Anda di halaman 1dari 11

Penatalaksanaan

Efusi transudatif biasanya ditangani dengan mengobati


penyakit dasarnya. Namun demikian, efusi pleura yang masif, baik
transudat maupun eksudat dapat menyebabkan gejala respiratori
berat. Dalam keadaan ini, meskipun etiologi dan penanganan penyakit
dasarnya telah dipastikan, drainase efusi perlu dilakukan untuk
memperbaiki keadaan umum pasien. Penanganan efusi eksudatif
bergantung pada etiologi yang mendasarinya. Tiga etiologi utama yang
paling sering dijumpai pada efusi eksudatif adalah pneumonia,
keganasan dan tuberkulosis. Parapneumonia yang mengalami
komplikasi dan empiema harus didrainase untuk mencegah pleuritis
fibrotik. Efusi maligna biasanya didrainase untuk meringankan gejala
bahkan pleurodesis diindikasikan untuk mencegah rekurensi. Beberapa
obat-obatan diketahui dapat menyebabkan efusi pleura yang bersifat
transudatif. Hal ini perlu diketahui secara dini untuk menghindari
prosedur diagnostik lain yang tidak perlu.
Efusi parapneumonik
Dari seluruh efusi pleura eksudatif, efusi pleura
parapneumonik secara khusus mendapat prioritas utama
untuk sesegera mungkin didiagnosa dan penanganan berupa
drainase meskipun antibiotik empiris telah diberikan. Hal ini
disebabkan karena efusi pleura yang terinfeksi dapat
mengalami koagulasi secara cepat dan membentuk lapisan
fibrous sehingga nantinya memerlukan tindakan bedah untuk
dekortikasi. Adapun indikasi torakosentesis urgensi pada efusi
parapneumonia antara lain : (1) cairan purulen; (2) pH cairan
pleura < 7,2 ; (3) efusi terlokulasi ; (4) dijumpai bakteri pada
pewarnaan Gram atau pada biakan. Pasien yang tidak
memenuhi kriteria diatas harus menunjukkan perbaikan
dengan terapi antibiotik yang sesuai dan diberikan selama 1
minggu.
Efusi Pleura Maligna
• Efusi pleura merupakan suatu pertanda kondisi yang berat dengan
harapan hidup kurang dari 1 tahun. Pada beberapa pasien, drainase cairan
efusi pleura dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi gejala yang
disebabkan oleh distorsi diafragma dan dinding toraks oleh cairan efusi.
Jenis efusi ini biasanya sering berulang sehingga perlu dilakukan
torakosentesis berulang, pleurodesis atau pemasangan kateter yang
menetap sehingga pasien dapat mengeluarkan cairan efusi sesuai
kebutuhan di luar rumah sakit. Pada pasien yang mengalami efusi masif
sehingga jaringan paru mengalami pendesakan, maka pemasangan kateter
yang menetap merupakan pilihan utama. Namun jika tidak ada
pendesakan terhadap paru, maka pilihan lain yang dapat digunakan
adalah pleurodesis (pleural sklerosis). Dari sebuah penelitian non-
randomized oleh Fysh ET dkk (2012) didapati bahwa 34 pasien yang
memilih menggunakan kateter menetap secara signifikan lebih cepat
pulang dari rumah sakit, lebih jarang mengalami rekurensi efusi, dan lebih
cepat memperoleh perbaikan kualitas hidup dibanding 31 pasien lainnya
yang memilih tindakan pleurodesis.
Pleuritis Tuberculosa
Hal yang khas dari efusi yang disebabkan oleh
tuberkulosa adalah sifatnya yang dapat sembuh
sendiri. Namun demikian, 65% pasien dengan
pleuritis tuberkulosa primer mengalami reaktivasi
dalam 5 tahun. Oleh karena itu pemberian obat
antituberkulosis biasanya akan dimulai sebelum
hasil kultur diperoleh jika keadaan klinis
mendukung, dan hasil analisa cairan pleura
menunjukkan suatu eksudat yang tidak dapat
dijelaskan atau dengan cairan efusi limfositik serta
tes tuberkulin positif.
Intervensi Bedah
Intervensi bedah paling sering diperlukan dalam penanganan efusi
parapneumonia yang tidak dapat didrainase secara adekuat dengan jarum
biasa ataupun dengan kateter ukuran kecil. Torakoskopi dengan tuntunan
video bermanfaat untuk dapat memvisualisasi dan biopsi pleura secara
langsung untuk mendiagnosa efusi eksudatif secara lebih baik. Tindakan
dekortikasi bermanfaat untuk membebaskan bagian paru yang terjebak pada
bagian pleura yang mengalami penebalan. Pemasangan pintasan
pleuroperitoneal merupakan salah satu pilihan dalam penanganan efusi
pleura yang mengalami rekurensi, simtomatik, dan kebanyakan hal ini
dijumpai pada efusi pleura maligna, namun digunakan pula pada efusi
chylous. Namun sayangnya jalur pintasan sering mengalami disfungsi
sehingga sering diperlukan pembedahan untuk perbaikan. Tindakan bedah
juga diperlukan untuk kasus-kasus jarang seperti defek diafragma pada pasien
dengan ascites, serta untuk mengikat duktus torasikus untuk mencegah
reakumulasi efusi chylous. Disiplin ilmu lain yang mungkin terlibat dalam
penanganan efusi pleura antara lain : pulmonologis, radiologi intervensi, serta
bedah toraks bergantung pada lokasi efusi dan kondisi klinis.
Torasentesis Terapeutik
Torasentesis teraputik betujuan untuk mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak
pada efusi pleura untuk mengurangi sesak dan menghambat proses inflamasi yang
sedang berlangsung dan juga fibrosis pada efusi parapneumonia. Tiga hal berikut
penting untuk diperhatikan dalam prosedur torasentesis yakni, (1) gunakan kateter
berukuran kecil atau kateter yang didesain khusus untuk drainase cairan dan upayakan
jangan menggunakan jarum untuk menghindari pneumotoraks. (2) monitoring
oksigenasi ketat selama dan setelah tindakan perlu dilakukan untuk memantau
oksigenasi arterial yang dapat saja memburuk akibat perubahan perfusi dan ventilasi
selama proses re-ekspansi paru. (3) Usahakan cairan yang diambil tidak terlalu banyak
aqgar tidak terjadi edema paru dan pneumotoraks. Biasanya 400-500 cc cairan yang
dikeluarkan telah memberikan dampak berupa berkurangnya sesak nafas. Sedangkan
batasan yang direkomendasikan dalam sekali prosedur torakosentesis adalah 1-1,5 L.
Batuk sering terjadi pada proses torasentesis. Hal ini sering terjadi dan tidak
merupakan indikasi untuk menghentikan prosedur kecuali pasien merasa sangat tidak
nyaman.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/45835/Chapter%20II.pdf;jsessionid=178DEBD7736AC1AD98F559BD0EB
E7512?sequence=4
Penatalaksaan
Efusi pleura ganas mempunyai 2 aspek penting dalam penatalaksaannya
yaltu pengobatan lokal dan pengobatan kausal. Pengobatan kausal disesuaikan dengan
stage dan jenis tumor. Tidak jarang tumor primer sulit diternukan, maka aspek
pengobatan lokal menjadi pilihan dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas yang
sangat mengganggu, terutama bila produksi cairan berlebihan dan cepat. Tindakan
yang dapat dilakukan antara lain, punksi pleura, pemasangan WSD dan pleurodesis
untuk mengurangi produksi cairan. Zat-zat yang dapat dipakal, antara lain talk,
tetrasikiin, mitomisin-C, adriamisin dan bleomisin.

Bila tumor primer berasal dari paru dan dari cairan pleura diternukan sel
ganas maka EPG termasuk T4, tetapi bila diternukan sel ganas pada biopsi pleura
termasuk stage IV. Bila setelah dilakukan berbagai pemeriksaan tumor primer paru
tidak diternukan, dan tumor-tumor di luar paru juga tidak dapat dibuktikan, maka EPG
dianggap berasal dari paru. Apabila tumor primer diternukan di luar paru, maka EPG
ini termasuk gejala sisternik tumor tersebut dan pengobatan disesuaikan dengan
penatalaksanaan untuk pengobatan kanker primernya.

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-kankerparu/konsensus-kankerparu-
isi3.html
Patologi Anatomi
Patologi Anatomi
Mengapa pada anak-anak lebih dominan
menggunakan pernapasan perut
Pada bayi dan anak-anak sering menunjukkan
pernapasan perut atau pernapasan paradoksikal.
Pernapasan paradoksikal, yang terjadi ketika dada
dan abdomen tidak bekerja bersamaan untuk
berekspansi dan berkontraksi selama inpirasi dan
eksprirasi, yang disebabkan oleh belum matangnya
pusat pernapasan anak dan lemahnya otot-otot
dada.
https://books.google.co.id/books?id=0j6fP4s5nIUC&pg=PA189&lpg=PA189&dq=pernapasan+perut+pad
a+anak-
anak&source=bl&ots=FG5br6r6qz&sig=qROUHc2RMz3BDixec68LDSTleZs&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=o
nepage&q=pernapasan%20perut%20pada%20anak-anak&f=false

Anda mungkin juga menyukai