Anda di halaman 1dari 6

BRONKITIS PADA ANAK

1. Pengertian dan Fokus Pengkajian


Bronkitis adalah suatu infekssi saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi yang
megenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk.
Data yang yang difokuskan dalam pengkajian anak dengan bronkitis adalah:
a. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik
dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi,
umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi
tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid,
sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau
yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada
saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian :
 Lapisan teratas agak keruh
 Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
 Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus
yang rusak ( celluler debris ).
b. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau
destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul
perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan
( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila
nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai
cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik ). Pada dry
bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena
bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya
minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab
utama komplikasi haemaptoe.
c. Sesak Napas (Dispnea)
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul
dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang
terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang
terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis
paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara
mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau
tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
d. Demam berulang
Bronchitis merupak an penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi
berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam ( demam
berulang )
e. Tanda-Tanda Fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis
komplikasi bronchitis.Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-
tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah
yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku
kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau
timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta
kerusakannya he bat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding
dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi
penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi
pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing
sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat ditemukan
polisitemia sekunder. Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya normal. Seing
ditemukan anemia, yang menunjukan adanya infeksi kronik, atau ditemukan
leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif. Urin umumnya normal
kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan proteiuria.
Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap antibiotic, perlu dilakukan bila
ada kecurigaan adanya infeksi sekunder.
g. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya kista-kista kecil
dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang terkena,
ditemukan juga bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps. Gambaran bronchitis
akan jelas pada bronkogram.
h. Kelainan faal paru
Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran udara
ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena terjadinya
obstruksi airan udara pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah berupa
penurunan PaO2 ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun difus ) distribusi
ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru. Tingkatan beratnya penyakit
 Bronchitis ringan
Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah
demam, ada haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma,
foto dada normal.
 Bronchitis sedang
Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul setiap saat,
( umumnya warna hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat ),
adanya haemaptoe, umumnya pasien masih Nampak sehat dan fungsi paru
normal. Pada pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah kasar pada
daerah paru yag terkena, gmbaran foto dada masih terlihat normal.
 Bronchitis berat
Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan
berbau. Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri pleura.
Bila ada obstruksi nafas akan ditemukan adany dispnea, sianosis atau tanda
kegagalan paru. Umumny pasien mempunyai keadaan umum kurang baik,
sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata , pasien mudah
timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis, amiloidosis. Pada gambaran
foto dada ditemukan kelianan : bronkovascular marking, multiple cysts
containing fluid levels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan ronchi basah
kasar pada daerah yang terkena.(anon im 2009).
2. Penyebab
Bronkitis umumnya disebabkan oleh Rhinovirus, virus inflenza, virus parainfluenza,
adenovirus, virus rubeola dan paramyxovirus dan bronkitis biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumonia, bordetella pertussis, atau corynobacterium diphteriae (rahajoe,
2012). Menurut laporan penyebab lain yang dapat terjadi melalui zat iritan asam
lambung atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah pajanan dalam jumlah
besar yang disebabkan zat kimia menjadi menjadi bronkitis kronis.
Bronkitis karena bakteri biasanya disebabkan dikaitkan dengan Mycoplasma Pneumonia
yang dapat menyebabkan bronkhitis akut dan biasanya terjadi pada anak usia diatas 5
tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan corynobacterium diphteriae biasa terjadi pada
anak yang tidak diimunisasi dan dihubungkan respiratory lebih dominan.
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul serta Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
b.d bronkokontriksi, peningkatan
produksi lendir, batuk tidak efektif dan
sekresi bronkopulmonal

Anda mungkin juga menyukai