Anda di halaman 1dari 43

“TUBERKULOSIS PARU DENGAN KOMPLIKASI

ATELEKTASIS”

MUHAMMAD MUKRAM
N 111 17 059

PEMBIMBING KLINIK
DR. NURFITRIANI NURDIN SP.PD
PENDAHULUAN

Menyerang Lingkungan
TB Paru M.Tuberculosis Droplet
Paru Urban & Padat
DEFINI DEFINI
SI SI

• Tuberkulosis Paru : penyakit • Ateletaksis : kondisi kekurangan


infeksi yang disebabkan bakteri udara pada paru yang disebabkan
basil yaitu Mycobacterium oleh sumbatan, sekresi
tuberkulosis. Penularan terjadi berlebihan, penekanan jaringan
melalui droplet atau perantaraan paru oleh tumor, efusi ,ditandai
ludah atau dahak penderita yang dengan bernapas dangkal.7
mengandung basil tuberkulosis
paru. Saat batuk, droplet
berterbangan diudara dan terhisap
oleh orang yang sehat 1
EPIDEMIOLOG • WHO (2013) 9 juta orang dan 1,5 juta diantaranya
Y meninggal dunia. lebih dari 56% tersebar di Asia
Tenggara dan Pasifik Barat. Indonesia masuk dalam
peringkat ke-4 sebagai negara penyumbang penyakit
tuberkulosis setelah India, Cina, dan Afrika Selatan.2

Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 272 per


100.000 penduduk dan angka insiden sebesar 153 per 100.000 penduduk
dengan jumlah kematian akibat tuberkulosis sebesar 25 per 100.000
penduduk.2
Etiopatogenesis
TB PARU

TB PASCA
TB PRIMER
PRIMER
Atelektasis

Kompresi parenkim paru Obstruksi jalan nafas


Peningkatan tekanan
akibat peningkatan yang menyebabkan
permukaan di dalam
dinding intratorak berkurangnya pertukaran
alveolus
maupun ekstratorak paru udara di alveolus

EPITUBERKULOS
KASUS TB
IS
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Hasil Sputum

BTA (+) : BTA (-)


- Minimal (++-) - (---), gejala klinis dan radiologi (+),
- (+--), Radiologi (Tb aktif) tidak ada respon AB
- (+--), Kultur Bakteri (+) - (---), Kultur Bakteri (+)
• Baru: belum pernah OAT atau OAT < 1 Bulan
• Kambuh : Pernah OAT lengkap dan sembuh, kembali
berobat dgn BTA (+)
• Pindahan : Sedang OAT dan pindah tempat berobat
• Lalai : OAT < 1 bulan , berhenti beberapa waktu,
Tipe datang kembali BTA (+)
• Gagal : BTA (+) atau kembali (+) di akhir bulan ke-5
Penderita atau BTA (-), radiologi (+) jadi BTA (+) akhir bulan
ke-2 pengobatan, Radiologi ulang : memburuk
• Kronik : BTA (+) setelah selesai KAT 2
• Bekas TB : BTA (-), Radiologi TB Inaktif dan
menetap, OAT adekuat. Bila TB aktif setelah OAT 2
bulan, tdak ada perubahan gambaran Radiologi
Sesak Napas Nyeri Dada

Batuk
(disertai Demam
Darah)

Tanda Malaise :
Batuk > 3 & Keringat
malam,
minggu
Gejala Anoreksia, BB
menurun
TB
BATUK
(Tersedak)
SESAK Demam,
NAFAS

ATELEKTASIS

Retraksi dinding dada Suara nafas melemah


PEMERIKSAAN
FISIK

Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex
dan segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
Inspeksi : tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.
Perkusi : pekak area apeks dan basal,
Auskultasi : suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan, suara napas bronkial, terdengar amforik, suara napas melemah, dan
ronchi basah.
PEMERIKSAAN
BAKTERIOLOGI
SPUTUM SPS
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi).3

Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :


2 kali positif, 1 kali negatif → Mikroskopik positif
1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali , kemudian bila 1 kali positif, 2 kali
negatif → Mikroskopik positif,
bila 3 kali negatf → Mikroskopik negative.3
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah.
- Kaviti, terutama lebih dari satu,
- Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau
fibrotic.
- Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru
- (Destroyed Lung ) :kerusakan jaringan paru yang berat, Gambaran radiologik
luluh paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
RADIOLOGI
ATELEKTASIS

- Gambaran pergeseran mediastinum, elevasi diafragma, pergeseran fissure interlobaris


dan silhouette sign.
- penarikan diafragma mendekati lobus yang kolaps, penarikan mediastinum mendekati
lobus paru yang kolaps dan ICS (intercostal space yang mengecil) akibat tarikan
kolaps paru.
PENATALAKSANAAN

NON MEDIKA MENTOSA

• Tirah Baring
• Perawatan tempat berudara segar dan memiliki paparan sinar matahari yang
cukup
• Asupan Nutrisi
FARMAKOLOGIS

2 fase yaitu :
- fase intensif (2-3 bulan)
- fase lanjutan 4 atau 7 bulan.
- Jenis obat utama (lini 1) yang KOMBINASI DOSIS TETAP
digunakan adalah: - 4 in 1 tab, rifampisin 150 mg,
Rifampisin isoniazid 75 mg, pirazinamid 400
INH mg dan etambutol 275 mg,
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
KATEGORI 1 KATEGORI II
Kasus baru, kasus tb paru terdiagnosa Kambuh, gagal pengobatan KAT 1
klinis, kasus TB ekstra paru dengan BTA (+), Putus Obat

Fase awal/inisial/ Intensif : 2 HRZE ( 2 Fase Awal (3 Bulan) : 2 HRZE(S) 2


Bulan) bulan / HRZE (1 Bln)
Evaluasi = Bila (+), Fase intensif 1 bulan Evaluasi :
Bila (-) Bila (+), lanjutkan HRZE 1 bln
Fase Lanjutan : 4 HR / 4H3R3 Bila (+) diakhir bln 4, hentikan obat 2-3
hari, lakukan kultur untuk uji kepekaan
AB
Bila (-)
Fase Lanjutan : 5 H3R3E3
KATEGORI 3 KATEGORI 4
TBP (-) dgn kelainan paru tidak luas, TB kronik, Resistensi AB
kasus ekstra pulmonal
Seumur Hidup : H
Fase awal/inisial/ Intensif : 2 HRZ/2
H3R3E3Z3 ( 2 Bulan)

Fase Lanjutan : 2 HR / H3R3


ATELEKTASIS
Bronkoskopi
Oksigenasi
Terapi Simptomatik ( Anti Sesak, Bronkodilator, antibiotic, Kortikosteroid)
Fisioterapi
PROGNOSIS

DOT sebagai strategi pengobatan TB, tingkat kekambuhan berkisar 0-14%. Di negara-negara
dengan tingkat TB yang rendah, kekambuhan biasanya terjadi dalam waktu 12 bulan setelah
pengobatan TB selesai. Di negara-negara dengan tingkat TB yang lebih tinggi, sebagian besar
kambuh setelah pengobatan yang tepat, yang terjadi lebih banyak adalah kasus reinfeksi daripada
kasus kekambuhan.4
Prognosis yang buruk bila adanya keterlibatan TB ekstrapulmoner, pada orang tua, dan
riwayat pengobatan sebelumnya yang buruk. Untuk kasus dengan resistensi obat, pasien dengan
resistensi hanya rifampisin saja mempunyai prognosis yang lebih baik daripada kasus MDR-TB
tetapi mempunyai risiko yang lebih tinggi terjadi kegagalan pengobatan. 4,5
Bila terdapat komplikasi atelectasis pada TB paru maka umumnya atelektasis dapat hilang
jika penyebab obstruksi telah dihilangkan kecuali jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya
pnyembuhan tergantung pula pada luasnya daerah atelektasis. Atelektasis pada umumnya mudah
terjadi infeksi, karena gerakan mukosilier pada bronkus yang bersangkutan terganggu, sehingga
efek batuk tidak bekerja. 7
KASUS
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien perempuan (22thn)
masuk rumah sakit dengan keluhan batuk sejak 1 bulan yang
lalu. Pasien mengatakan batuknya berdahak, sesak nafas,
merasa mual dan muntah serta demam dan berkeringat
NAMA : Nn. DW dimalam hari. Pasien juga mengalami penurunan berat badan
Umur : 22 thn yang signifikan selama 1 bulan terakhir. Pasien juga
Pekerjaan : Pelajar merasakan nyeri perut saat batuk dan nyeri dada. Buang air
Alamat : Jl. Otista besar normal feses padat, buang air kecil normal lancar
berwarna bening dan tidak nyeri saat berkemih. Pasien
Agama : Islam
memiliki Riwayat pengobatan OAT namun tidak tuntas
Tgl pemeriksaan : 5/8/17 akibat instruksi dokter karena fungsi hati pasien tinggi lebih
Ruangan : Pav Bugenvil RSUD dari sebulan yang lalu.
UNDATA PALU Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat rawat
TB di RS Bayangkara
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : Tidak ada
keluhan yang sama dalam keluarga
Keadaan Umum: Vital Sign
SP:CM/SS/GK BB: TD: 130/90 mmHg N: 64x/menit
35 KgTB: 160cm IMT:13,67
R: 28x/menit S:37,8°C

Kepala
Wajah : Tampak lemas, warna pucat, edema (-), ruam (-), Jejas (-)
Rambut : Warna Hitam, Distribusi Normal
Deformitas : Tidak ada
Bentuk : Normochepal
Mata
Konjungtiva : Anemis +/+
Sklera : Ikterus -/-
Pupil : bulat, isokor +/+ diameter 2,5mm/2,5 mm
Mulut
Bibir : sianosis (-); Pucat (+); bibir tampak
kering(-)
Gigi : Susunan normal, karies (-)
Lidah : Selaput putih pada tengah lidah (-),
tremor (-)
Mukosa mulut : Kesan normal, lesi (-),
Stomatitis (-)
Faring : Warna Merah mudah, kesan normal
Tonsil : Pembengkakan (-) Telinga
Bentuk Normal, Warna Normal, Jejas (-)
Hidung
Bentuk : Simetris Leher
Deviasi : (-) KGB : pembesaran (-)
Depresi : (-) Tiroid : pembesaran (-)
Sekret : (-) JVP : peningkatan (-)
Darah : (-) Massa Lain : Tidak ada
Benjolan : (-)
Dada
Paru-Paru
Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral, Retraksi dinding dada (+)
Palpasi : Massa (-), Vocal Fremitus (+/-)
Perkusi : Ka=Sonor, Ki= Pekak bagian apeks
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler + (melemah)/+, Rh + (melemah)/+, Wh -/-

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat di SIC V Linea Midclavicularis Sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V Linea
Midclavicularis Sinistra
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas Kanan : SIC IV linea parasternalis dextra
Batas Kiri : SIC V linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-)
Perut
Inspeksi : Tampak datar, warna kesan normal, benjolan (-)
Auskultasi : Peristaltik terdengar (+), kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi :Massa (-), hepatosplenomegali(-), Nyeri tekan
abdomen (-)
Anggota Gerak
Atas : Kulit warna coklat, kelembapan normal, edema (-/-),
akral hangat (+/+), tampak pucat pada kedua tangan
: Otot : Tonus Normal
: Sendi : Luas pergerakan dalam batas normal

Bawah : Kulit warna coklat, kelembapan normal, edema (-/-),


akral hangat (+/+), tampak pucat pada kedua kaki
: Otot : Tonus Normal
: Sendi : Luas pergerakan dalam batas normal
Lab Darah:
WBC : 21,5 x 103/mm3
RBC : 3,24 x 106/mm3
PLT : 357 x 103/ mm3
Hb : 9,7 g/dL RADIOLOGI
Foto Thorax PA: - Pengecilan ukuran paru kanan
HCT : 28,6 %
Bilirubin direct : 0,4 mg/dl ( atelectasis pulmo dextra)
Bilirubin Indirect : 0,6 mg/dl Batas cor Normal
Albumin : 1,5 g/dL Systema tulang intak
SGOT : 52,7 mg/dL gambaran bercak berawan serta cincin kavitas.
SGPT : 18,8 mg/dL
BTA SPS : +++
GenExpert : (-)
EKG : (-)
RESUME

Pasien perempuan (22thn) masuk rumah sakit dengan keluhan batuk sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan batuknya berdahak, sesak nafas, merasa mual dan muntah serta demam dan berkeringat
dimalam hari. Pasien juga mengalami penurunan berat badan yang signifikan. Pasien juga merasakan
nyeri perut saat batuk dan nyeri dada. Buang air besar normal feses padat, buang air kecil normal lancer
berwarna bening dan tidak nyeri saat berkemih. Pasien memiliki Riwayat pengobatan OAT namun tidak
tuntas akibat instruksi dokter karena fungsi hati pasien tinggi lebih dari sebulan yang lalu.
Dari hasil pemeriksaan umum tanda vital didapatkan IMT: gizi buruk; TD: 130/90 mmHg; N: 64
x/menit (Reguler teraba); R: 28 x/menit; S: 37,8°C. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva
: Anemis +/+. Pada pemeriksaan thorax ditemukan inspeksi : ada retraksi dinding dada
ditandai dengan usaha penarikan nafas maksimal dari pasien, Palpasi tidak ditemukan Massa (-), Vocal
Fremitus (+/-), Perkusi dada Kanan=Sonor, dada kiri Ki= Pekak bagian apeks. Auskultasi ditemukan
bunyi nafas vesikuler melemah dada bagian kanan untuk dada bagian kiri vesikuler normal, ditemukan
bunyi nafas tambahan rhonchi dikedua sisi dada pasien, Wheezing tidak ditemukan. Pada abdomen tidak
ada ditemukan kelainan dari pemeriksaan inspeksi,auskultasi,perkusi, dan palpasi.
DIAGNOSIS AKHIR : - Tuberkulosis Paru dengan komplikasi
Atelektasis

Prognosis :
Ad Vitam : Dubia ad Malam
Ad Functionam : Malam
Ad Sanationam : Dubia ad
Malam
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Tirah Baring (Bed Rest)

Medikamentosa :
IVFD Ringer Laktat 20 Tpm
Ceftriaxone 1 amp/12 jam
Ranitidine 1amp/ 12 jam
Codein 10 mg 3x1
Curcuma 3x1
Human Albumin 100cc/12 jam
Sucralfat Syrup 3x2C
Dexamethason 1amp/12 jam
PEMBAHASAN

DIAGNOSIS Pemerik
saan
Fisik

Pemeriksaan
Bakteriologi
Pemeriksaan
Radiologi
GEJAL
A
KLINIS
Anamnesis : batuk sejak 1 bulan yang lalu. batuknya berdahak, sesak nafas, merasa
mual dan muntah serta demam, berkeringat dimalam hari dan penurunan berat badan
yang signifikan,
Hal ini terjadi karena batuk terjadi akibat adanya iritasi pada bronkus. Batuk berfungsi
untuk mengeluarkan produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk non
produktif kemudian setelah timbul radang menjadi batuk produktif (menghasilkan
sputum).1
Demam disebabkan pengaruh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberkulosis dan
dipengaruhi daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi yang terjadi.
Pasien juga merasakan nyeri dada saat batuk ini disebabkan kontraksi otot dada saat
batuk serta nyeri dada dimana ini sebagai tanda bahwa infiltrasi radang sudah sampai
pleura sehingga menimbulkan pleuritis, terjadi gesekan dikedua pleura saat melakukan
pernapasan.1
Pasien merasakan sesak napas dimana ini merupakan tanda bahwa adanya infiltrasi
bakteri meliputi setengah bagian paru.1 berdasarkan gambaran radiologi thorax, pasien
mengalami atelectasis pulmonar regio dextra. Buang air besar normal feses padat,
buang air kecil normal lancer berwarna bening dan tidak nyeri saat berkemih. Pasien
memiliki riwayat pengobatan OAT namun tidak tuntas akibat instruksi dokter karena
nilai pemeriksaan laboratorium fungsi hati yang pasien tinggi.
Pada pemeriksaan thorax saat inspeksi ditemukan pergerakan thorax ada retraksi
dinding dada akibat sesak yang berat. Pada perkusi ditemukan sonor pada dada kanan
dan pekak bagian apeks di dada kiri. Pada palpasi, vocal fremitus (+/+). Pada auskultasi
ditemukan bunyi nafas normal vesicular (+/+) namun melemah pada bagian kanan dada
dan ada ditemukan ronchi (+/+) dimana ini merupakan tanda bahwa didalam paru
terdapat cairan atau eksudat.1
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan WBC : 21,5 x 103/mm3 yang berarti
leukositosis, ini merupakan tanda adanya infeksi. RBC : 3,24 x 10 6/mm3 dan HB : 9,7
g/dLyang berarti anemia. SGOT 52,7 mg/dL, ini merupakan indikasi adanya kerusakan
pada hati. hasil ini terjadi karena pasien mengalami penyakit infeksi serta ada
gangguan fungsi hati setelah konsumsi OAT selama sebulan. Albumin : 1,5 g/dL ini
menandakan bahwa terjadi gangguan fungsi hati. Pada Pemeriksaan Sputum BTA
didapatkan hasil (+++) dimana ini menandakan bahwa pasien mengalami Tuberkulosis
paru dan untuk Genexpert didapatkan negative dimana tidak ada menunjakan resistensi
antibiotic untuk terapi TB paru.1
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan foto polos thorax terdapat gambaran atelectasis pulmonar regio
dextra, ada gambaran bercak-bercak dibagian apex paru, ada beberapa bayangan kavitas cincin di
bagian Spatium Intercostal I dan II regio sinistra,. Gambaran radiologis atelektasis terlihat kolaps paru.
Paru menjadi kolaps akibat tekanan negatif yang seharusnya ada pada alveolus berkurang akibat
sumbatan sehingga saat inspirasi udara susah masuk ke alveolus sehingga parunya menjadi kolaps dan
sesuai dengan hukum keseimbangan maka semakin negatif tekanan di dalam suatu ruangan maka
dengan kuat ruangan yang bertekanan sangat negatif itu akan berusaha menyeimbangkan tekanannya
dengan menarik udara maupun zat lain di sekitar sehingga pada gambaran radiologis terdapat gambaran
radioopak pada lobus kolaps dan ada tarikan organ menuju lobus paru yang kolaps tersebut. 6,7
Penatalaksanaan pada kasus ini berdasarkan tanda dan gejala yang dialami dimana pasien diberikan
terapi berupa pemberian Ringer Laktat dimana memiliki fungsi untuk mengembalikan keseimbangan
elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik dalam pemberian maintenance yaitu 20 tetes
per menit. Untuk antibiotik yang digunakan yaitu Ceftriaxone diberikan sebanyak 1 amp per 12 jam,
antibiotik ini bekerja dengan spektrum luas bergolongan sefalosporin digunakan Karena TB merupakan
penyakit infeksi bakteri. Pasien mengeluhkan mual, muntah serta nyeri perut dimana pasien diberikan
ranitidine sebanyak 1 amp per 12 jam untuk mengatasi keluhan nyeri perut, mual dan muntah. Ranitidin
digunakan untuk mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa nyeri uluhati
akibat ulkus atau tukak lambung, dan masalah asam lambung tinggi lainnya. Untuk mengatasi batuk
yang dialami pasien maka pasien diberikan Codein 10 mg sebanyak 3x 10 mg.
Codein merupakan antitusif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
Pemberian curcuma untuk meningkatkan nafsu makan berhubung pasien mengalami gejala malaise,
memperbaiki fungsi hati, serta memperlancar buang air besar pasien. Penambahan kadar albumin pada
pasien digunakan human albumin 100 cc diberikan per 12 jam. Pasien diberikan Sucralfat syrup sebab
atas keluhan mual dan muntah dimana Sukralfat bekerja dengan membentuk lapisan pelindung pada
dinding duodenum sehingga dapat melindungi tukak dari asam lambung. Beberapa saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh dimana ini merupakan reaksi respon inflamasi oleh karena itu
pasien diberikan dexamethasone sebanyak 1 amp diberikan per 12 jam. Pada kasus ini pasien
seharusnya diberikan OAT kategori 1 dan dimulai dari fase awal karena pasien pernah berobat OAT
Kategori 1 namun putus berobat setelah berobat selama lebih dari 1 bulan akibat penurunan fungsi hati.
• Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit infeksi
yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil)
yang dikenal dengan nama Mycobacterium
tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui droplet
atau perantaraan ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil tuberkulosis paru.1,3
KESIMPULA • Diagnosis tuberkulosis ditegakkan berdasarkan
N gejala klinik, pemeriksaan fisik/jasmani,
pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
• Terapi Tuberkulosis paru yang direkomendasikan
adalah dengan konsumsi OAT kombinasi dosis tetap
yang disesuaikan dengan perkembangan terapi dan
kondisi tanda dan gejala yang dirasakan oleh
pasien.1,3
REFERENSI
 Siti Setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta. Interna Publishing.
 Anasya Nurwita Sari, dkk.2015. Pengaruh status gizi dan riwayat kontak terhadap kejadian tuberculosis anak dikabupaten
jember. Jurnal Berkala Epidemiologi.vol.3.No.2. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga. Surabaya
 PDPI. 2006. Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Jakarta
 Thomas E Herchline, MD. Tuberculosis. Wright State University, Boonshoft School of Medicine; Medical Consultant, Public
Health, Dayton and Montgomery County (Ohio) Tuberculosis Clinic. 2016.
 Centers for Disease Control and Prevention. Treatment of Tuberculosis. American Thoracic Society, CDC, and Infectious
Diseases Society of America. MMWR 2003;52(No. RR-11): p.12
 Novialdi. 2015. Aspirasi benda asing paku dengan komplikasi atelectasis paru dan aspirasi benda asing jarum pentul tanpa
komplikasi. Jurnal Kesehatan Andalas; 4 (2). Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
 Alexander S. Niven, MD. 2017. Atelectasis. Adjunct Professor of Medicine;Senior Associate Consultant, Uniformed Services
University of the Health Sciences;Division of Pulmonary and Critical Care Medicine, Mayo Clinic. Online Medical Article
MERCK MANUAL (diakses : 24/9/2017http://www.merckmanuals.com/professional/pulmonarydisorders/bronchiectasis-and-
atelectasis/atelectasis).

Anda mungkin juga menyukai