Anda di halaman 1dari 58

EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH

(Zingiber zerumbet)TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes


aegypti

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat

Sarjana kedokteran

Di susun oleh :

BIMA PRASETYA

04/174638/KU/10932

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Yesus Kristus karena atas

berkat-Nya karya tulis ini dapat diselesaikan.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih

sebesar-besarnya kepada:

1.dr.Tri Baskoro Tunggul Satoto, M.Sc, Ph.D selaku

dosen pembimbing materi yang dengan sangat sabar

membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ini.

2.Prof. DR. Dra. Mae Sri Hartati Wahyuningsug, M.Si,

Apt. Selaku dosen pembimbing metodologi yang telah

memberikan arahan dan bantuan dalam menyelesaikan

karya tulis ini.

3.Dra. Tri murini, M.Si, Apt. Selaku dosen pakar dan

dosen penguji karya tulis ini, yang juga telah

memberikan banyak masukan yang berarti demi

kesempurnaan karya tulis ini.

4.Kepala bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan ijin

kepada penulis menggunakan laboratorium demi

terlaksananya penelitian ini.

5.Kepala bagian Farmakologi dan Terapi fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah

iii
memberikan ijin kepada penulis menggunakan

laboratorium demi terlaksananya penelitian ini.

6.Para teknisi: Pak Ngakirno dan Pak Joko beserta

segenap staf Laboratorium Farmakologi dan Terapi

FK UGM serta staf Laboratorium Parasitologi FK UGM

yang telah banyak membantu penulis dalam

penelitian ini.

7.Mami Christina Rhidsy Marintan, SH dan Justin

Maleaki Erikson. Yang selalu memberikan dukungan

tanpa henti melewati segala rintangan dan masalah

selama ini sehingga penulis dapat menyelesaiakan

karya tulis ini.

8.Cah Veteran : Imam Muhtiadi, Unggul UNGI

Pribadi, Yacobus JAXO Ch Prasetyo, Caesar Ndot

Pandu Pradana, Okky Irawan, Stefanus Henry PK, dan

Arief JKT48 Yunan P. Yang telah menjadi sahabat

dalam mengarungi perkuliahan khusus dua tahun

belakangan ini.

9.Oma Hermien dan Bunda Ida yang selalu memberikan

motifasi penulis untuk menyelesaikan karya tulis

dan kuliah.

10. Pihak - pihak lainnya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis menyelesaikan karya tulis ini.

iv
Penulis menyadari bahwa karya tuls ini masih jauh

dari sempurna oleh karena keterbatasan penulis. Dengan

segala kerendahan hati, penulis siap menerima kritik

dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan

dapat dipakai sebagai acuan penelitian lebih lanjut di

masa mendatanvg dan hasilnya dapat dikembangkan serta

diterapkan untuk kepentingan masyarakat luas.

Yogyakarta, 19 Februari 2014

Penulis

v
DAFTAR SINGKATAN

ppm part per million

LC50 Lethal Concentration 50

LC90 Lethal Concentration 90

cm centimeter (satuan panjang)

mm milimeter (satuan panjang)

ml mililiter (satuan volume)

WHO World Health Organization

oC derajat Celcius (satuan suhu)

% persen

DHF dengue heaemorrhagic fever

DF dengue fever

DBD demam berdarah dengue

DSS dengue shock syndrome

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil pengujian pendahuluan untuk mengetahui

mortalitas larva Aedes aegypti yang dipajan

berbagai dosis ekstrak etanol rimpang lempuyang

gajah (Zingiber zerumbet)..................... 27

Tabel 2. Hasil pengujian akhir daya larvasida ekstrak

etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet

terhadap larva instar III/IV Aedesa egypti .... 28

Tabel 3. Mortalitas larva Aedes aegypti dengan

pemajanan terhadap ekstrak etanol rimpang lempuyang

gajah (Zingiber zerumbet) pada pengujian

akhir......................................... 29

Tabel 4. Hasil analisis Probit uji daya larvasida

ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet) terhadap larva instar III/IV Aedes

aegypti selama 24 jam ........................ 30

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) ...... 14

Gambar 2.Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet)14

Gambar 3. Regresi probit mortalitas larva instar III/IV

Aedes aegyptiyang dipajankan dengan ekstrak etanol

rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) selama

24 jam....................................... 31

xiv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ........................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................... iii

KATA PENGANTAR ............................ .. iv

DAFTAR SINGKATAN ............................. vi

DAFTAR ISI ................................... vii

DAFTAR TABEL ................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ................................ xiv

ABSTRACT .................................... xv

INTISARI ..................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan ........ 1

I.2. Rumusan Masalah .................... 3

I.3. Tujuan Penelitian .................. 4

I.4. Manfaat Penelitian ................. 4

I.5. Kerangka Konsep .................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Landasan Teori .................... 6

II.1.1 Nyamuk Aedesaegypti........... 7

x
II.1.2. Tanaman Lempuyang Gajah ...... 12

II.2. Hipotesis ......................... 15

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Subyek Penelitian ................ 17

III.2. Rancangan Penelitian ............. 17

III.2.1. Jenis Penelitian ............ 17

III.2.2. Pembagian Kelompok .......... 17

III.3. Pengukuran Hasil Penelitian ...... 18

III.3.1. Identifikasi Operasional Variabel 19

III.3.2. Definisi Operasional ......... 19

III.4. Validitas dan Reliabilitas......... 20

III.4.1 Validitas Penelitian ............. 20

III.4.2.Realibilitas Penelitian .......... 21

III.5.Rencana Pelaksanaan Penelitian .. 21

III.5.1. Alat ...................... 21

III.5.2. Bahan ...................... 22

III.5.3. Jalannya Penelitian ....... 22

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian .................. 26

IV.2. Pembahasan ........................ 31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan ......................... 37

xi
V.2. Saran .............................. 37

DAFTAR PUSTAKA ............................... 38

LAMPIRAN

xii
INTISARI

Latar Belakang. Aedesaegyptiadalah vektor utamademam


berdarah dengue. Memutus siklus hidup vektor ini adalah
strategi utama untuk mengurangi insidensi penyakit
demam berdarah dengue. Perkembangbiakan nyamuk
diputuskan dengan larvisida, penggunaan larvisida
sintetis menyebabkan permasalahan yang baru karena
digunakan tanpa terkontrol. Masalah yang timbul adalah
resistensi vektor dan pencemaran lingkungan. Karena
itu, perlu ditemukan larvisida alternatif, misalnya
dari rimpang lempuyang gajah (Zingiberzerumbet).

Tujuan Penelitian.Mengetahui daya


larvisidaekstraketanolrimpanglempuyanggajah
(Zingiberzerumbet) terhadap larva
nyamukAedesaegypti.Mengetahui nilai LC50 dan LC90
ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah terhadap larva
nyamukAedesaegypti.Mengetahuipeningkatan angkakematian
larva nyamukAedesaegyptisetelahdipajan dosis yang
semakin meningkat.

Cara Penelitian.Penelitian ini adalah quasi


eksperimental berdasar petunjuk WHO 2005. Larva instar
III/IVAedesaegypti dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan
dan 1 kelompok kontrol. Tiap kelompok berisi 10 larva
dengan 3 kali replikasi dalam 100 ml larutan.
Mortalitas larva dihitung setelah pemajanan 24 jam dan
data yang diperoleh dianalisis dengan analisis probit.

Hasil.Nilai LC50dan LC90adalah107.23 ppm dan183.1 ppm.


Persamaan garis regresi probit yang diperoleh adalah Y
= -6.2 + 5.52X.

Kesimpulan.Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah


(Zingiber zerumbet) memiliki daya larvisida terhadap
larva nyamukAedesaegypti.Didapatkan nilai LC50dan
LC90yaitu107.23 ppm dan183.1 ppm. Mortalitas larva
nyamukAedesaegyptimeningkat seiring peningkatan dosis
ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah.

Kata Kunci.Aedesaegypti, Zingiberzerumbet, larvisida


alami, analisis probit.

xvi
ABSTRACT

Background. Aedesaegyptiisthe main vector of DF/DHFin


Indonesia. Interruptingthelifecycle of thevectoris main
strategytoreducetheincidence of DF/DHF. The breeding of
themosquitoiseliminatedbylarvicide,
especiallysyntheticlarvicide. The problemsconsist of
vectorresistanceandenvironmentalpollution. Therefore,
itisessentialtosearch for alternativelarvicide, for
instanceZingiberzerumbet as natural larvicide.

Objectives.Toexplorelarvicidaleffect of
Zingiberzerumbetrootswith ethanol extract. Tofindout
LC50and LC90 of the athanol extract against 3rd/4th
instarlarvae of
Aedesaegypti.Tofindouttherelationbetweenvariety of the
extract ethanol doseandlarvaemortality.

Methods.Thisresearchisquasiexperimentalstudyusing WHO
(2005)guidance. 3rd/4th instarlarvaedividedinto
7treatmentgroupsand 1 controlgroup. Eachgroupcontains20
larvaewith 3 timesreplicationin 100 ml solution.
Larvaemortalitywascountedafter 24 hours of
exposureandthe data wasanalyzedusingprobitanalysis.

Result.LC50and LC90valueswere 107.23 ppmand 183.1 ppm.


The probitregressionlineobtainedisY = -6.2 + 5.52X.

Conclusion.Ethanolextract of Zingiberzerumbetroots has


larvicidalactivity against 3rd/4th instar of
Aedesaegyptilarvae. LC50and LC90valueswere107.23
ppmand183.1 ppm. The increasingdose of the ethanol
extract increaseslarvaemortality.

Keyword.Aedesaegypti, Zingiberzerumbet, botanical


larvicide, probitanalysis.

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Dengue merupakan penyakit yang memiliki posisi penting

dalam kesehatan masyarakat. Dibandingkan dengan data pada

tahun 1950, saat ini dengue diketahui telah menyebar ke lebih

dari 100 negara di seluruh dunia. Sebelumnya, banyak dari

negara ini yang tidak memiliki riwayat penyakit dengue dalam

20 tahun atau lebih. Bahkan sejak pertama dikenal pada tahun

1950, dengue telah menjadi penyebab utama kematian anak pada

beberapa daerah di Asia dan Amerika Selatan (WHO, 2009).

Pernyebaran dengue berkaitan erat dengan distribusi

geografi keempat virus dengue dan vektor nyamuknya, yaitu Ae.

aegypti sebagai vektor urban. Semakin tingginya populasi

nyamuk ini di daerah pemukiman, semakin tinggi pula

kecenderungan manusia untuk digigit olehnya terutama di daerah

yang rawan perkembangbiakan nyamuk, yaitu pada daerah yang

banyak terdapat tempat penyimpanan air ataupun daerah yang

kurang tempat sampah yang memadai (WHO, 2009).

Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sampai

sekarang belum ditemukan obat/vaksinnta sehingga salah satu

cara pencegahannya adalah dengan mengendalikan vektornya


2

(Sudijono, 1983). Dalam pengendalian vektor disesuaikan dengan

daur hidup nyamuk yaitu pada fase nyamuk dewasa dan pada fase

pradewasa. Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai

strategi untuk mangatas kasus ini. Pada awal strategi yang

digunakan adalah dengan memberantas nyamuk dewasa degan

pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan

larvisida yang ditaburkan ke dalam tempat penampungan air yang

sulit dibersihkan (Depkes RI, 1997). Saat ini pemerintah

melalui departemen kesehatan melaksanakan program nasional

pemberantasan nyamuk, yaitu pemberantasan sarang nyamuk, yaitu

dengan gerakan 3M (menguras, memutup, dan membuang). Program

ini bertujuan untuk memutus daur hidup vektor stadium

pradewasa (Hoedojo, 1993).

Sejak tahun 1973 di indonesia penggunaan temephos (Abate@)

dalam usaha pemberantasan vektor demam berdarah telah

dilaksanakan secara luas khususnya di daerah-daerah yang

terjangkit demam berdarah. Namun, penggunaan insektisida yang

terus menerus akan menyebabkan resistensi dan berbagai masalh

lingkungan seperti pence,aran lingkungan, keracunan, ataupun

kematian hewan bukan sasarab (Sudijono, 1983). Hal ini

mendorong dilakukannya penelitian tentang material tumbuhan

yang memiliki sifat toksik terhadap serangga (insektisida

botani) dan mudah mengalami biodegradasi dalam alam sehingga

meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan dan

relatif lebih bersahabat dengan alam (kardinan, 2002).


3

Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, banyak hasil

ekstraksi tanaman yang telah dievaluasi aktivitas larvisidanya

yang bertujuan untuk menemukan metode kontrol biologi terhadap

nyamuk (jang dan Seo, 2005). Mahkota dewa (Phaleria

Macrocarpa) bisa digunakan untuk membunuh larva Aedes aegypti

(Watuguly, 2009). Rimpang temulawak mempunyai efek larvisida

terhadap larva nyamuk Aedes aegypti instar III (Aminah, 2001).

Senyawa yang diduga berfungsi sebagai larvisida adalah saponin

dan flavoid.

Rimpang dan daun lempuyang gajah mengandung zat flavoida

dan saponin, namun belum banyak penelitian yang membahas

tentang aktivitas larvisida ekstrak rimpang lempuyang gajah

terhadap nyamuk Aedes aegypti.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat

ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet) memiliki daya larvisida terhadap larva Aedes

aegypti?

2. Berapa nilai LC50 dan LC90 dari ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk

Aedes aegypti?
4

3. Apakah terdapat peningkatan angka kematian larva nyamuk

Aedes aegypti pada peningkatan dosis ekstrak rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) ?

I.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui daya larvisida ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva

nyamuk Aedes aegypti

2. Mengetahui nilai LC50 dan LC90 ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva

nyamuk Aedes aegypti

3. Mengetahui peningkatan angka kematian larva nyamuk

Aedes aegypti setelah dipajan ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) dengan dosis

yang meningkat.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk meneliti efek larvisida

alami berupa ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah

(Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk Aedes

aegypti. Penelitian ini diharapkan dapat membantu

masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi persebaran

demam berdarah dengue dengan bahan yang lebih murah dan

ramah lingkungan.
5

I.5 Kerangka Konsep

Faktor Pengganggu:
Daya Larvisida a. Kualitas air
Ekstrak Rimpang b. Penerapan metode
Lempuyang Gajah c. Variasi geografis
d. Pelarut

Berbagai dosis
konsentrasi ekstrak
etanol rimpang
lempuyang gajah

Faktor Pengganggu:
a. Variasi
Larva instar III-IV individual
Nyamuk Aedes aegypti b. Variasi biologis
dari masing-
masing larva
nyamuk Aedes
aegypti
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Tinjauan nyamuk Aedes aegypti

II.1.1.1 Taksonomi

Aedes aegypti termasuk dalam :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Sub-filum : Hexapoda

Kelas : Insecta

Sub-kelas : Pterygota (serangga bersayap)

Infra-kelas : Neoptera (serangga bersayap terlipat)

Ordo : Diptera (nyamuk)

Sub-ordo : Nematocera

Infra-ordo : Culicomorpha

Familia : Culicidae

Sub-familia : Culicinae

Suku : Culicini

Genus : Aedes

Species : Aedes aegypti (Sungkar,2005)

6
7

II.1.1.2 Morfologi dan siklus hidup

Siklus hidup nyamuk mengalami metamorfosis sempurna

(holometabola) yaitu telur, jentik (larva), kepompong (pupa),

dan menjadi nyamuk dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa

berada di lingkungan air, sedangkan bentuk dewasanya dikenal

sebagai nyamuk, berada di lingkungan darat atau udara

(Sungkar,1994).

II.1.1.2.1 Tahap telur

Setelah mengambil makan darah lengkap, betina

menghasilkan rata-rata 100 sampai 200 telur, namun jumlah

telur yang dihasilkan tergantung pada ukuran darah yg dimakan

tersebut. Jumlah makan darah yang sedikit menghasilkan telur

yang lebih sedikit (Mardihusodo, 1991).

Telur diletakkan pada permukaan yang lembab di daerah

yang sedang banjir, seperti lubang pohon dan wadah buatan

manusia dan diletakkan secara tunggal, dari pada berkelompok.

Tidak semua telur diletakkan sekaligus, tetapi dapat tersebar

di jam atau hari, tergantung pada ketersediaan substrat yang

cocok (Sungkar,1994).

Telur nyamuk Aedes aegypti yang panjang, halus, berbentuk

bulat telur, dan sekitar 1 mm panjangnya. Ketika pertama kali


8

diletakkan, telur tampak putih tapi dalam beberapa menit

berubah hitam mengkilap. Dalam iklim hangat seperti daerah

tropis, telur dapat berkembang hanya dalam dua hari, sedangkan

dalam iklim dingin, perkembangan dapat berlangsung hingga

seminggu (Mardihusodo, 1991).

II.1.1.2.2 Tahap larva

Larva Aedes aegypti melewati 4 tahapan pergantian kulit

yg disebut instar. Tiap instar ditandai dengan pengelupasan

dan pergantia kulit yang disebut ecydis. Lama waktu

perkembangan larva bergantung pada suhu, ketersediaan makanan,

dan kepadatan larva dalam wadah. Di bawah kondisi optimal,

waktu yang dibutuhkan dari menetas samai dengan pupa sekitar

5-15 hari (sungkar, 2005). akan tetapi, pada suhu rendah

membutuhkan waktu sampai beberapa minggu untuk berkembang

menjadi dewasa (WHO, 2005).

Larva Aedes aegypti terdapat dalam air. Larva ini dapat

hidup pada air dengan pH 5,8-8,6 (Sugito, 1989). Larva Aedes

aegypti umumnya ditemukan di tempayan, gentong, atau bak mandi

di rumah yang kurang memperhatikan kebersihannya. Larva

mempunyai terompet atau siphon pada segmen abdomen VIII dengan

ujung terompet tanpa katub penembus dan tidak menancap/melekat

pada tumbuhan air. Pada terompet terdapat satu berkas rambut

di seberang distal pecten. Terdapat sisik pada segmen abdomen

VIII dengan duri lateral yg khas. Sewaktu beristirahat larva


9

Aedes aegypti membentuk sudut dengan permukaan air

(Mardihusodo, 19991).

Bentuk tingkat instar Aedes aegypti adalah :

1. Instar I. Ukurannya sangat kecil, panjangnya 1-2 mm dan

transparan. Spina pada thorax belum begitu jelas dan

siphon belum hitam. Setelah 1-2 hari menjalani ecydis

menjadi instar II.

2. Instar II. Ukurannya bertambah besar dab panjangnya 2,5-

3,9 mm. Spina belum begitu jelas tetapi siphon sudah

mulai hitam. Setalah 2-3 hari bentuk ini menjadi instar

III.

3. Instar III. Ukurannya lebih panjang dari larva instar II,

spina pada sisi thorax sudah jelas terlihat. Sesudah 2-3

hari bentuk ini mengalami metamorfosis menjadi larva

instar IV.

4. Instar IV. Setelah 2-3 hari akan menjadi pupa. Larva

memilki siphon yang ujungnya tanpa kutub penembus dan

tidak melekat pada tumbuhan air. Terdapat sisik (comb

scale) pada segmen abdomen VIII dengan duri latral yg

khas (Mardihusodo, 19991).

II.1.1.2.3 Tahap pupa

Pupa Aedes aegypti terdapat dalam air. Tidak memerlukan

makanan, tetapi perlu udara. Belum ada pengertian jantan dan

betina (sugito, 1989).


10

Pupa Aedes aegypti terdiri atas sefalotoraks, abdomen,

dan kaki pengayuh. Sefalotoraks memiliki sepasang corong

pernapasan berbentuk segitiga. Pada bagian distal abdomen

ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan runcing

(sungkar, 2005).

dalam waktu 1-2 hari pupa akan menetas menjadi nyamuk

dewasa (sugito, 1989).

II.1.1.2.4 Tahap dewasa

Aedes aegypti tergolong nyamuk berukuran kecil apabila

dibandingkan dengan nyamuk lain, warnanya hitam dengan belang-

belang putih di seluruh tubuhnya, baik di dada, perut, kaki,

maupun sayapnya (suroso, 1984). Tubuh Aedes aegypti dewasa

terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Tanda khas Aedes

aegypti dwasa berupa gambaran lyre pada bagian dorsal toraks

(mesonotum) yaitu sepasang garis putih yang sejajar di tenagh

dan garis lengkung putih yang lebih tebal pada setiap sisinya

yang dapat membedakan dengan nyamuk Aedes lainnya(Aedes

albopictus dan Aedes scutelaris)(Stitt dkk., 1948). Aedes

aegypti dewasa mempunyai proboscis berwarna hitam, skuletum

bersisik lebar berwarna putih, abdomen berpita putih (Sungkar,

2005).

Aedes aegypti betina hidup rata-rata hanya 10 hari, masa

yang cukup untuk pertumbuhan virus dalam tubuhnya yang

ebrsifat infeksius itu. Karena daya terbangnya dalam radius


11

100-200 m saja, ia selalu mencari mangsa yang dekat (dalam

rumah atau sekitar rumah). Meski demikian, ada pula pendapat

yang menyatakan bhwa usia nyamuk bisa sekitar satu bulan,

terutama jika berada dalam kondisi udara optimum (24-280

celcius dan kelembapan 60-80%) (Salamihardja, 1998). Nyamuk

Aedes aegypti betina menghisap darah setiap 2-3 hari sekali

untuk membentuk hormon gonadotropik yang diperlukan untuk

ovulasi (Depkes RI, 2004). Setelah meghisap darah, nyamuk

Aedes aegypti hinggap (beristirahat) ditempat yang gelap,

lembab, dan berdekatan dengan tempat perindukannya untuk

menunggu proses pematangn telurnya (sungkar, 2005).

II.1.1.2.5 Penyebaran geografis

Aedes aegypti merupakan vektor penting bagi Demam

Dengue, Demam Berdarah Dengue, Yellow Fever (Demam Kuning),

dan chikungunya. Pada beberaoa area, Aedes sp. Dilaporkan

dapat menyebarkan filariasis (WHO, 1997). Aedes aegypti

tersebar luas di wilayah tropis dab subtropis Asia Tenggara,

dan paling sering di daerah perkotaan. Penyebaran nyamuk

Aedes aegypti di pedesaan relatif terkait dengan perkembangan

skema suplai air pedesaan dan peningkatan sistem transportasi

(WHO, 2004).

Ketinggian tempat dari permukaan laut adalah vektor

penting dalam mebatasi penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Di


12

India, Aedes aegypti berada pada rentang ketinggian dari

permukaan laut sampai dengan 1000 meter di atas permukaan

laut. Pada ketinggian yang lebih rendah (kurang dari 500

meter) terdapat populasi nyamuk Aedes aegypti tingkat sedang

sampai berat, sedangkan daerah pegunungan (lebih dari 500

meter) mempunyai popilasi nyamuk Aedes aegypti yang rendah. Di

negara-negara Asia Tenggara, 1000-1500 meter merupakan batas

untuk penyebaran nyamuk Aedes aegypti (WHO, 2004).

II.1.2 Tinjauan tanaman lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet)

II.1.2.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famillia : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Jenis : Zingiber zerumbet (Yuliansyah et al., 2007)


13

II.1.2.2 Morfologi

Zingiber zerumbet termasuk tumbuhan rendah atau agak

tinggi sampai 1 m. Daunnya berbentuk lanset sempit dengan

bagian terlebar di bagian tengah-tengah atau di atas tengah-

tengah helaian daun. Panjangnya 3-7 kali lebarnya, pangkalnya

runcing atau tumpul, ujung daun runcing atau meruncing, pada

bagian-bagian tulang daunnya berambut, baik di bagian

permukaan atas maupun di bagian permukaan bawah. Panjang

helaian daun 14-40 cm dengan lebar 3-8,5 cm. Tangkai daun

berambut, 4-5 mm, ligula 1,5-3 cm, tegak, memanjang, tumpul,

tipis seperti selaput, berambut. Bunga majemuk bulir, bentuk

bulir sangat bervariasi, panjang 3,5-10,5 cm, lebar 1,75-5,5

cm. Daun mahkota kuning cerah, kuning gelap, atau putih

kekuningan, tabung mahkota 2-3 cm. Labelum bulat telur, bulat

atau bulat telur terbalik, warna orange atau kuning kemerahan.

Kepala benang sari elip-bulat memanjang, kuning cerah, 8-10

mm. Buahnya berbentuk bulat telur terbalik dan berwarna merah.

Bijinya bulat memanjang-bulat dengan ukuran kurang lebih 4 mm.

Rimpangnya besar, bagian luar berwarna coklat dan bagian

dalamnya berwarna kuning sitrun. Rimpangnya berbau aromatik

dan berasa pahit (Yuliansyah et al., 2007).


14

Gambar 1. Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet)

Gambar 2. Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet)

II.1.2.3 Habitat

Tanaman lempuyang gajah tumbuh di Asia tropis, tumbuh liar di

hutan dataran tinggi hingga 1200 m dpl. Di jawa sering ditanam

di pekarangan dan di tempat-tempat lain yang basah.

Lempuyang ini dapat ditanam dari potongan rhizoma yang

bermata tunas atau anakan muda. Pengolahan tanah dapat dengan


15

bajak dan dicangkul hingga gembur,kemudian tanah di gulud

kecil-kecil dengan jarak 30-50 cm. Pupuk kandang, penyiangan

gulma, dan penggemburan sangat diperlukan (Rengginasti, 2008).

II.1.2.4 Kandungan kimia

Berdasarkan skrining fitokimia, serbuk lempuyang gajah

mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin, steroid, dan

triterpenoid (Yuliansyah et al., 2007). Komponen utama dalam

daun lempuyang gajah adalah zerumbon (36,98%); -caryophyllene

(16,35%) dan camphene (9,24%), sedangkan komponen utama dalam

rimpangnya adalah zerumbon (46,83%); -caryophyllene (19%),

1,5,5,8- tetramethy l-12- oxabicyclo [9.1.0] dodeca -3,7

diene (4,28%) (Bhuiyan et al., 2009).

II.1.2.5 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dengan

menyari simplisia nabati atau hewani yang cocok, di luar

pengaruh cahaya matahari langsung Sedangkan Ekstraksi atau

penyarian adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari

simplisia dengan cara dan pelarut yang cocok agar kandungan

kimia yang dapat larut terpisah dari bahan yang tidak dapat

larut dengan pelarut cair (Farmakope Indonesia, 1979).

Terdapat dua cara Ekstraksi, yaitu cara panas dan cara

dingin. Cara dingin meliputi maserasi dan perlokasi. Sedangkan

cara panas meliputi reflux, soxhlet, digest, infusa, dan

dekokta.
16

II.1.2.5 Kegunaan di masyarakat

Rimpang Zingiber Zerumbet berkhasiat sebagai obat gatal,

obat nyeri perut, obat disentri, obat sesak napas, obat wasir,

obat cacing dan penambah nafsu makan (kardinan, 2002).

II.2 Hipotesis

1. Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet) memiliki daya larvisida terhadap larva

Aedes aegypti

2. Nilai LC50 dan LC90 dari ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap larva

nyamuk Aedes aegypti dapat diketahui.

3. Peningkatan konsentrasi ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) meningkatkan

angka kematian / mortalitas larva Aedes aegypti.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah :

1. Larva Aedes aegypti yang diambil dari Laboratorium

Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah

Mada. Larva merupakan turunan dari nyamuk dari alam yang

tidak memiliki resistensi terhadap insektisida. Larva

yang diteliti adalah instar III dan IV sesuai dengan

arahan WHO (WHO, 2005).

2. Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet) dalam berbagai konsentrasi.

III.2 Rancangan Penelitian

III.2.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental yaitu quasi

eksperimental berdasar metode WHO tahun 2005 tentang panduan

prosedur standar uji larvisida di laboratorium.

III.2.2 Pembagian kelompok

Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

17
18

1. kelompok kontrol (Po), yaitu kelompok yang diberikan air

ledeng.

2. Kelompok perlakuan (Px), yaitu kelompok yang diberikan

ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet).

III.3.Pengukuran Hasil Penelitian

Presentase kumulatif mortalitas larva dihitung dalam 24

jam karena rentang waktu pengukuran tersebut larva belum ada

yang tumbuh menjadi pupa.

Hasil penelitian diukur menggunakan :

1. presentase kumulatif mortalitas larva

2. koreksi angka kematian dengan formula Abbot, jika angka

kematian pada kelompok kontrol sebesar 5%-9% (WHH, 2005).

Penelitian harus diulang bila kematian pada kelompok

kontrol mencapai >20%. (WHO, 2005)

3. Analisis probit, dengan menghitung LC50 dari persamaan

transformasi probit. Analisis probit dipakai dalam

pengujian biologis untuk mengetahui respon subyek yang

diteliti terhadap stimulus. (Rahman, 2009) Fiducial

limits untuk median lethal dose adalah batas atas dan

bawah dari LC50.


19

III.3.1 Identifikasi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang diukur pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. variabel bebas : perbedaan kadar ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah yang digunakan pada masing-masing

kelompok perlakuan.

2. Variabel tergantung : jumlah larva instar III dan IV

nyamuk Aedes aegypti yang mati dan jumlah larva atau pupa

yang bisa tumbuh dewasa.

3. Variabel pengganggu terkendali : usia tingkatan (instar)

larva.

4. Variabel kontrol : air leding

5. variabel pengganggu tidak terkendali : variasi biologi

larva, variasi individual larva, suhu, kelembapan udara,

dan cuaca.

III.3.2 Definisi Operasional

definisi operasiional dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. efek larvisida : kamampuan substansi/senyawa yang dapat

menyebabkan kematian larva.


20

2. Mortalitas larva : kematian larva akibat pengaruh suatu

substansi yang dapat diidentifikasi dengan cara mengusik

larva beberapa kali tetapi larva tidak ebrgerak.

3. Ppm (part per million) : banyaknya bagian aktif ekstrak

dalam sejuta bagian larutan.

4. LD50 : besarnya konsentrasi/dosis yang diperlukan untuk

mengakibatkan kematiaan larva sebesar 50%.

5. LD90 : besarnya konsentrasi/dosis yang diperlukan untuk

mengakibatkan kematian larva sebesar 90%.

6. variasi biologis larva : variasi pada larva yang terjado

oleh pengaruh genetis.

7. Variasi individual larva : variasi yang timbul antarlarva

dalam satu populasi.

8. Suhu : temperatur udara saat penelitian.

9. Kelembaban udara : kandungan uap air di udara saat

penelitian.

III.4. Validitas dan Reliabilitas Penelitian

III.4.1. Validitas Penelitian

Validitas penelitian ditingkatkan dengan cara:


21

a. Matching/penyamaan jumlah dan ciri ciri subyek yang

diikutkan dalam penelitian serta kondisi sampel

penelitian.

b. Randomisasi/pembagian subyek ke dalam kelompok secara

acak.

III.4.2. Reliabilitas Penelitian

Reliabilitas pengukuran ditingkatkan dengan cara:

a. Pengulangan 3 kali pada pengujian dan dilakukan 2 kali

pengulangan penghitungan untuk masing masing kelompok

b. Setiap variabel didefinisikan secara operasional dan

metode pengukuran dideskripsikan secara jelas dan normal.

III.5. Rencana Pelaksanaan Penelitian

III.5.1 Alat

1. Gelas Plastik sebagai tempat penyajian larva.

2. Pipet ukur dan gelas ukur.

3. Pipet sebagai pemindah larva dan alat penetes esktrak

rimpang Zingiber zerumbet.


22

III.5.2 Bahan

1. larva Aedes aegypti

2. Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah

3. makanan ikan untuk makanan larva

4. asir dari sumber yang sama

III.5.3 Jalannya penelitian

1. Kolonisasi larva Aedes aegypti

Larva Aedes aegypti dikolonisasi di Laboratorium

Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.

Kumpulan telur nyamuk (dalam bentuk egg-raft) dibawa ke

laboratorium dan ditempatkan pada nampan berisi air (sebagai

medium kultur) pada suhu ruangan (290 1oC). Telur akan

menetas menjadi larva instar I. Nutrisi yang cukup diberikan

ke medium kultur untuk menumbuhkan larva ini.

Pada hari ketiga setelah penetasan, larva instar I akan

bertumbuh menjadi larva instar II. Larva instar II akan

bertumbuh menjadi larva instar III pada hari kelima setelah

penetasan. Pertumbuhan larva instar III menjadi instar IV akan

terjadi pada hari ketujuh atau sekitar satu minggu setelah

penetasan larva. Larva instar III dan IV dipergunakan sebagai

subyek dalam penelitian ini.


23

Berikut adalah karakteristik larva instar III. Larva

instar III lebih panjang dari larva instar II. Proyeksi spinal

pada sisi thorax lebih terlihat muncul. Sifon berwarna lebih

gelap daripada thorax dan abdomen. Pada segmen abdominal

kedelapan, combed bristles dapat terlihat. Instar III akan

bermetamorfosis kepada instar IV setelah 2 3 hari.

Larva dengan badan yang kecil atau inaktif tidak dipilih.

Ini karena terdapat kemungkinan bahwa larva tersebut sakit dan

akan mati karena sakitnya, bukan karena perlakuan (WHO, 2005).

2.Pembuatan ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah

Ekstrak rimpang Zingiber zerumbet dibuat di laboratorium

Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM dengan cara maserasi yang

dimodifikasi (Hargono, 1986).

Rimpang dicuci dan dikeringkan dalam lemari pengering.

Rimpang kemudian dihaluskan. Sebanyak 2100 gram rimpang yang

telah dihaluskan direndam dalam 1500 ml etanol 96% selama 24

jam. Dalam proses ini, dilakukan pengadukan tiap 8 jam.

Setelah 24 jam, hasil perendaman disaring menggunakan kertas

saring.

Hasil perendaman kembali direndam dalam 1000 ml etanol

96% selama 24 jam. Kembali dilakukan pengadukan tiap 8 jam

pada rendaman ini. Setelah 24 jam, hasil perendaman disaring

kembali menggunakan kertas saring. Filtrat dipindahkan ke


24

cawan porselin dan diangin anginkan dengan kipas angin

elektrik selama 3 hari. Hasil yang didapatkan setelah 3 hari

adalah ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah kental dengan

konsentrasi 100%.

3. Penelitian Pendahuluan

Penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal penelitian

yang dilakukan untuk memperoleh kisaran konsentrasi bahan uji

yang akan membunuh larva uji. Hasilnya akan digunakan sebagai

patokan pada pengujian sebenarnya (uji akhir). Pengujian ini

dilakukan dalam sekali pengulangan. Cara kerjanya sebagai

berikut :

1. Encerkan ekstrak menjadi 10 kisaran konsentrasi yaitu 10

ppm, 50 ppm,100 ppm, 500 ppm, 1.000 ppm, 2.000 ppm, 5.000

ppm,8.000 ppm, 9.000 ppm, 10.000 ppm.

2. Siapkan 11 gelas plastik yang masing-masing diisi dengan

air leding sebanyak 50 ml. Masukkan larva Aedes aegypti

ke dalam masing-masing gelas plastik uji sebanyak 25

ekor. Tambahkan larutan ekstrak rimpang lempuyang gajah

ke dalam gelas plastik uji sesuai dengan komsentrasi yang

telah ditetapkan masing-masing sebanyak 1 ml, untuk

kontrol ditambahkan air leding, kemudian tambahkan air

sampai 100 ml.


25

3. Selama pengujian, larva tidak diberi makan. Hitung

persentase mortalitas larva setealh 24 jam. Larva yang

tenggelam atau tidak bergerak setelah diganggu dinyatakan

mati.

4. Pengujian akhir

Langkah-langkah yang dilakukan pada pengujin akhir sama

dengan penelitian pendahuluan. Serial konsentrasi yang

digunakan adalah yang menyebabkan kematian larva Aedes aegypti

sebesar 10-90% berdasarkan pengujian pendahuluan. Variasi

konsentrasi ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah yang

digunakan adalah 6 macam dengan 1 kontrol. Pengujian diulang 3

kali.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1.Hasil Penelitian

Hasil pengujian pendahuluan efek larvisida ekstrak

etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet)

terhadap larva instar III/IV Aedes aegypti tersaji

dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Mortalitas larva Aedes aegypti yang dipajankan


dengan ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah
(Zingiber zerumbet) pada pengujian
pendahuluan.

Konsentrasi Durasi Jumlah Jumlah Mortalitas


(ppm) Pemajanan Larva Larva (%)
(jam) Uji Mati
0 24 10 0 0
10 24 10 0 0
50 24 10 2 20
100 24 10 6 60
500 24 10 10 100
1.000 24 10 10 100
2.000 24 10 10 100
5.000 24 10 10 100
8.000 24 10 10 100
10.000 24 10 10 100

Sesuai Tabel 1, konsentrasi 0 ppm dan 10 ppm tidak

menghasilkan kematian larva. Mortalitas larva mulai

terlihat pada konsentrasi 50 ppm yaitu sebesar 20%.

Konsentrasi 100 ppm mampu menimbulkan kematian larva

26
27

sebesar 60% dan. Mortalitas larva sebesar 100%

didapatkan mulai konsentrasi 500 ppm hingga 10.000 ppm.

Uji pendahuluan digunakan untuk menentukan

konsentrasi yang akan dipakai di dalam pengujian akhir.

Konsentrasi yang dimaksud adalah yang menghasilkan

tingkat kematian larva antara 10-90%. Maka dalam

pengujian akhir, peneliti menggunakan interval dosis

antara 10-500 ppm.

Konsentrasi yang digunakan dalam pengujian akhir

adalah 10 ppm, 20 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, dan

500 ppm. Hasil pengujian akhir tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengujian akhir daya larvisida ekstrak


etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber
zerumbet terhadap larva instar III/IV Aedes
aegypti.

Konsentrasi Durasi Jumlah Jumlah Larva Mati


(ppm) Pemajanan Larva I II III
(jam) Uji
0 24 10 0 0 0
10 24 10 0 0 0
20 24 10 0 1 1
50 24 10 1 0 1
100 24 10 2 6 3
250 24 10 10 10 10
500 24 10 10 10 10
28

Mortalitas larva Aedes aegypti dengan pemajanan

ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah pada pengujian

akhir disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Mortalitas larva Aedes aegyptidengan pemajanan


terhadap ekstrak etanol rimpang lempuyang
gajah (Zingiber zerumbet) pada pengujian
akhir.

Konsentrasi Jumlah Larva Mati Mortalitas


(ppm) I II III Rata-Rata (%)
0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0
50 1 0 1 0.67 6.7
100 2 6 3 3.67 36.7
250 10 10 10 10 100
500 10 10 10 10 100

Pada Tabel 3 terlihat bahwa kelompok kontrol, tidak

terdapat larva yang mati dan dengan demikian tidak

perlu dilakukan koreksi dengan rumus Abbot. Selain itu,

terlihat pula bahwa ekstrak etanol rimpang lempuyang

gajah memiliki efek larvisida terhadap larva Aedes

aegypti. Konsentrasi 50 ppm menimbulkan mortalitas

sebesar 6.7%, konsentrasi 100 ppm menimbulkan

mortalitas sebesar 36.7%. Sedangkan Konsentrasi 250 ppm

dan 500 ppm menimbulkan mortalitas 100%.

Hasil dari pengujian akhir kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis probit. Hasil analisis

probit disajikan dalam Tabel 4.


29

Tabel 4. Hasil analisis Probit uji daya larvisida


ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah
(Zingiber zerumbet) terhadap larva instar
III/IV Aedes aegypti selama 24 jam.

Jumlah Mortalitas LC Kisaran Batas


Larva Uji (%) Bawah Atas
10 10 62.80701 50.24337 78.51224
10 20 75.47508 62.83882 90.6523
10 30 86.16673 73.13875 101.5153
10 40 96.48691 82.51463 112.8251
10 50 107.2287 91.54961 125.5931
10 60 119.1664 100.7528 140.9452
10 70 133.4389 110.8066 160.6938
10 80 152.3417 122.9653 188.736
10 90 183.0687 140.8913 237.8722

Berdasarkan analisis probit di atas, diperoleh data

LCx, yaitu konsentrasi larvisida yang diperlukan untuk

menyebabkan populasi larva mengalami kematian sebesar

x%, dengan batas kepercayaan 95%.Persamaan garis

regresi probitdari analisis tersebut adalah Y = -

6.20 + 5.52X. Grafik regresi probit untuk mortalitas

larva dapat dilihat dalam Gambar 1.


30

Y = -6.20 + 5.52X

Gambar 1. Regresi probit mortalitas larva instar III/IV


Aedes aegypti yang dipajankan dengan ekstrak
etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber
zerumbet) selama 24 jam dengan Y adalah
persentasi mortalitas larva (kiri) dan skala
probit (kanan) dan X adalah dosis ekstrak.
Persamaan garis regresi probit ini adalah Y
=-6.20 + 5.52X.

Kesulitan yang ditemui oleh peneliti selama

jalannya penelitian adalah larva sulit diamati pada uji

pendahuluan di konsentrasi 2.000 ppm, 5.000 ppm, 8.000

ppm, dan 10.000 ppm. Ini disebabkan oleh larutan

berwarna kuning pekat sehingga perhitungan larva sulit

dilakukan.
31

Untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti

memutuskan melakukan pengenceran larutan uji saat akan

mengamati hasil penelitian. Pengenceran dilakukan

dengan menambahkan 100 ml air leding pada larutan uji.

Setelah diencerkan, perhitungan larva dapat diamati

dengan baik dan perhitungan dapat dilakukan dengan

mudah.

IV.2. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian

ini, ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah memiliki

efek larvisida terhadap larva instar III/IV Aedes

aegypti. Pada uji akhir, kematian larva mulai terlihat

pada konsentrasi ekstrak 50 ppm yaitu menyebabkan

mortalitas sebesar 6.7%, konsentrasi 100 ppm

menyebabkan mortalitas sebesar 36.7%. Konsentrasi 250

ppm dan 500 ppm menyebabkan mortalitas larva sebesar

100%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak, semakin tinggi pula

mortalitas larva Aedes aegypti.

Dari analisis probit, peneliti mendapatkan nilai

LC50 yaitu 107.2287 ppm dan LC90 yaitu 183.0687 ppm


32

dengan batas kepercayaan 95% Jaya (2011). melaporkan

bahwa ekstrak etanol daun sirsak (Annonamuricata)

memiliki LC50 sebesar 22.07913 ppm terhadap larva Culex

quinquefasciatus. Hasil ini cukup berbeda kemungkinan

disebabkan oleh perbedaan konsentrasi kandungan bahan

aktif dalam kedua tanaman dan penggunaan vektor yang

berbeda.

Alasan dipilihnya sediaan ekstrak etanol dari

rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) karena

telah diketahui bahwa rimpang lempuyang gajah memiliki

kandungan flavonoid (Yuliansyah et al., 2007).

Flavonoid membunuh larva dengan menyebabkan

gangguan oksidasi pada saraf dan mengakibatkan

kerusakan pada sistem pernafasan (Dinata, 2006; Rahman,

2009). Selain itu, flavonoid mampu menghambat

pertumbuhan larva dengan cara mempengaruhi tiga hormon

utama pada serangga yaitu, hormon otak (brain hormone),

hormon Edikson, dan hormon pertumbuhan (juvenile

hormone). Hambatan perkembangan hormon tersebut dapat

mencegah pergerakan larva (Sinaga, 2009).

Kadar total senyawa flavonoid tertinggi didapatkan

dengan penggunaan larutan etanol 96% sesuai dengan


33

penelitian Indraswari (2008) pada pembuatan ekstrak

etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) dengan

metode maserasi. Maka, penelitian ini juga menggunakan

ekstrak etanol 96% sebagai larutan pengekstrak.

Mekanis saponin dalam membunuh larva berkaitan

dengan desktruksi saluran pernapasan. Saponin akan

menurunkan tegangan permukaan lapisan mukosa saluran

pencernaan larva sehingga dindingnya menjadi korosif

(Aminah et al., 2001).

Flavonoid dan saponin dapat dibagi menjadi beberapa

kelas. Berdasarkan nomenklatur IUPAC, flavonoid dapat

dibagi menjadi tiga kelas yaitu flavonoid,

isoflavonoid, dan neoflavonoid (IUPAC, 1997). Saponin

menjadi dua kelas yaitu steroid dan triterpenoid

(Brotosisworo, 1979).

Larutan pengekstrak sebaiknya memenuhi beberapa

kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara

kimia dan fisika, bereaksi netral, tidak mudah menguap

dan tidak mudah terbakar, selektif atau hanya menarik

zat yang berkhasiat, serta diizinkan sesuai peraturan.

Cairan pengekstrak atau penyari menurut Farmakope

Indonesia adalah air, etanol, etanol-air, dan eter.

(Anonim, 1996)
34

Air memiliki daya ekstraksi yang menonjol untuk

banyak bahan kandungan simplisia. Namun air memiliki

beberapa kelemahan saat dipergunakan menjadi

pengekstrak. Air menyebabkan pemutusan secara

hidrolitik dan fermentatif yang mengakibatkan perubahan

zat aktif secara cepat. Air juga mudah terkontaminasi.

Selain itu, kadang kadang air menyebabkan

pembengkakan yang kuat sehingga bahan aktif tetap

terikat kuat pada material simplisia (Voigt, 1994).

Etanol memiliki beberapa keuntungan saat

dipergunakan sebagai pengekstrak. Etanol tidak

menyebabkan pembengkakan pada membran sel serta dapat

memperbaiki stabilitas bahan terlarut. Etanol juga

mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim.

Yang sering digunakan sebagai larutan pengekstrak

adalah campuran bahan pelarut yang berbeda khususnya

campuran etanol-air. Jumlah bahan aktif yang optimal

dengan bahan pengotor terlarut hanya skala kecil

didapatkan dengan sangat efektif menggunakan etanol 70%

(Voigt, 1994).
35

Insektisida dapat dibedakan menjadi tiga kelompok

yaitu racun perut, racun kontak, dan racun pernafasan.

Racun perut masuk ke dalam tubuh serangga melalui mulut

atau termakan. Insektisida ini digunakan untuk serangga

yang memiliki mulut untuk menggigit, lekat isap, dan

bentuk penghisap (Gandahusadaet et al., 1998). Racun

kontak masuk ke dalam tubuh serangga melalui kulit

serangga. Insektisida ini digunakan terutama untuk

serangga dengan bentuk mulut tusuk isap(Anonim, 2005).

Racun pernafasan masuk ke dalam tubuh serangga melalui

sistem pernafasan berupa spirakel yang terdapat di

permukaan tubuh dan biasanya dipergunakan untuk

serangga tanpa tergantung bentuk mulutnya (Gandahusada

et al., 1998).

Nilai LC50 yang didapatkan pada penelitian ini

adalah 107.2287 ppm. Dengan demikian, ekstrak etanol

rimpang lempuyang gajah dapat digunakan sebagai

larvisida. Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah pada

konsentrasi 107.2287 ppm tidak menimbulkan perubahan

warna dan bau yang berarti sehingga dapat digunakan

dalam kehidupan sehari hari.


36

Daya larvisida ekstrak etanol rimpang lempuyang

gajah terhadap larva Aedes aegypti ditunjukkan dalam

garis regresi probit. Regresi probit menggambarkan

hubungan transformasi log dosis dengan mortalitas

larva.

Penambahan unit mortalitas dilukiskan dalam

koefisien regresi. Garis regresi yang tegak

menggambarkan bahwa bahan yang diuji memiliki

toksisitas tinggi. Pertambahan konsentrasi sedikit saja

akan mampu menghasilkan pertambahan mortalitas yang

berarti. Garis regresi landai menunjukkan bahwa bahan

yang diuji memiliki toksisitas rendah dan penambahan

konsentrasi besar hanya menghasilkan pertambahan

mortalitas yang kecil.

Garis regresi pada penelitian ini tegak. Selisih

antara LC90 dan LC50 adalah sebesar 75.84 ppm. Ini dapat

dimaknai bahwa ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah

memiliki toksisitas yang relatif tinggi. Penambahan

dosis kecil mampu menambah mortalitas larva secara

berarti dan dengan demikian tidak dibutuhkan dosis yang

besar untuk menimbulkan 100% mortalitas larva.


37

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yacobus Ch

Prasetyo(unpublished, 2014) dengan menggunakan asktrak

etanol lempuyang gajah sebagai larvisida terhadap larva

nyamuk Culex quinquefasciatus didapatkan garis regresi

cenderung tegak. Selisih antara LC90 dan LC50 adalah

sebesar 81.84189 ppm. Ini dapat dimaknai bahwa ekstrak

etanol rimpang lempuyang gajah memiliki toksisitas yang

relatif tinggi. Dimana penambahan dosis kecil mampu

menambah mortalitas larva secara berarti dan dengan

demikian tidak diperlukan dosis yang besar untuk

menimbulkan 100% mortalitas larva.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1.Kesimpulan

a. Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet) memiliki daya larvisida terhadap larva

nyamuk Aedes aegypti.

b. Didapatkan nilai LC50 sebesar 107.23 ppm dan LC90

sebesar 183.1 ppm.

c. Mortalitas larva nyamuk Aedesa egypti meningkat

seiring peningkatan dosis ekstrak etanol rimpang

lempuyang gajah (Zingiber zerumbet).

V.2.Saran

a. Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah (Zingiber

zerumbet) dapat digunakan dalam kehidupan sehari

hari karena tidak terlalu menimbulkan perubahan

warna dan bau yang berarti pada LC50 107.23 ppm.

b. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek

larvisida ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah

(Zingiber zerumbet) terhadap larva nyamuk jenis

lain.

37
38
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta.
Ansel,H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
diterjemahkan oleh Ibrahim,F., Asnanizar, Aisyah I.
Anonim, 2005. Pengenalan Insektisida. Dikutip dari:
http://www.anggrek.org/index.php/2006/07/06/pengenalan-
insektisida/. Diakses pada tanggal 28 November 2013.
Aminah, N.S., Sigit, S.H., Partosedjono, S., Chairul, 2001. S.
Rarak, D. Metel, dan E. Prostata sebagai Larvasida Ae.
Aegypti. Cermin Dunia Kedokteran (131): 7-9
Brotosisworo, S., 1979. Obat Hayati Golongan Glikosida.
Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.

Brown, H.W. Dasar parasitologi Klinis (terjemahan). PT


Gramedia, Jakarta, 1983.
Bhiuyan, H. I., Chowdhury, J. U., and Begum, J., 2009,
Chemical Investigation of The Leaf and Rhizome Essential
Oils of Zingiber zerumbet (L.) Smith from Bangladesh, A
journal of the Bangladesh Prarmacological Society (BDPS)
Banglasdesh J Pharmacol, (4): 9-12.
Dinata, A., 2009. Basmi Lalat Dengan Jeruk Manis. Dikutip
dari: http://arda.students-blog.undip.ac.id /2009/11/04/.
Diakses tanggal 1 Januari 2014.
Departemen Kesehatan RI, 1997, Stuasi Demam Berdarah Dengue di
Indonesia, Jakarta.
Gandahusada, S., Pribadi, W., dan Illhude, H.D., 1998.
Parasitologi Kedokteran. edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.

Hoedojo, 1993., Vektor Demam Berdarah Dengue dan Upaya


Penanggulangannya, Majalah Parasitology Indonesia, Volume
6(1), Januari 1993, Perhimpunan Pemberantasan Penyakit
Indonesia.

Jang, D. S., Seo, E., 2005. Potentially Bioactive Two New


Natural Sesquiterpenoids From The Rhizomes Of Zingiber
zerumbet. Arch Pharm Res. Vol 28, No 3, 294-296.
Jaya, S. I., 2011. Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona
murricata) Sebagai Larvisida Terhadap Larva Culex
quinquefasciatus. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kardinan, A., 2002 Pesisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi,
Penebar Swadaya, Jakarta.

38
Mardihusodo, Lestari E.W., Sukowati S., 1988, Kesenangan
Bertelur Aedes aegypti, Kumpulan Makalah Kongres
Entomologi IV, Yogyakarta.

Rengginasti, A.D., 2008. Pemisahan Senyawa Minyak Atsiri


Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet) Secara
Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitasnya terhadap
Malassezia furfur In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahman, A., 2009. Uji Larvasidal Infus Daun Duku (Lansium
domesticum) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sinaga, R., 2009. Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap
Hama Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Pada
Tanaman Tembakau (Niccotiana tabaccum L.). Departemen Ilmu
Hama dan Penyakut Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatra Utara. Medan. Dikutip dari: http://repository.usu.
ac.id/bitstream1234567897710109E01069.pdf. Diakses tanggal
1 Januari 2014
Sugito, R., Aspek Entomologi Demam Berdarah Dengue, dalam:
Haryanto B, Harun SR, Wuryadi S Djaja IM, editor, Berbagai
Aspek Demam Berdarah Dengue dan Penanggulangannya, Laporan
Semiloka Depok, 1989 Nov 27 28;37-48
Sudijono, 1983. Temephos (Abate OMS 786). Departemen
Kesehatan R.I., Direktorat Jendral P3M.
Salamihardja, Nanny. Lagi-lagi Ulah Aedes aegypti.1998. Dapat
diakses dari :
http://www.indomedia.com/intisari/1998/mei/demam.htm
Stitt, E.R., Clough, P.W., Braham, S.e. Practical
Bacteriology, Hematology, and Parasitology, Edisi ke-10,
pp 690, Blakiston Company New york, 1948.
Sungkar, S., 2005. Bionomik Aedes aegypti, Vektor Demam
Berdarah Dengue. Majalah Kedokteran Indonesia 55(4):384-9.
Suwasono, Hadi. Berbagai Cara Pemberantasan LarvaAedes
aegypti. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta, 1997:32-33.
Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah
Dr. Soendani Noerono. Edisi Kelima. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Halaman: 165, 179, 222.

Watuguly, T.S., 2009. Uji Toksisitas Bioinsektisida Ekstrak


Biji Mahkota Dewa (Phaleria papuana Warb.)terhadap
Mortalitas Nyamuk Aedes aegypti di Laboratorium.
Universitas Pattimura, Ambon.

39
World Health Organization. Dengue/DHF: Regional Guidelines on
Dengue/DHF Prevention and Control. Regional Office for
South-East Asia, 2004.
World Health Organization. Guideline for Laboratory and Field
Testing of Mosquuito Larvacides. 2005.
Watuguly, Theopilus Wilhemus. Uji Toksisitas Ekstrak Biji
Mahkota Dewa (Phaleria Papuana Warb.) Terhadap Mortalitas
Nyamuk Aedes aegypti Linn di Laboratorium(tesis). Universitas
Airlangga, 2004
World Health Organization, 2010. Progress Report 2000 2009
and Strategic Plan 20102020 of the Global Programme to
Eliminate Lymphatic Filariasis; Halfway Towards
Eliminating Lymphatic Filariasis. WHO Press. Swiss.
Dikutip dari http://whqlibdoc.
who.int/publication/2010/9789241500722_eng.pdf. Diakses
pada tanggal 28 November 2013.
World Health Organization, 2005. Guidelines For Laboratory and
Field Testing of Mosquito Larvicides. Dikutip dari:
http://whqlibdoc.who.
int/hq/2005/WHO_CDS_WHOPES_GCDPP_2005.13.pdf. Diakses pada
tanggal 28 November 2013.
Yuliansyah, H., Soediro, I., Ruslan, K., dan Firman, K., 2007.
Detail Penelitian Obat Bahan Alam, Pemeriksaan Flavonoid
dan Minyak Atsiri dari Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber
zerumbet Smith). Dikutip dari http://bahan-
alam.fa.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 28 November 2013.

40

Anda mungkin juga menyukai