan pewarnaan Gram
11

Bentuk

: batang

Susunan

: menyebar

Warna

: merah

Sifat

: Gram

b. Dari media EMB


Bentuk

: Bulat

Ukuran

: Besar

Warna

: Merah

Tepi

: Rata

Fermentasi : Laktosa dan Sukrosa +


Permukaan : Cembung
Konsistensi : Mucoid
Dari Media EMB dilakukan pewarnaan kapsul
Bentuk

: batang

Warna bakteri : merah


Warna kapsul : terang
Susunan

: menyebar

Sifat

: berkabsul

Latar belakang: gelap


a. UJI BIOKIMIA REAKSI
a. Indol

: - (tidak terbentuk cincin merah)

b. Glukosa : (+) (terbentuk gas dan memfermentasi karbohidrat)


c. Laktosa

: (+) (terbentuk gas dan memfermentasi karbohidrat)

d. Maltosa

: (+) (terbentuk gas dan memfermentasi karbohidrat)

e. Manosa

: (+) (terbentuk gas dan memfermentasi karbohidrat)

f. Sukrosa

: (+) (terbentuk gas dan memfermentasi karbohidrat)

g. VP

: - ( tidak terbentuk cincin merah)

h. MR

: + ( terbentuk cincin merah)

i. Motil

: - (tidak adanya kabut disekitar tusukan)

j. Citrat

: +( menggunakan citrate sebagai sumber karbon)

k. Urea

: - ( tidak menghasilkan NH3 dan CO2)

l. KIA

: Lereng

= Acid
12

Dasar

= Acid

Gas

=+

H2S

= -

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan hasil pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa dari jenis
Pemeriksaan Identifikasi Salmonella ditemukan bakteri klebsiella spp.
B. SARAN
1. Sebaiknya praktikan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum
melakukan pemeriksaan,
2. Pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur yang ada.
3. Jagalah kebersihan.
4. Membuat media harus tepat sesuai perhitungan.
5. Harus teliti dalam pembacaan hasil.
6. Harus teliti dalam mengambil reagen.
7. Saat menanam media pastiak alat yang digunakan steril.
8. Jangan memasukan kepala kedalam inkubator tanpa menggunakan APD.

13

DAFTAR PUSTAKA
Carpenter, J.L., 1990, Klebsiella pulmonary infections: occurrence at one medical
center and review, Rev Infect Dis
Jawetz, E., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Rahardja, F., 2006, Efek Kombinasi Ampisilin dan Klorampenikol Terhadap
Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumonia,Departemen Farmasi
ITB;Bandung
Gani, A. 2003, Mikrobiologi sederhana. Media utama, Surabaya

14

LAMPIRAN
PEMBUATAN MEDIA PADA PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI KUMAN
Klebsiella spp

1. Media MCA
a. Perhitungan :
1. 100 ml untuk 6 plate
2. Jadi 100/6 x 6 plate = 100 ml
3. Standart 50/1000 x 100 = 5 gram
b. Cara pembuatan :
1. Ditimbang agar sebanyak 5 gram
2. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml
3. Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 100 ml
4. Dipanaskan di api bunsen
5. Di pH Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
Keluar dari autocave dituang ke 6 plate yang telah disterilkan di oven
6. Tunggu beku dan simpan di kulkas
2. Media Boillon
a. Perhitungan :
1. Pertabung 2 ml, jadi 2 x 6 = 12 ml
2. Standart 8/1000 x 12 ml = 0,1 gram
b. Cara pembuatan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ditimbang media boillon sebanyak 0,1 gram


Dimasukkan dalam beakerglass 100 ml
Ditambahkan aquadest sebanyak 12 ml
Diaduk hingga homogen
Di pH
Dituang pada 6 tabung reaksi masing masing 2 ml
Ditutup dengan kapas dan dibungkus
Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
Keluar dari autoclave pembungkus diganti dan disimpan di dalam kulkas

3. Media Indol
a. Perhitungan :
1. Untuk 6 tabung @2,5 ml = 15 ml
2. Untuk pelarut gula gula = 3 x 5x 6 = 120 ml
3. Total ml yang dibuat adalah 135 ml
15

4. Pepton 25,5/1000 x 135 ml = 3,4 gram


5. NaCl 5/1000 x 135 ml = 0,7 gram
b.Cara pembuatan :
1. Ditimbang pepton sebanyak 3,4 gram dan NaCl sebanyak 0,7 gram
2. Dimasukkan dalam beakerglass 200 ml
3. Dilarutkan dengan diaduk atau dengan menggunakan magnetik steerer selam
4.
5.
6.
7.
8.

beberapa menit hingga larut


Di pH
Diambil 120 ml sebgai pelarut media gula gula
Dituang sisanya sebanyak 15 ml ke 6 tabung khan
Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
Keluar dari autoclave pembungkus diganti dan disimpan di dalam kulkas

4. Gula gula
a.Perhitungan :
1. Pertabung sebanyak 4 ml jadi 6 x 4 = 24 ml
2. Standart 1 /100 x 24 = 0,2 gram
3. BTB 1/100 x 24 = 0,24 ml
b.Cara pembuatan :
1. Ditimbang masing masing media gula gula sebanyak 0,14 gram
2. Dimasukkan pada beakerglass 100 ml yang telah berisi dengan BTB sebanyak
3.
4.
5.
6.

0,24 ml
Dituangkan ke beakerglass yaitu pelarutnya atau indol sebanyak 24 ml
Diaduk hingga homogen
Di pH
Dituang pada tabung khan yang didalamnya telah berisi tabung durham dalam

posisi terbalik masing masing 4 ml


7. Ditutup dengan kapas
9. Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
10. Diganti pembungkusnya dan disimpan di kulkas
5. Media VP / MR
a.Perhitungan :
1. Masing masing tabung adalah 4 ml
2. Untuk media VP 4 x 6 = 24 ml
3. Untuk media MR 4 x 6 = 24 ml
4. Total yang dibuat adalah 48 ml
5. Standart 17/1000 x 48 ml = 0,8 gram
b.Cara pembuatan :
1. Ditimbang media VP atau MR sebanyak 0,8 gram
2. Dimasukkan dalam beakerglass 100 ml
3. Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 48 ml
4. Diaduk hingga homogen
5. Di pH
6. Dituang pada tabung khan sebanyak 4 ml masing masing
7. Ditutup kapas dan dibunghkus
Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm,Diganti
pembungkusnya dan disimpan di kulkas
6. Media Urea
a.Perhitungan :
1. Untuk 6 tabung @2,5 ml, jadi 6 x 2,5 ml = 15 ml
16

2. Base medium 21/1000 x 15 ml = 0,4 gram


3. Urea 2/100 x 15 = 0,3 gram
b.Cara pembuatan :
1. Disterilkan spatel, erlenmeyer, dan tabung khan di oven
2. Ditimbang base medium 0,4 gram dalam erlenmeyer yang tidak disterilkan
3. Ditambahkan aquadest 15 ml
4. Dipanaskan di api bunsen dan tunggu hingga larut
5. Di pH
6. Dibungkus dan ditutup kapas
7. Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
8. Ditimbang urea 2 % sebanyak 0,3 gram yang dilakukan secara steril dengan
lampu spirtus yang menyala spatel,erlenmeyer dan tabung khan yang steril pula
9. Dituangkan base medium setelah dari autoclave
10.
Dihomogenkan
11.
Dituang pada 11 tabung khan yang steril masing masing 2,5 ml
12.
Dimiringkan penuh selagi masih panas
13.
Ditunggu dingin
14.
Disimpan di kulkas
7.

Media KIA
a.Perhitungan :
1. Untuuk 6 tabung @ 4 ml jadi 24 ml
2. Standart 55/1000 x 24 = 1,3 gram
b.Cara pembuatan :
1. Ditimbang media KIA sebanyak 1,4 gram
2. Dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml
3. Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 24 ml
4. Dipanaskan di api bunsen tunggu hingga larut dan di pH
5. Dibungkus dan ditutup kapas
6. Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
7. Dimiringkan dengan membentuk lereng dan dasar setelah keluar dari
aotoclave

8.

Media Citrat
a.Perhitungan :
1. Untuk 11 tabung @ 2,5 ml jadi 15 ml
2. Standart 22,5/1000 x 15 ml = 0,3 gram
b.Cara pembuatan :
1.Ditimbang media Citrat sebanyak 0,3 gram
2.Dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml
3.Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 15 ml
4.Dipanaskan di api bunsen tunggu hingga larut dan di pH
5.Dibungkus dan ditutup kapas
6.Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
7.Dimiringkan dengan membentuk lereng dan dasar setelah keluar dari aotoclave

9.

Media Motil
a.Perhitungan :
1. Untuk 11 tabung @ 4ml jadi 24 ml
2. Pepton 25,5/1000 x 24 = 0,6 gram
3. NaCl 5/1000 x 24 = 0,2 gram
4. Agar 4/1000 x 24 = 0,1 gram
b.Cara pembuatan :
17

1. Ditimbang pepton sebanyak 0,6 gram, NaCl sebanyak 0,2 gram dan Agar
2.
3.
4.
5.
6.
7.

sebanyak 0,1 gram


Dimasukkan ke erlenmeyer 100 ml
Ditambahkan dengan aquadest sebanyak 24 ml ml
Dipanaskan di api bunsen tunggu hingga larut dan di pH
Dibungkus dan ditutup kapas
Di autoclave pada suhu 121 C selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm
Ditunggu beku dan diganti bungkusnya dan disimpan di kulkas

18

Anda mungkin juga menyukai